Mohon tunggu...
Bambang Pribadi
Bambang Pribadi Mohon Tunggu... profesional -

B. Pribadi (Bambang Pribadi) sering dipanggil BP saja, pernah belajar ilmu kehutanan dan ekonomi, selain sebagai penulis dan editor, ia juga pelukis, perancang grafis, karikaturis, ilustrator, pernah menjadi dalang wayang kulit gagrak Ngayogyakarta…. www.bambangpribadi.com

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Sketsa #12 Piramida Air Mata

10 April 2010   17:58 Diperbarui: 26 Juni 2015   16:52 274
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dingin. Dini hari. Angin manja meraba permukaan kulit. Purnama. Bulan tersenyum bangga melihat kami meninggalkan gedung perpustakaan. Bintang gemintang bertepuk tangan, sinarnya memancarkan pujian pada anak-anak haus ilmu.

Aku berjalan di samping Darmo, sepupu dekatku itu. Setelah melewati samping aula besar, kami belok kiri melewati jalan kecil berkerikil batu-batu hitam Merapi. Hari masih terlalu dini, rerumputan belum terbasuh embun. Kenikir-kenikir kuning sudah mengantuk. Aroma bunga sedap malam menyebar menumpang angin, mengiringi lahirnya kuntum-kuntum Epiphyllum anguliger bermekaran selepas tengah malam. Daun-daun bunganya putih, putiknya serupa warna rembulan. Wanginya segera berbaur mesra pada aroma sedap malam. Menyusuri jalan ini, kami seperti disapa gadis-gadis penjaja parfum sebuah kedai wewangian di Avenue des Champs-Elysées, Paris.

Ujung jalan ini adalah pelataran bangunan kembar. Kedua bangunan itu berbentuk serupa piramida gurun pasir Sahara. Kedua piramida kecil itu sama-sama hanya terdiri dari satu ruangan. Interiornya pun persis sama, bergaya minimalis dan berlapis dinding kedap suara.

Walaupun kembar dan persis sama, kedua piramida itu mengandung isi serba kontras, seumpama hitam dan putih, gelap dan terang. Berbeda 180 derajat, bagai langit dan bumi. Seolah terpisahkan oleh jurang kecerdasan tingkat tinggi para pendiri sekolah kami. Aura yang memancar dari kedua bangunan unik itu berbeda rasa, seperti manis dan pahit. Tetapi, kedua rasa itu adalah bumbu-bumbu pondasi yang akan membentuk kelezatan pada bangunan pendidikan yang tertanam dalam hati pemuda-pemudi akil balik seperti kami. Sebuah formula ajaib berbasis eksperimental dunia pendidikan yang keren habis.

Piramida pertama adalah sarang makhluk super kocak itu, Pak Guru Humor. Di sinilah persisnya letak Ruangan Bebas Ngakak berada. Inilah panggung pertunjukan berbagai jenis stand up comedy, laboratorium tawa terhebat di dunia. Ratusan buku kumpulan humor karya para siswa telah lahir dari rahim piramida ngocol ini. Buku-buku itu telah terpajang di seluruh toko buku kesayangan Anda. Menurut sebuah riset kecil, rak buku humor di setiap toko buku adalah rak dengan ratting kunjungan cukup menjanjikan.

Baru saja kami melewati piramida itu. Daun-daun pohon tanjung bergoyang-goyang menahan tawa. Kami melangkah lagi. Tak sampai sepelemparan batu kami melewati teras piramida kedua. Menginjak pelatarannya kami seperti memasuki dimensi lain.

Piramida ini adalah rahim air mata. Nama ruangan ini: "Ruang Bebas Menangis". Sebab, di ruangan ini kami semua pernah menangis tak tertahankan, tersedu-sedu, termehek-mehek, dan tersengguk-sengguk. Semua, tanpa kecuali. Siapa pun dia. Bolehlah Anda mengaku laki-laki preman dengan bodi penuh tatto, berbadan otot-otot kawat ala Ade Rai nan perkasa, berwajah sangar seperti Arnold Schwarzenegger, bahkan kalau perlu supermacho seperti Superman. Silahkan masuk saja ke piramida itu beberapa kali, Anda akan berubah seketika menjadi laki-laki melo berpotensi gila sinetron. Atau akan menangis meraung-raung, seperti anak kecil kehabisan permen. Air mata Anda akan terkuras seperti bendungan bobol.

Di ruangan inilah salah satu mata pelajaran mahawajib ini digemakan: mata pelajaran syukur! Di ruangan inilah arti sebuah kata syukur dibedah sampai akar-akarnya. Pembicara utama mata pelajaran syukur adalah pembicara tamu, dari segala macam tetek bengek latar belakang dan bebas usia. Pembicaranya adalah manusia-manusia langka tak terduga yang siap menghabisi air mata kami, air mata haru, air mata syukur. Tatkala kami selesai menangis, tiba-tiba kami merasa seperti bayi yang lahir kembali, menjadi seorang manusia baru.

Dan di sinilah, seorang pemuda kecil, berwajah bulat semangka, laki-laki supertegar hasil tempaan segala macam palu kemiskinan, bisa menangis. Dan tangisannya adalah tangisan terindah yang sempat aku saksikan. Sebab, tangisan sepupuku itu adalah tangisan istimewa yang mampu meruntuhkan hati seorang gadis imut jelita untuk menjatuhkan asmara padanya dalam sejarah cinta monyet mereka.***

Bersambung dalam sketsa-sketsa berikutnya....

11-04-2010 bp

*** Sketsa-sketsa sebagai pangkal judul di blog saya ini dimaksudkan sebagai bahan mentah (bisa berubah sewaktu-waktu). Sketsa-sketsa yang telah diposting berkesinambungan walau belum berurutan, yang jika digabungkan dan ditambah sedikit sana-sini kelak menjadi sebuah (mungkin beberapa buah) novel.

Sketsa sebelumnya:

Sketsa #1 Sekolah Aneh

Sketsa #2 Guru-Guru Aneh

Sketsa #3 Warteg Legendaris

Sketsa #4 Meditasi

Sketsa #5 “The Dessert Storm”

Sketsa #6 Hari-hari Serba Puitis

Sketsa #7 “The Amazing Storm”

Sketsa #8 “The Borobudur English”

Sketsa #9 Imajinasi

Sketsa #10 Orang-orang Teraneh Sedunia Part #1

Sketsa #11 Lelaki Maut Penyebar Tawa

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun