Mohon tunggu...
Bambang Pribadi
Bambang Pribadi Mohon Tunggu... profesional -

B. Pribadi (Bambang Pribadi) sering dipanggil BP saja, pernah belajar ilmu kehutanan dan ekonomi, selain sebagai penulis dan editor, ia juga pelukis, perancang grafis, karikaturis, ilustrator, pernah menjadi dalang wayang kulit gagrak Ngayogyakarta…. www.bambangpribadi.com

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Petualangan Kliwon #3

31 Mei 2011   04:41 Diperbarui: 26 Juni 2015   05:02 169
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Warung pecel Simboknya Kliwon adalah warung turun temurun. Simboknya Kliwon menerima warisan profesi penjual pecel dari Simboknya. Nah, Simbok dari Simboknya Kliwon melanjutkan menjual pecel yang dijual oleh Simbok dari Simbok dari Simboknya Kliwon. Dan, Simbok dari Simbok dari Simboknya Kliwon juga melanjutkan pecel yang telah dijual oleh Simboknya yang juga melanjutkan profesi Simboknya juga. Entahlah, siapa sebenarnya nenek moyang Kliwon yang pertama kali mulai menjual pecel. Yang pasti, nenek moyang Kliwon bukan seorang pelaut, tetapi seorang pemecel. :D

Umpama warung pecel itu sebuah kerajaan maka Simboknya Kliwon adalah ratu pecel yang ke-sekian puluh atau bahkan ke-sekian ratus. Tak ada yang bisa tahu, karena tidak ada tradisi catat-mencatat. Tak ada pohon silsilah yang tersurat. Resep sambel pecelnya juga tak pernah tertulis. Semua resep dan prosedur standard pembuatan pecel mulai diwariskan ketika calon pemegang tahta kerajaan pecel masih cukup dini usianya secara live. Princess of the pecel sejak berusia 10 tahun akan membantu simboknya jualan pecel. Ia akan melakukan semua yang dilakukan simboknya. Apa yang dilakukan sang ratu akan dilakukan sang princess dengan sangat persis, termasuk kebiasaan turun-temurun untuk selalu tersenyum selebar tiga jari ketika sedang melayani pelanggan.

Semua ratu dan princess of the pecel selau mempertahankan kebiasaan turun temurun untuk tersenyum selebar tiga jarinya, tidak lebih tidak kurang. Senyum khas itu secara otomatis akan terhidang bersama sepincuk pecel lezat yang diserahterimakan ke tangan setiap pelanggan. Oleh sebab itu, setiap kali seorang ratu pecel melahirkan anaknya, yang dilihatnya pertama kali adalah ukuran jari-jari tangan bayinya. Jika ukuran jarinya terlalu besar, maka akan ada sedikit masalah baginya kelak. Ketika ia menghidangkan senyumnya, satu dua ekor lalat leluasa masuk dalam rongga mulutnya. Maka, warung pecel yang ratunya atau princessnya berjari tangan agak besar akan boros di biaya lilin. :D

Menarik untuk dicermati bahwa semua garis keturunan ke atas yang melanjutkan profesi penjual pecel itu adalah wanita. Itulah sekeping masalah yang selalu bergemerincing di pikiran Simboknya Kliwon. Sebab, Kliwon adalah anak tunggalnya dan laki-laki pula. Akankah Kliwon bersedia menjadi raja pecel? Usia Kliwon sudah menginjak 13 tahun dan belum ada tanda-tanda anak satu-satunya itu bersedia menjadi pangeran pecel dengan cara membantunya jualan pecel. Inilah peristiwa langka dalam sejarah kerajaan pecel, bahwa seorang ratu pecel berjualan sendiri tanpa diasisteni oleh princess of the pecel untuk sekian waktu yang cukup lama. Simbok sudah pasrah, mungkin sudah saatnya kerajaan pecelnya menabrak tembok kepunahannya.

—-

Bersambung….

—-

31-05-2011 bp

---

Sumber Gambar: http://www.kaskus.us/

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun