Mohon tunggu...
Brian Prastyo
Brian Prastyo Mohon Tunggu... -

Tukang Ketik. Tinggal di perbatasan Jakarta dan Depok.

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Pengantar Hukum Per-Preman-an dan Per-Setan-an

24 Juni 2010   20:12 Diperbarui: 26 Juni 2015   15:18 373
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Bagi saya, preman itu identik dengan orang-orang yang suka memalak, mengancam, menganiaya, memaksakan kehendak, dan menggeluti bisnis ilegal. Dan sepengetahuan saya, ada hukum besi yang berlaku di dunia itu, yaitu bahwa tinggi-rendahnya “pangkat” dalam dunia per-preman-an ditentukan oleh “prestasi” mereka dalam kejahatan-kejahatan tersebut. Contohnya adalah sebagai berikut. Preman yang beraninya cuma malak anak SMP pasti lebih rendah pangkatnya daripada preman yang berani malak direksi BUMN. Preman yang beraninya cuma mengancam penunggak tagihan kartu kredit pasti lebih rendah pangkatnya daripada preman yang berani mengancam aparat pajak yang mau memperkarakan para pengemplang pajak. Preman yang beraninya cuma mukulin orang pasti lebih rendah pangkatnya daripada preman yang berani bunuh orang. Preman yang jika kehendaknya tidak terpenuhi beraninya cuma mengintimidasi orang pakai mulutnya saja pasti lebih rendah pangkatnya daripada preman yang berani membakar properti orang lain. Dan preman yang beraninya cuma jualan ganja sepuluh linting sehari pasti lebih rendah pangkatnya daripada preman yang berani ekspor impor kokain.

Intinya, makin jahat perbuatan yang dilakukan dan makin besar uang yang terlibat, maka makin tinggi pangkat seseorang dalam dunia per-preman-an.

Gilanya, makin tinggi pangkat seorang preman, biasanya makin tidak terlihat ke-preman-annya di muka publik. Mengapa demikian? Karena seringkali, premannya para preman ini di muka publik justru terlihat sebagai seorang pengusaha sukses kaya raya yang murah hati, murah senyum, dan necis. Di muka publik, ia seperti warganegara biasa yang punya hak yang sama di muka hukum. Tetapi, saat ia benar-benar terkena kasus, ke-preman-annya membuat dia bisa mengatur aparat hukum dan menentukan jalannya proses hukum. Dengan uangnya yang banyak, ia sumbang sana sini, sehingga banyak orang yang merasa berhutang budi padanya. Ia juga akan selalu berusaha kenal dengan para pejabat, tapi dengan tujuan untuk menempatkan si pejabat itu di bawah kakinya. Ia akan mengajari si pejabat main judi di kasino miliknya atau milik temannya, lalu “memodali” pejabat tersebut sampai jumlah uang yang sangat banyak. Ia terlihat baik, padahal sesungguhnya ia membuat si pejabat itu berhutang padanya dan hutang itu kelak akan ditagihnya dengan membuat si pejabat menyalahgunakan jabatannya. Jika si pejabat tidak suka judi, ia akan berusaha membanjiri si pejabat dengan hadiah. Mulai dari parsel super mewah, cek perjalanan, kartu kredit platinum bebas pakai tanpa bayar, jalan-jalan ke luar negeri, diamond, atau mobil mewah. Tapi selain memberi hadiah seperti itu, biasanya ia ajari juga si pejabat itu main pelacur. Apakah premannya para preman itu akan merasa rugi dengan pengeluaran biaya sedemikian besar? Bisa saja, tetapi ia pasti sudah punya perhitungan. Karena sesungguhnya pemberian ke si pejabat itu baginya adalah investasi, yang kelak akan dipanennya dengan cara yang membuat si pejabat terpaksa menyelewengkan jabatannya.

Intinya, percuma saja ada hukum dan pemerintahan jika takluk pada para preman, baik preman jalanan, preman berseragam, preman berjabatan, maupun preman yang berkedok pengusaha-sukses-kaya-raya-yang-murah-senyum-dan-senang-menyumbang.

Pertanyaannya, darimana sumber keberanian para preman itu? Apa yang membuat orang berani “main kasar”? Kenapa para preman itu seolah tidak punya rasa takut dan “bawaannya” nantangin orang terus?

Saya punya beberapa dugaan. Tapi dalam tulisan ini saya hanya akan membahas satu saja yang saya yakin bagi banyak orang “terpelajar” akan dianggap ngawur dan tolol.
Saya menduga bahwa SALAH SATU SEBAB seorang preman punya keberanian yang luar biasa ialah ketika ia punya jimat. Akan makin besar keberanian si preman, ketika jimat yang dimilikinya membuat ia bisa kebal dari bacokan atau tembakan. Jika menurut anda saya mengada-ada dengan teori ini, silahkan lakukan riset ilmiah untuk mengujinya atau coba saja main-main ke komunitas preman untuk mencari tahu.

Apa itu jimat? Sepengetahuan saya, jimat adalah benda-benda yang dipercaya oleh pemiliknya memiliki “tuah”. Orang mencari, membeli, dan menyimpan jimat dengan tujuan yang berbeda-beda. Ada jimat untuk penglaris dagangan, jimat untuk terlihat cantik, jimat untuk disukai atasan, dan lain sebagainya. Buat para preman, jimat yang paling dicari adalah jimat untuk membuat kompetitor takluk dan/atau jimat supaya bisa kebal.

Saya membenci semua jimat, tetapi satu bentuk jimat yang paling saya benci adalah jimat yang dibubuhi dengan tulisan huruf arab dan memakai satu dua kata dalam Al Qur’an. Karena jimat seperti itu banyak disalah artikan oleh orang islam, yaitu dianggap sebagai sesuatu yang halal. Jimat ada yang disimpan dalam sabuk, dipakai sebagai cincin, atau ditaruh di dompet, tetapi ada juga jimat yang ditelan atau ditanamkan di tubuh pemiliknya. Sesungguhnya, apapun bentuknya dan dimanapun jimat itu disimpan, semua jimat isinya sama, yaitu: setan.

Cara untuk mendapatkan jimat ada yang mudah dan ada yang agak sulit. Ada yang cukup dengan membayar sejumlah uang, maka jimat bisa dibawa pulang. Tapi ada jimat yang dapat diperoleh setelah melakukan ritual-ritual tertentu, misalnya orang yang cari jimat itu dimandiin dengan darah ayam. Yang jelas, mau cara apapun yang ditempuh, setiap jimat ada aturan pakainya dan pantangan-pantangannya. Makin dahsyat efek yang diinginkan dari jimat tersebut, biasanya aturannya makin berat. Makanya orang yang mencari jimat untuk kebal biasanya ritualnya lebih susah daripada yang mencari jimat untuk sekedar pe-de.

Tanpa disadari, saat seseorang mau mengikuti ritual dan aturan-aturan terkait jimat yang diinginkannya, sebenarnya ia telah membuat perjanjian dengan setan. Isi perjanjian itu sudah bisa diduga mengandung klausul-klausul yang menghalalkan yang haram dan mengharamkan yang halal. Dan setan adalah pengacara yang sangat tangguh. Setan pasti akan meminta pertanggungjawaban si pemilik jimat (baca: contracting party) jika wanprestasi (baca: breach of contract) dan akan mencegah sekuat tenaga agar si pemilik jimat tidak memutus perjanjiannya. Ia punya banyak cara untuk mengintimidasi, misalnya dengan membuat si pemilik jimat kesurupan atau meneror dengan “penampakan-penampakan”. Sedemikian hebatnya intimidasi dan teror itu, sehingga pemilik jimat yang belum bertobat biasanya akan ketakutan luar biasa dan terpaksa mematuhi lagi suruhan dan pantangan yang terkait dengan jimatnya itu.

Satu-satunya cara untuk mengakhiri perjanjian dengan setan itu adalah dengan berlindung kepada sesuatu yang lebih hebat dari setan. Dan sesuatu itu hanyalah Allah SWT, Tuhan yang menciptakan dan mematikan setan dan manusia. Dan ketahuilah bahwasanya Allah SWT itu Maha Perkasa dan Maha Pengampun. Jika kita meminta kepada Nya dengan sungguh-sungguh, maka Allah SWT pasti akan melindungi kita dan setan pasti kalah. Jika kita meminta ampun kepada Nya dengan sungguh-sungguh, kita buang semua jimat yang kita punya, dan kita benci semua urusan per-jimat-an itu, maka yakinlah Allah SWT pasti akan mengampuni kita. Itu harus dimulai sekarang saat kita masih hidup dan sehat. Jika kita sudah sekarat, maka tobat kita mungkin akan sia-sia.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun