Papua, adalah provinsi yang terletak di ujung timur Indonesia, telah menjadi perdebatan panjang tentang kemajuan ekonomi, politik, dan budayanya. Saya akan mengajak kita menjelajahi faktor-faktor yang memengaruhi persepsi terhadap Papua dan bagaimana peran sarjana dan profesor Papua di sini dan di luar negeri dapat membantu mengubah narasi tentang tanah ini.
Konteks  Sejarah
Penting untuk memahami konteks sejarah Papua untuk memahami kenapa terdapat ketidaksetaraan ekonomi dan tantangan-tantangan lainnya. Papua, yang dikenal sebagai Irian Jaya pada masa lalu, adalah salah satu wilayah terakhir yang dijajah oleh Belanda sebelum dikuasai oleh Indonesia pada tahun 1963. Konflik internal, ketidaksetaraan ekonomi, dan masalah hak asasi manusia mewarnai sejarah Papua. Pertanyaannya apakah orang-papua merasa dijajah belanda?
Sejarah Papua, atau yang pada masa kolonial Belanda disebut Irian Jaya, memainkan peran penting dalam memahami tantangan yang dihadapi oleh papua saat ini. Berikut adalah beberapa poin penting dalam sejarah Papua yang memengaruhi konteks saat ini.
Pada abad ke-19, Belanda mulai menjajah wilayah Papua. Mereka mendirikan pos-pos perdagangan dan mengklaim wilayah ini sebagai bagian dari Hindia Belanda. Penjajahan ini berlangsung hingga pertengahan abad ke-20.
Pengalihan Kedaulatan Setelah kemerdekaan Indonesia pada tahun 1945, Papua masih berada di bawah administrasi Belanda. Namun, pada tahun 1961, Belanda mengumumkan bahwa mereka akan mentransfer Papua ke pemerintahan Indonesia.
Pengalihan kedaulatan Papua kepada Indonesia tidak berjalan mulus. Beberapa kelompok di Papua merasa bahwa mereka harus memiliki hak untuk menentukan nasib sendiri. Ini memicu konflik kemerdekaan yang berlarut-larut dan sering kali disertai dengan tindakan kekerasan.
Setelah Papua secara resmi menjadi bagian Indonesia pada tahun 1969 melalui "Plebisit Papua," atau Pepera "Penentuan Pendapat Rakyat" banyak warga Papua merasa bahwa hak-hak mereka terabaikan dan mengalami ketidaksetaraan ekonomi. Pemerintahan otoriter dan penindasan politik juga menjadi masalah.
Selama beberapa dekade, Papua telah menjadi pusat perhatian internasional karena pelanggaran hak asasi manusia yang dilaporkan, termasuk pembatasan kebebasan berbicara dan berkumpul, serta insiden-insiden kekerasan.
Beberapa upaya telah dilakukan untuk mencari solusi damai terhadap konflik di Papua, termasuk pemberian otonomi khusus melalui Undang-Undang Otonomi Khusus Papua pada tahun 2001. Namun, tantangan-tantangan tetap ada, dan pembicaraan dialog terus berlanjut.
Sejarah Papua mencerminkan ketidak setaraan ekonomi, ketegangan politik, dan masalah hak asasi manusia yang masih ada hingga saat ini. Memahami sejarah ini adalah langkah awal dalam upaya untuk mengatasi tantangan tersebut dan mencapai perdamaian serta kemajuan yang diakui oleh seluruh Orang Papua./dr