[caption id="attachment_206103" align="alignnone" width="600" caption="image source tribunnews.com"][/caption] sudah sepenuhnyakah kita merdeka? ini sering jadi bahan diskusi beberapa kalangan jelang hut RI. tak pelak juga jelang 17 agustus 2012 dimana kita milad yg ke-67. sang plokmator dan pejuang bangsa ini tentulah sangat tidak menginginkan negara kita seperti sekarang. korupsi dimana-mana adalah bentuk lain dari penjajahan oleh pemimpin kepada rakyatnya.begitu juga dengan penjajahan peradaban oleh media dengan tayangan yg tidak mendidik dan mengajarkan pola hidup matrealistis dengan mempertontonkan sinetron kacangan demi mengejar rating. didaerah-daerahpun demikian juga adanya. disini dimana saya berdomisili yaitu kota pariaman, apa yg terjadi dipusat berdampak juga pada daerah "sagadang lapek bugih" ini. pejabat daerah tak malu mempertontonkan pola hidup matrealistis kepada masyarakatnya yg notabene jauh dari kosakata sejahtera. gaya hidup pamer jangan ditanya dipariaman ini.. berejeki sedikit sudah tak tanggung-2 ongasnya.. kepala mulai menengadah kelangit seakan kakinya tak menginjak bumi lagi. seakan mau dibelinya saja kita dan seisi kampung ini bila melihat lagak langgam mereka yg terkadang membuat saya "maloyor" setengah muntah. jasa pahlawan pendiri bangsa mustilah kita hargai dan tauladani dengan cerminan perilaku kecintaan mereka pada bangsa ini. jangan hanya kita puja-puja diupacara 17 san sementara perilaku kita sebagai negarawan tak mencerminkan akan apa yg kita orasikan. sering kita lihat pejabat dengan kalimat manisnya menghimbau di tujuh belasan : "dengan semangat proklamasi marilah kita anu-anu.. kita tingkatkan anu-anu.. kita jauhi anu-anu.. kita contoh pahlawan kita yg berjuang demi tegaknya negara ini.." lalu beberapa saat kemudian masuklah kepenjara pejabat tersebut karena kasus korupsi. apakah saya mengada-ada? apa perlu saya sebutkan namanya satu persatu disini?.. saya rasa tanpa disebutpun kita semua sangat mahfum akan hal ini.. sudah ratusan pejabat yg sering berkoar-koar dicorong mix diacara tujuh belasan yg dikandang situmbinkan ( baca penjara) kita sebagai jurnalis juga demikian, tepuklah air didulang tak apa-2 demi kebenaran.. janganlah kita mengendapkan sebuah berita karena kita segan dengan sipolan,atau malah tangkurak angku sudah mereka beli sehingga yg muncul berita seremonial belaka.. sering kita baca judul berita maaf "sikalempong meresmikan anu". peran media sangat dominan dalam sebuah peradaban.. jika media sudah jadi corong pejabat jangan dikata lagi hancurnya peradaban dinegara ini.. catatan oyong liza piliang
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H