Menyangkut kehidupan pribadi, Sunny adalah sepupu dari istri Franky Widjaja, anak pemilik Sinar Mas Grup, Eka Tjipta Widjaja. Selain itu, Sunny juga (pernah) bekerja pada konglomerat Indonesia lainnya: Peter Sondakh.
Terungkapnya dugaan korupsi Reklamasi Teluk Jakarta pun ikut membuka tabir sosok Sunny yang juga “orang dekat” Gubernur Ahok. Kedekatan tersebut dapat dilihat dari salah satu cuitan Twitter Ahok @basuki_btp tanggal 15 Juli 2012 yang meminta agar netizen akun @kotakkotak4 berkomunikasi dengan Sunny untuk mengundang Ahok sebagai pembicara sebuah acara.
Anehnya: dari penelusuran penulis ke akun @basuki_btp dan @kotakkotak4, usai ramainya capture cuitan akun @basuki_btp seperti diatas (dan tanggalnya) ke media sosial, ternyata posting tersebut telah “hilang” baik di akun @basuki_btp maupun akun @kotakkotak4.
Begitu hebatkan Sunny hingga sampai cuitan di kedua akun itu “(di)hapus” saat merebaknya kasus dugaan korupsi Reklamasi Teluk Jakarta?
Lalu dimana kaitan Sunny dengan pernyataan pengacara tersangka Sanusi? Bila menilik jaringan dimiliki Sunny, ia bukan orang sembarangan. Dapat dilihat dari hubungan kekeluargaan dengan pengusaha Eka Tjipta. Ditambah pula kariernya yang pernah bekerja untuk pengusaha Peter Sondakh. Logikanya: jauh sebelum terbongkarnya kasus dugaan korupsi Reklamasi Teluk Jakarta, Sunny telah mengenal dan berhubungan dengan jaringan pengusaha-pengusaha besar di Indonesia.
Bahkan, di berbagai media, Ahok mempercayakannya untuk mengatur jadwal pertemuan dengan pengusaha-pengusaha kelas kakap. Sebuah kepercayaan besar dan bergengsi bagi seorang –yang kata Ahok- hanya staf magang demi urusan penelitian disertasi doktoral. Bukan hanya urusan dengan konglomerat, bahkan Sunny kerap diajak Ahok bertemu tokoh politik nasional. Lagi-lagi, tak semua orang dapat dipercaya ikut serta dalam pertemuan politik secara khusus.
Sunny akhirnya bicara di publik. Ia tak menampik bila memang banyak mengatur “jadwal” pertemuan antara pejabat pemerintah di Jakarta dan pengusaha yang terkait “profesionalisme kerja”. Mengejutkan, diakuinya, ikut “mengatur” jadwal pertemuan antara Ahok dan Aguan yang kini sedang bermasalah karena dugaan korupsi Reklamasi Teluk Jakarta. Pertemuan itu sebulan sekali, kata Sunny.
Begitu juga dengan pengusaha yang lebih “percaya” mendekati Sunny untuk berkomunikasi dengan Ahok menyangkut urusan “pekerjaan”. Disini menunjukkan: logika kehebatan pertama, interaksi serta komunikasi Sunny dengan pengusaha-pengusaha yang menaruh kepentingan pada Ahok amat dekat. Sunny dipercaya untuk sebuah urusan pekerjaan besar. Logika kehebatan kedua, staf-staf pegawai Pemprov DKI Jakarta hanyalah simbol, sebab tak berfungsi menjalankan urusan protokoler mengatur agenda pertemuan pihak pengusaha dan sang gubernur. Semua urusan dipercayakan kepada Sunny.
Siapa Sunny? Kita lihat selanjutnya nanti...
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H