Apa yang salah dengan Negara kita ? itulah pertanyaan yang menggelayut diotak maupun benak kita semua, baik kalangan Politisi, aktivis dan manacaragam Profesi masyarakat Indonesia lainnya. sering kita melihat orang yang pantas dari segala aspek dan segi untuk dijadikan pemimpin dinegara ini tidak mendapat tempat dan Ironisnya lagi bahkan tak dikenal sama sekali karena luput dari Publikasi media mainstream . hal tersebut bersebab Masyarakat kita sendiri yang kurang Peka terhadap Nilai-nilai Kebaikan Hakiki yang ada disekitar mereka. mereka terlalu sibuk dengan berbagai macam Orientasi Materi yang dikira Paling Pokok dalam kehidupan Ini. Barusan saya sempat bercakap-cakap via telpon dengan salah seorang Praktisi Supranatural Indonesia Frans Wiguna. ia acap keluar diacara Televisi terkait dunia Supranatural-Spiritual dan acap pula dimintai statementnya terkait isu Dunia Perdukunan yang marak akhir-akhir ini semacam kehebohan artis Makai Susuk dan yang terbaru dengan Eyang Subur si Dukun Manjur dan Makmur kontra Adi Bing Slamet. Namun Pembicaraan saya dengan Frans adalah tentang Perpolitikan dan Sosial dengan Fakta yang kian hari kian memiriskan bukan membahas kemeyan dan Hio dan hal Magic lainnya. saya dapat menyimpulkan bahwa Pria 33 tahun ini adalah Manusia Modern yang sangat menjunjung tinggi Logika disamping Profesinya sebagai Praktisi Supranatural yang dikenal akrab dengan bau menyan dan Hio tersebut. Frans mengatakan , Kesalahan terbesar Negara terletak dari mindset spiritual masyarakatnya yang melupakan Nilai-nilai kebenaran dan terlalu terkooptasi dengan Materi sehingga Agama dijadikan Tameng rasis untuk saling Klaim nilai-nilai kebenaran tersebut, padahal semua ajaran Agama mengajarkan kita pada Norma-norma Kebajikan, Indonesia mulai musti membenahi diri dan membentengi Generasi yang akan datang tentang pemahaman Spiritual yang benar dalam sebuah Kurikulum Dasar agar Persepsi mereka kelak lebih pure dan ber Implementasi pada kesadaran Sosial yang berperadaban elegan dan jika dikaitkan ke dunia Politik mereka akan lebih cerdas dalam memilih pemimpinnya kelak, ujar Frans. spiritual menurut wikipedia : Kecerdasan spiritual atau yang biasa dikenal dengan SQ (bahasa Inggris: spiritual quotient) adalah kecerdasan jiwa yang membantu seseorang untuk mengembangkan dirinya secara utuh melalui penciptaan kemungkinan untuk menerapkan nilai-nilai positif.[1] SQ merupakan fasilitas yang membantu seseorang untuk mengatasi persoalan dan berdamai dengan persoalannya itu.[2] Ciri utama dari SQ ini ditunjukkan dengan kesadaran seseorang untuk menggunakan pengalamannya sebagai bentuk penerapan nilai dan makna.[1] Kecerdasan spiritual yang berkembang dengan baik akan ditandai dengan kemampuan seseorang untuk bersikap fleksibel dan mudah menyesuaikan diri dengan lingkungan, memiliki tingkat kesadaran yang tinggi, mampu menghadapi penderitaan dan rasa sakit, mampu mengambil pelajaran yang berharga dari suatu kegagalan, mampu mewujudkan hidup sesuai dengan visi dan misi, mampu melihat keterkaitan antara berbagai hal, mandiri, serta pada akhirnya membuat seseorang mengerti akan makna hidupnya. Kepekaan seorang Pemimpin baik itu tingkat Pusat maupun daerah terhadap rakyat memang perlu kita pertanyakan. disini, Di Sumbar ini, fakta memilukan bikin kita miris acap terjadi, setahun lalu ditemukan Balita penderita Gizi Buruk dan Busung Lapar. barusan Anak-anak Sekolah Dasar meniti Jembatan Tali menuju Sekolah, sudah dua kasus saya temui Jembatan Gantung reot yang akhirnya tinggal dua utas tali saja yang bersisa, dikedua tali itulah anak sekolah Dasar menyebrang kesekolah sementara dibawahnya Sungai deras dan dalam menanti siap menghanyutkan mereka. ketika dipertanyakan kepada aparatur terkait dengan enteng mereka menjawab anggaran untuk hal tersebut belum ada dengan ekspresi mimik wajah datar. Kemana empati mereka ? lalu jika kita abaikan pemerintah kemana para manusia konyol yang menganggap dirinya Tokoh Masyarakat ? setali tiga uang . sitokoh masyarakat melobi pemerintah, pemerintah beralasan belum ada anggaran. sitokoh masyarakat ingin dapat nama jika berhasil melobi, sedangkan pemerintah mengabaikan Hati Nuraninya karena standar Baku administrasi konyol yang tidak jelas Skala Prioritas menyangkut hajat keselamatan orang banyak. Hendaknya walau bagaimanapun jika hal tersebut menyangkut keselamatan Warga apalagi anak-anak, seyogyanya pemerintah mendahulukan dan segera membetulkan Sarana tersebut dengan dana taktisnya sebagai kepala Daerah, lalu setelahnya memprioritaskan Jembatan Permanen yang dianggarkan. Disinilah saya meyakini apa yang dikatakan Frans Wiguna benar dan Faktual adanya disekeliling saya saat ini tentang pemahaman nilai Spiritual hakiki yang jarang dimiliki para Politisi yang kebanyakan bergelar tinggi. Dalam Dunia Politik jelang Pilpres 2014 kita juga sering melihat kelatahan yang bikin mual rakyat oleh perilaku orang yang tidak pantas dari segi apapun memimpin Negara ini mendeklarasikan Diri sebagai Calon Presiden . dalam hal ini saya hanya mengapresiasif Iwan Piliang , ia yang saya kenal secara Pribadi serasa pantas mendeklarasikan diri sebagai Capres,lain tidak, baik itu Rhoma Irama maupun Farhat Abbas . tidak ada yang salah memang, karena siapapun punya hak Politik sama dan dijamin Konstitusi di Negara ini menjadi apapun yang mereka inginkan asal tidak bertentangan dengan UUD 45 Sebagai Basic konstitusi negara kita. Namun ada beberapa hal tidak tertulis yang musti dipahami di Negara ini. hal tersebut dinamakan Hukum Azas kepatutan Norma Sosial, meskipun tak tertulis Hukum Tersebut terkadang lebih Powerfull dari Hukum tertulis semacam Hukum peninggalan Kolonial Belanda sekalipun.Sangsi Cemooh masyarakat selalu mengiring dibelakangnya. Indonesia kedepan Mustilah kita sekarang ini yang memikirkan . Presiden dan Legislatif kedepan mustilah di isi oleh orang-orang yang cakap dan menjunjung tinggi Integritas . Integritas hanya bisa didapat bila orang tersebut memahami Ilmu Spiritual yang Hakiki sebagaimana yang dikatakan Frans Wiguna tadi. catatan Oyong Liza Piliang , Citizen Journalism
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H