Mohon tunggu...
Boyke Pribadi
Boyke Pribadi Mohon Tunggu... Dosen Universitas Sultan Ageng Tirtayasa Banten -

menulis berbagai hal dalam kehidupan

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Percaya Diri dan Poho Diri

10 Juni 2014   07:06 Diperbarui: 20 Juni 2015   04:25 194
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

sebelum saya memberikan opini, tulisan ini tidak dimaksud utk memihak salah satu pasangan capres, karena saya secara pribadi terikat dengan pakta integritas sebagai anggota tim pemeriksa pelanggaran kode etik penyelenggara pemilu di daerah yang bekerja untuk Dewan Kehormatan Penyelenggara Pemilu (DKPP), yang mengharuskan untuk bersikap netral baik dalam pemilu maupun pilpres. Namun demikian sebagai anggota masyarakat, saya merasa memiliki hak untuk menilai sesuatu seperti debat pertama para capres yang disiarkan langsung pada hari senin 9 Juni 2014 pukul 20.00.

Bila mengamati mundur kebelakang ketika pengambilan nomor urut Capres dan para capres diberikan kesempatan pidato selama 3 menit, dan banyak orang yang menilai Prabowo memberikan pidato yang lebih baik ketimbang Jokowi (http://politik.rmol.co/read/2014/06/02/157830/Menilai-Jati-Diri-Kedua-Capres-dari-Pidato-3-Menit- ) . Dan pihak jokowi memberikan pembelaan bahwa beliau memang tidak pandai berpidato, namun lebih memilih menjadi pekerja ketimbang seorang orator. Pun demikian ketika pada deklarasi kampanye damai yang diadakan pada selasa 3 juni 2014, semua media menulis tentang kakunya Jokowi pada acara tersebut, meskipun akhirnya dijawab oleh salah seorang timsesnya ( http://pemilu.tempo.co/read/news/2014/06/05/269582684/Mengapa-Jokowi-Kaku-di-Depan-Prabowo ).

Terlepas dari semua itu, fakta yang terjadi pada kedua peristiwa tersebut menjadi dasar kesimpulan bagi banyak pihak bahwa pasangan JKW-JK akan menjadi bulan bulanan oleh pasangan PS-HR pada debat capres yang digelar KPU. Mungkin melihat kedua fenomena tersebut, maka menjelang debat, pihak PS-HR yang sangat Percaya Diri justru diberitakan tidak melakukan persiapan secara serius dan bahkan cenderung meremehkan ( http://nasional.kompas.com/read/2014/06/09/1803574/Timses.Prabowo-Hatta.Persiapan.Debat.Kayak.Ujian.Doktor.Saja ) . Sementara pihak JKW-JK justru berusaha menutupi kekurangan yang menjadi sorotan media tersebut dengan melakukan persiapan dengan sungguh sungguh dan bahkan melakukan simulasi ( http://m.liputan6.com/indonesia-baru/read/2060204/persiapan-debat-capres-besok-jokowi-bertemu-3-pengamat-politik ).

Wal hasil pada saat acara debat dilakukan, siapapun yang bersifat transenden dan tidak memihak secara fanatis akan menilai bahwa pasangan JKW-JK tampil diatas angin dalam acara perdebatan tersebut. Meskipun pada segmen pertama  panyampaian visi-misi JKW tampil agak tegang ketimbang PS, dan dalam ketegangan tersebut JKW menyampaikan sesuatu yang induktif empiris berdasarkan pengalamannya sendiri, sedangkan PS cenderung menyampaikan visi yang deduktif non empiris yang berupa teori teori tidak aplikatif.

Pada segmen pertanyaan dari moderator, JKW menjawab mengambang dan di tajamkan oleh JK. Sedangkan pertanyaan ke PS menukik terhadap masalah HAM dan Korupsi. Jujur, setelah mendengar pertanyaan moderator, penulis langsung menulis status FB yang berbunyi "patut diduga, dari tim panitia ada yg tdk pro salah satu capres, he he he......koq pertanyaannya menukik bingiittttt", Karena tentunya materi yang ditanyakan sangat berhubungan dengan kondisi di kubu koalisi PS.

