Satu pertanyaan terkait dengan klaim Israel pada lagu tersebut, sesungguhnya milik siapakah Yerusalem? Klaim Israel bahwa itu adalah milik mereka pasti akan selalu ditentang oleh orang Palestina yang juga mengklaim bahwa itu adalah milik mereka. Tetapi apakah klaim orang Palestina pasti benar? Entahlah. Yang jelas, siapapun tidak bisa memaksa orang Palestina untuk mengakui bahwa Yerusalem adalah milik Israel, karena mereka ada lebih dulu disana pada saat klaim itu disampaikan. Orang Indian dulu melakukan itu. Mereka melawan para hawkish dari Eropa yang mengklaim bahwa tanah Amerika adalah milik mereka. Orang aborigin pun melawan saat para pendatang Inggris datang dan menyatakan bahwa Australia adalah milik mereka. Kaum Bumiputera pun angkat senjata saat orang Belanda menaruh Indonesia di bawah kaki mereka. Tetapi bedanya kini adalah, Indian dan Aborigin menjadi bangsa yang kalah, sedangkan kaum Bumiputera menjadi bangsa pemenang. Jadi, kalau orang Palestina kalah, maka mereka akan bernasib seperti Indian dan Aborigin. Tetapi jika orang Palestina menang, maka mereka akan menjadi seperti Indonesia.
Penting pula untuk dicatat, bahwa ketika Israel menggunakan klaim kepemilikan atas tanah Yerusalem tersebut berdasarkan kepercayaan mereka yang berumur ribuan tahun itu dan kemudian menginvasi orang Palestina sebagai penduduk yang mendiami tanah tersebut, maka apa yang mereka lakukan sesungguhnya sama dengan yang dilakukan Hitler. Saat menginvasi negara-negara tetangganya, Hitler sesungguhnya bertujuan untuk menyatukan kembali Jerman agar mencapai luas wilayah sebagaimana yang telah dicapai di masa lalu.
Sepertinya perselisihan antar manusia mengenai kepemilikan atas Yerusalem tersebut akan terus berlangsung sampai akhir zaman dan pada akhirnya hanya Allah SWT saja yang akan memberitahukan kebenaran atas perselisihan tersebut. Namun demikian, pada tulisan ini saya hendak menyampaikan satu keyakinan saya bahwa satu-satunya kebenaran berkaitan dengan kepemilikan atas suatu tanah adalah bahwa: bumi ini dan seluruh isinya hanya milik Allah SWT semata, Tuhan yang satu, yang tidak punya sekutu, tidak punya anak, dan bukan anak siapapun.
Akhir kata, saya ingin menegaskan bahwa untuk membangun Indonesia menjadi bangsa yang solid, maka pemerintah harus sungguh-sungguh mengembalikan karakter sejati dari bangsa ini, yaitu bangsa pejuang, bangsa yang ikhlas, dan bangsa pemenang. Amerika dan Israel adalah contoh bangsa yang sungguh-sungguh mengimplementasikan lagu nasionalnya, tetapi dengan cara yang justru bertentangan dengan kebajikan. Oleh karena itu, dalam rangka memperbaiki karakter bangsa ini, pemerintah harus ingat walaupun kita adalah bangsa pejuang, bangsa yang ikhlas, dan bangsa pemenang, tetap kita harus melakukan itu semua untuk kebaikan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H