Catatan mini untuk Afrizal Malna, Dewi Noviami dan Nandang Aradea. TRADISI Sebelum melebar kemana-mana maka perlu kutegaskan dari awal bahwa Tradisi yang kumaksud adalah Teater Tradisi. Dan bicara teater tradisi maka akan banyak dijumpai aneka cara pengolahan dan bentuknya. Sebagaimana barat yang membagi seni tradisinya menjadi dua kelas; Seni yang dicipta serta dipertunjukkan bagi kalangan bangsawan dan seni yang dicipta dan dimainkan oleh rakyat kebanyakan. Begitupun yang terjadi di nusantara ini; Ada seni Keraton dan seni rakyat. Ku fokuskan tema hanya kepada seni teater rakyat karena dari situlah pembahasan soal tradisi ini berpangkal. Teater rakyat ada banyak jumlahnya di negara ini. Mereka hadir sebagai hasil dari berbagai pendekatan alam pikir tradisi terhadap situasi zamannya dan juga upaya pembaharuan dari luar. Teater rakyat adalah elemen vital bagi kultur lokal untuk mempertahankan eksistensi budaya suatu bangsa. Pengaruh teater rakyat bagi kultur lokal karena seni teater rakyat merekam tidak hanya alam fisik tetapi juga dunia rohani budaya setempat. Inilah yang menjadikan teater rakyat sebagai pilar budaya lokal. ANOMALI Bagaimana dengan posisi tradisi di masa kini? Dalam satu kata kutegaskan; Anomali. Ketidakjelasan arti dan fungsi tradisi pada tata kelola kehidupan di zaman sekarang menjadikannya terkadang hanya sebatas asesori tanpa kesatuan holistik dengan alam rohani era kini. Bangsa sendiripun lebih suka menatap lewat mata kamera bila menyaksikan seni tradisi bak turis di negeri sendiri. Gejala kontemporer yang melipat ruang waktu dalam saku membuat segalanya terburai deras tanpa filter yang jelas. Situasi tersebut suka membuat mengantuk karena terbayang masa depan yang non-solutif. Inilah zaman pelangi budaya dimana segala yang dahulu tiarap kini menemukan jalan keluarnya untuk sebatas dikenal keberadaannya. Namun semua berebut ingin menjadi yang terdepan, nilai-nilai lokal berbaur dengan nilai-nilai luar bahkan yang personal. Akar tercerabut dari tanah dan daun-daun kelaparan. Inilah situasi anomali bagi tradisi.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H