Mohon tunggu...
Boy Anugerah UI
Boy Anugerah UI Mohon Tunggu... Consulting Group (Political, Education and Literacy) -

Literasi Unggul Group adalah sebuah perusahaan swasta yang didirikan oleh Boy Anugerah, mantan pegawai pemerintah dan perusahaan swasta yang mengabdikan dirinya pada dunia literasi, pendidikan dan riset. Literasi Unggul Group menyediakan jasa pendidikan privat di bidang Bahasa Inggris, pengembangan literasi di daerah Jakarta dan Bekasi, riset independen di bidang politik, ekonomi, pertahanan keamanan, serta sosial budaya, serta menerima jasa pembuatan buku, jurnal, serta artikel opini dan ilmiah untuk diterbitkan. Literasi Unggul Group dipimpin langsung oleh Boy Anugerah yang membawahi beberapa periset independen di bidang politik, ekonomi, serta pendidikan dan sosial budaya. Dapat dihubungi di alamat email boy.anugerahsip@gmail.com.

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Bara di Teheran dan Sengkarut Doha

14 Desember 2017   13:14 Diperbarui: 14 Desember 2017   13:20 877
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Kawasan dengan api gejolak tanpa henti. Mungkin itu kalimat yang paling pas untuk menggambarkan situasi politik dan kondisi keamanan di kawasan Timur Tengah, sejak dulu hingga kini. Konflik berurat berakar antara Palestina dengan Israel terkait klaim atas Jerusalem, serangan koalisi Arab Saudi ke Yaman, perseteruan Irak dan Iran, kemunculan Negara Islam Irak dan Suriah (NIIS) yang menebar teror hingga ke seluruh penjuru dunia, merupakan agenda-agenda global yang muncul dari kawasan ini. Baru-baru ini kita kembali dikejutkan oleh serangan teroris yang melanda Teheran serta krisis hubungan diplomatik antara Qatar dengan sejumlah negara Arab.

Dunia dibuat tersentak ketika pada Rabu, 7 Juni yang lalu, negeri para Mullah diserang oleh kelompok teroris. Serangan tersebut menyasar dua tempat yang dianggap strategis dan sakral di Iran, yakni gedung parlemen yang merupakan simbol demokrasi di Iran, serta Mausoleum Ayatollah Ruhollah Khomeini, bapak revolusi Iran. Serangan tersebut berdampak pada tewasnya 17 orang dan sedikitnya 50 orang luka-luka.

Menyikapi serangan terorisme ini, pemerintah Iran melakukan langkah-langkah cepat. Pasukan keamanan bekerja sama dengan kepolisian dan pasukan elit Korps Garda Revolusi Iran berhasil mengidentifikasi dan menangkap sejumlah tersangka pelaku penembakan dan pengeboman di dua tempat tersebut. Menurut berita yang dilansir oleh media Iran, Press TV, 41 anggota NIIS berhasil ditangkap di Provinsi Kermanshah, Kordestan, Azerbaijan Barat, serta Ibukota Teheran pasca serangan teror.

Bergeser sejenak dari Teheran ke Doha, Ibukota Qatar. Baru-baru ini Qatar memasuki periode paling pelik dalam hubungan diplomatik dengan negara-negara tetangganya di kawasan seperti Arab Saudi, Uni Emirat Arab, serta Bahrain. Negara-negara tersebut beranggapan bahwasanya Qatar adalah negara sponsor terorisme (state sponsored terrorism).

Dalam persepsi negara-negara tersebut, apa yang dilakukan Qatar dengan menjalin hubungan khusus dengan Iran, penyaluran dana kepada kelompok Ikhwanul Muslimin, Hizbullah, serta Hamas yang dianggap negara barat sebagai kelompok terorisme merupakan bentuk dukungan kepada gerakan teror. Pemutusan hubungan diplomatik yang mereka lakukan merupakan sebuah tekanan agar Qatar mengubah garis kebijakan politiknya di kawasan.

Rasa Saling Curiga

Dua isu mutakhir di negara kawasan Timur Tengah tersebut di atas tidak bisa dipandang remeh dan menjadi sebuah urgensi untuk diselesaikan. Dalam kasus serangan teror di Iran misalnya, berkembang rasa saling curiga dan meningkatnya ketegangan antara Iran yang notabene menganut aliran Syiah dengan Arab Saudi yang dianggap sebagai poros Sunni di kawasan. Tak tanggung-tanggung, pasca serangan teror, korps elit Iran, Garda Revolusi Iran melancarkan pernyataan keras kepada pemerintah Arab Saudi. Mereka menuduh Arab Saudi berada di balik serangan tersebut.

Tudingan Iran kepada Arab Saudi ini bukanlah tanpa dasar. Pertama, konflik kedua negara adalah konflik lama terkait perbedaan aliran agama. Kedua, Arab Saudi memiliki hubungan erat dengan Amerika Serikat dan beberapa negara barat sekutu AS yang notabene menjadi musuh bagi Iran. Ketiga, kunjungan Donald Trump beberapa pekan lalu ke Arab Saudi sebelum aksi teror, ternyata berdampak pada pemutusan hubungan diplomatik antara Arab Saudi dengan Qatar yang merupakan negara mitra Iran.

Memang tudingan Iran kepada Arab Saudi ini harus diuji lagi secara empiris kebenarannya. Secara faktual, NIIS menyatakan bertanggung jawab atas serangan tersebut. Klaim NIIS ini secara tidak langsung mematahkan tudingan Iran. Namun demikian, tudingan Iran ini bisa bermakna beberapa hal.

Satu, tudingan ini menggambarkan riil politik di Timur Tengah bahwa rasa saling curiga diantara negara-negara kawasan semakin menguat. Kedua, perang proksi yang dijalankan oleh negara-negara Barat di kawasan berdampak pada segregasi politik antarnegara. Ketiga, tudingan tersebut bisa dimaknai bahwa tindakan Arab Saudi memutuskan hubungan diplomatik (baca: menekan secara politik) dengan Qatar yang merupakan sekutu Iran, ditentang keras oleh Iran. Secara tidak langsung Iran hendak mengatakan bahwa mereka ada dan siap di belakang Qatar.

Dari sudut pandang lainnya, begitu mudahnya Teheran diserang aksi-aksi teror menunjukkan bahwa sistem intelijen dan pertahanan Iran tidak cukup tangguh untuk menangkal terorisme. Bahkan dua tempat utama yang menunjukkan jati diri atau identitas Iran dengan mudah diluluhlantakkan musuh.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun