Mohon tunggu...
Boyke Reza
Boyke Reza Mohon Tunggu... lainnya -

Berusaha menjadi seorang pembelajar

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Kasih Sayang

25 November 2011   08:54 Diperbarui: 25 Juni 2015   23:13 264
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Kasih Sayang

Penulis : Muhammad Reza, SE.,SH

Pusat Pengkajian MPR RI

Bismillahirahmanirrahim.. sebagaimana kita ketahui bahwa kalimattulah tersebut mempunyai arti, “dengan menyebut nama Allah yang maha pengasih lagi maha penyayang”, yang merupakan salah satu pengejawantahan dari sifat-sifat Allah yaitu Arrahman dan Arrahim yang ditujukan kepada umat manusia agar senantiasa selalu meyakini bahwa begitu nyatanya rasa kasih dan rasa sayang Tuhan kepada makhluk ciptaannya.

Rasa kasih dan sayang merupakan sifat-sifat Ilahiah yang melekat di dalam roh setiap umat manusia yang tidak terikat ke dalam suatu keindahan fisik semata tetapi jauh lebih menelisik ke dalam sisi batin manusia. Tidak bisa kita hindari kenyataan bahwa nikmat rasa kasih dan sayang merupakan suatu anugerah yang bersifat kodrati dan nyata bagi manusia sehingga tidak bisa dibatasi oleh sifat-sifat fisik yang bersifat sementara seperti tua atau muda, laki-laki atau perempuan, kaya atau miskin, sehat atau sakit, tetapi sejatinya rasa kasih dan sayang itu ada dan akan selalu hadir di dalam diri setiap manusia selama manusia itu sendiri dapat menyadari dan mensyukuri bahwa mereka sesungguhnya telah memiliki anugerah dari Tuhan yaitu rasa kasih dan rasa sayang.

Tidak ada yang sesuatu pun yang salah dengan rasa kasih dan sayang yang kita miliki, meskipun terkadang pula kita dihadapkan pada pandangan dan persepsi yang tidak tepat dari lingkungan sekitar kita. Semakin banyak dan seringnya kita memberikan rasa itu tentu akan semakin tinggi pula derajat kita dimata Tuhan, sebagaimana yang disebutkan di dalam Surat Maryam 19:96. yaitu “Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan beramal saleh, kelak Allah Yang Maha Pemurah akan menanamkan dalam (hati) mereka rasa kasih sayang”. Tentu betapa meruginya kita sebagai umat manusia bila rasa kasih dan sayang itu telah tercerabut dari diri kita, naudzubillah.

Rasa kasih dan sayang itu bagaikan pancaran sinar matahari yang cerah di pagi hari, yang selalu memancarkan sinarnya tanpa henti dan tidak mengharapkan sedikit pun sang cahaya yang telah terpancar kembali pada dirinya, setidaknya itulah sejatinya rasa kasih sayang itu. Tulusnya kasih sayang orang tua terhadap anak, bijaknya seorang pemimpin terhadap bawahan dan tingginya nilai social quotient seseorang merupakan salah satu bukti nyata bahwa setiap manusia pada hakikatnya dapat menemukan kesejatian kasih sayang itu.

Memasuki bulan februari pada setiap tahunnya, kita seolah dihadapkan pada fenomena rutin yaitu adanya hari kasih sayang atau yang akrab di sebut dengan valentine day. Asal usul perayaan valentine day konon terinspirasi oleh ke”tulusan” seorang santo kristen yakni Valentinus yang mencintai dan menikahi seorang wanita dimana pada waktu tersebut tidak diperkenankan adanya pernikahan seorang santo, hingga akhirnya ia harus menjalani hukuman mati pada tanggal 14 februari oleh kekaisaran romawi kuno, untuk mengenang tulus kasih sayangnya maka valentine day dijadikan sebagai suatu hari dimana kasih sayang ’harus’ diberikan kepada sesama. Setiap agama pada umumnya memberikan ajaran dan pemahaman mengenai kasih sayang kepada umat-umatnya, tidak ada suatu pembatasan bagi manusia untuk memberikan rasa kasih sayangnya kepada sesama, namun sesungguhnya patut disadari bahwa kasih sayang tersebut mungkin terlalu dangkal dan irasional bila didasarkan kepada suatu peristiwa manusia yang belum dapat dipastikan kebenarannya.

Sejatinya kasih sayang itu merupakan hakikat dari sifat manusia sebagai makhlukNya, ajaran-ajaran kasih sayang yang diturunkan melalui pemahaman-pemahaman keagamaanlah yang seyogyanya dipahami dan dijadikan landasan untuk mengekspresikan kasih sayang, diantaranya di dalam Islam melalui sabda Rasulullah SAW bersabda, "Sekali-kali tidaklah kalian beriman sebelum kalian mengasihi." Wahai Rasulullah, "Semua kami pengasih," jawab mereka. Berkata Rasulullah, "Kasih sayang itu tidak terbatas pada kasih sayang salah seorang di antara kalian kepada sahabatnya (mukmin), tetapi bersifat umum (untuk seluruh umat manusia)." (H.R. Ath Thabrani). Dan di dalam ajaran Kristiani pun kasih sayang di gambarkan dalam alkitab (1Ptr 3:8) yakni ”Dan akhirnya, hendaklah kamu semua seia sekata, seperasaan, mengasihi saudara-saudara”. begitu pula di dalam ajaran Budha "Kembangkanlah pikiran yang penuh Cinta Kasih; bersikaplah penuh Kasih Sayang dan terlatih dalam sila. Bangkitkan semangatmu, bersikaplah teguh, senantiasa mantap dalam membuat kemajuan" (Theragatha, 979), dan ajaran Hindu yakni Dia yang tidak membenci segala mahluk, Bersahabat dan cinta kasih Bebas dari keakuan dan keangkuhan,Sama dalam duka dan suka, pemberi maaf (Bhagavad Gita XII. 13).

Terlepas dari ajaran kasih sayang itu semua, fenomena yang terjadi di kehidupan sosial masyarakat kita saat ini adalah cenderung mudah terbawa oleh suasana atau kondisi yang bersifat global, dengan dalih hak asasi ataupun modernitas terkadang masyarakat tidak lagi tepat menempatkan mana yang baik dan mana yang salah, dan tidak jarang pula aspek norma-norma dan logika kerap di kesampingkan. Banyak kalangan, terutama kalangan anak muda yang salah mempersepsikan kasih sayang di hari valentine, tidak sedikit diantara mereka yang terjebak di dalam melakukan kebiasaan-kebiasaan untuk mengekspresikan kasih sayangnya di hari valentine seperti ’dilazimkannya’ peluk dan cium, serta tindakan-tindakan yang tidak sesuai budaya, norma sosial, nilai-nilai agama dan kepribadian bangsa Indonesia.

Keadaan tersebut tentu membutuhkan suatu perhatian yang serius dari kita semua dengan cara memberikan pemahaman yang esensial dari makna kasih sayang baik kepada keluarga ataupun lingkungan, baik melalui pendekatan religi/keagamaan maupun melalui pendekatan sosial, serta yang terpenting adalah dengan melakukan suatu keteladanan bahwasanya arti kasih sayang itu tidak sesempit yang mereka persepsikan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun