Wajah Kepolisian RI dalam waktu 1 tahun belakangan ini sungguh runyam, berbagai kasus negatif mendera terus menerus, simak saja:
1.Perseteruan Buaya Vs Cicak,
Perseteruan ini menurunkan wibawa kepolisian dimata masyarakat anti korupsi hingga ke titik nadir, alih-alih berbekal issue suap Anggodo terhadap pimpinan KPK, bahkan sempat menahannya, tetapi ujungnya jelas yaitu Pimpinan KPK tidak bersalah, satu hal yang jelas polisi telah salah melakukan penahanan pimpinan KPK, sementara terduga pelaku suap bebas berkeliaran.
2.Keterlibatan Perwira Polri (WW) dalam Pembunuhan Berencana terhadap Nasrudin Z.
Kombes Polisi WW, mantan Kapolres Jakarta Selatan bersumpah dihadapan Allah SWT, bahwasanya telah merekayasa BAP yang mengakibatkan Ketua KPK terseret menjadi terdakwa, dalam pengakuan dibawah sumpah itu Kombes WW menyatakan bahwasanya rekayasa itu atas perintah pimpinan, dan selanjutnya dihadapan majelis hakim mengatakan mencabut 5 BAP hasil rekayasa tsb dan mengatakan merasa bersalah terhadap terdakwa AA, (Pengakuan WW tersebut dibantah oleh Kepolisian RI).
Pada kesempatan lain pada sidng kasus AA, KomJen Susno Duaji bersaksi dan juga menyatakan ada pembentukan team yang tanpa sepengetahuannya. (ini juga dibantah kepolisian RI)
3.Perseteruan Buaya Vs Buaya
Perseteruan bermula dari pengungkapan fakta oleh Komjen Susno Duaji tentang adanya Mafia Kasus dan Mafia Pajak di tubuh institusi kepolisian terkait Manipulasi Pajak Gayus Tambunan dan Makelar Kasus Syahril Djohan.
Berdasarkan perkembangan penyelidikan, apa yang diungkapkan KomJen Susno Duaji tentang Mafia Kasus dan Mafia Pajak ternyata benar adanya.
Lalu Bagaimana Caranya Memperbaiki Citra ?.
Secara logika, seandainya anda adalah pimpinan di Institusi tersebut tentu akan berpikir dan mencari solusi, bagaimana caranya memperbaiki citra dan memenangkan image masyarakat serta harus dapat mengalihkan perhatian masyarkat sehingga kejanggalan-kejanggalan penyelidikan dan penyidikan dapat tertutupi.
Teori ini sangat sederhana, buatlah kasus besar yang dapat menjadi pengalih perhatian, dan masyarakat juga sudah semakin pintar, hingga kolega saya waktu ditanyakan ini seandainya dia menjadi pimpinan di institusi tersebut, dengan santai saja kolega saya menjawab:
“Buat saja skenario seolah-olah ada teroris”… Nah loh… ‘Terorist Mode on’ dunk…