Memasukki segmen pertanyaan yang ditanyakan sama kepada kedua pasang calon, nampak pasangan JKW-JK sangat menguasai kerena jawaban atas pertanyaan tersebut sangat dikuasai sebagai birokrat dan mantan birokrat yang merangkap politisi. Sementara PS menjawab sangat normatif, untung saja dibantu HR yang menyesuaikan jawaban berdasarkan pengalamannya selaku birokrat. Hingga segmen ini, penulis sempat dihinggapi perasaan koq pertanyaan yang diajukan oleh moderator meterinya cenderung sangat mudah bagi seorang yang pernah menjabat sebagai kepala daerah dan manta wakil presiden, bahkan ketika penulis mendapat pesan di FB bahwa ada isyu tentang pertemuan timses pasangan tersebut dengan pihak kepolisian dan petinggi KPU. Informasi ini seakan menggiring prasangka penulis bahwa ada kebocoran pertanyaan. Namun di sisi lain nalar penulis mengatakan gak mungkin KPU mengambil resiko terlalu besar demi hajatan bangsa ini.

Dan dugaan penulis tersebut langsung terbantahkan, manakala memasuki segmen pertanyan antar calon. Dimana pasangan PS-HR memberikan pertanyaan yang sangat gampang dijawab bagi pelaku pemerintahan semacam JKW-JK . Dan penulis yakin bahwa tidak mungkin ada kebocoran atas pertanyaan tersebut karena memang langsung dibuat oleh pasangan lawan. Pertanyaan yang sangat mudah dijawab, karena terkait isyu pilkada langsung yang telah menjadi konsumsi umum dan persoalan pemekaran yang jawabannya sudah jelas mengacu kepada PP 78/2007 yang tentunya sebagai mantan walikota dan sedang menjabat gubernur, persoalan tersebut menjadi menu diluar kepala bagi JKW. Sementara pertanyaan dari pasangan JKW-JK menohok langsung kepada hal yang sensitif di kubu PS. Untunglah PS bisa menjadikan jawaban yang diberikan sebagai ajang klarifikasi atas tuduhan pelanggaran HAM selama ini, meskipun dengan jeli JK menyanggah perihal alasan Bom sebagai alasan utama tugas mengamankan negara pada era 1998-1999, karena siapapun tahu bahwa permainan bom high explosive mulai dikenal setelah kejadian bom bali paska peristiwa 9-11-2001.

Dan pada pertanyaan segmen terakhir, pasngan JKW-JK dengan mudah dan lancar menjawab, krn urusan ketidak patuhan thd pusat tentunya menjadi obrolan sehari hari bagi para kepala daerah ketika mereka berkumpul pada suatu acara, dan salah satu solusinya adalah melalui politi anggaran. Tentunya hal ini belum pernah dirasakan oleh pasangan PS-HR krn belum pernah menjadi kepala daerah. Dan untungnya HR memberikan jawaban yang cerdas dari sudut pandang pengalamannya sebagai menteri.

Kesimpulan dari debat tersebut, terkadang merasa diri hebat akan membuat kegagalan bagi seseorang. dan seseorang yang merasa lemah justru akan melakukan persiapan yang lebih untuk tampil prima. semoga untuk perdebatan selanjutnya tim pasangan PS-HR dapat bersungguh sungguh memoles capresnya sehingga tidak Poho Diri dan mampu menghasilkan perdebatan yang menarik dan mencerdaskan pemirsa. Demikian pula semoga Tim pasangan JKW-JK bisa lebih memoles JKW-JK agar tampil bersahaja namun dapat memberikan pencerahan kepada publik.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun