Mohon tunggu...
deniranggup
deniranggup Mohon Tunggu... Mahasiswa - Boy rg

Marjaavaan (Aku akan Mati): Cinta yang hilang, harapan untuk kembali.

Selanjutnya

Tutup

Diary

Kutukan Sumber Daya Alam

2 Juni 2021   18:03 Diperbarui: 2 Juni 2021   18:09 175
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Diary. Sumber ilustrasi: PEXELS/Markus Winkler

KUTUKAN SUMBER DAYA ALAM

disuatu daerah manapun yang berlimpah dengan kekayaan alamnya, entah itu batu bara, minyak, emas dan  tambang tambang lainnya, percaya tidak percaya silakan anda telaah secara saksama apa yang terjadi pada masyarakat adat setempat.

Hitungan jari, atau di persen kan mungkin sekitar 0,01%  penduduk aslinya yang sukses dalam hidup. Selebihnya hanya terjadi pembodohan dan pembunuhan karakter secara perlahan.

Pembiaran karakter tidak bertanggung jawab, di instan kan hidupnya dengan uang bertujuan kehancuran masa depan, dan akan tetap seperti itu.

Hingga tidak ada keberhasilan yang mumpuni untuk mampu mengolah hasil SDA nya sendiri.

Pembodohan dan pembunuhan karakter itu yang terjadi di timika dan beberapa daerah tambang yang ada di Papua.

Anak anak kita dibiarkan sekolah setinggi2 tapi kesengajaan diberikan limpahan uang untuk menghancurkan diri mereka, syukur jika Masi ada diantara mereka yang berhasi.

Keberhasilan itu pun jauh dari urusan mengurusi SDA, sehingga yang terjadi adalah perpanjangan kontrak hingga 50 tahun lagi, dan kita anak anak asli bisa apa? Kita hanya bisa gigit kuku.

Apa yang mau dibanggakan dengan tambang emas di tanah ini, kalau provinsi Papua urutan teratas provinsi miskin?

Lalu apa yang dapat dilakukan anak-anak Papua yang bergelar doktor dan sarjana, bila di provinsi ini, dengan sengaja menciptakan pemerintahan oligarki.

Katanya saja Otsus tapi semua hanya kata dalam cerita, tentang surga kecil di bumi.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun