Tak sengaja saya baca Tulisan Mbak Usi Saba di sini. Kebiasaan saya dalam berkompasiana, selain membaca artikelnya, juga suka membaca komentar-komentar di kolom komentar. Saat lagi baca-baca komen di artikel tersebut, tiba-tiba kening saya berkerut membaca komentar Adhieyasa-Adhieyasa, dia menulis komen begini:
“Tampaknya walaupun orang padang beliau juga tidak pelit”
Beliau yang dimaksud di sini adalah Bapak Tjiptadinata Effendi. Kemudian Mbak Usi bertanya,
“Emang orang padang pelit ya?”
Dijawab lagi sama Adhieyasa,
“Nggak semua seh...paling diantara 10 orang cm 11 yang pelit.”
Sebagai orang Padang (Minang), lahir di Padang, besar di Padang dan juga pernah hidup di perantauan cukup lama dan kembali ke Padang, reaksi saya membacanya jelas tersinggung dan menahan geram. Jujur saya tangan saya berkeringat. Ingin menonjok si Adhiyasa ini, tapi setelah saya inap-renungkan di pikiran, akhirnya saya hanya tersenyum kecut. Mencoba memahami maksud ucapan Adhiayasa ini. Bisa jadi beliau ini bercanda. Bukankah sudah jamak, stereotype orang Padang dibilang pelit? Anggapan seperti ini juga diperkuat oleh tayangan-tayangan sinetron yang ada tokoh Padangnya yang digambarkan pelit. Lengkap sudah gambaran minus tentang orang Padang (Minang).
Saya mencoba memahami mengapa stereotype ini muncul. Benarkah orang padang pelit? Sesuai pengalaman saya dirantau, saya juga berupaya menepis anggapan teman-teman saya terutama non Padang, bahwa itu tidak benar. Pelit atau tidak tergantung orangnya, dan tidak bisa digeneralisir. Sifat ini bisa saja ditemui di etnis lain. Begitu juga dengan sifat-sifat buruk lainnya, tidak bisa dilekatkan pada etnis tertentu. Bukankah menggeneralisir adalah salah satu bentuk sesat pikir?
Dugaan saya, Si Adhiyasa ini adalah manusia kurang gaul di dunia nyata. Terlalu sering berada kebun sawit dan mencari sinyal internet supaya bisa berkompasiana. Pulang ke rumah, sebagai hiburan terpaksa menemani istri nonton sinetron. Jadi tidak ada waktu untuk bergaul dengan banyak lapisan masyarakat sehingga pola pikirnya ala-ala sinetron begitu.
Oke, baiklah jika ia ngotot bilang kalau orang padang pelit. Dari 10 orang padang yang ada, 11 orang diantaranya bersifat pelit, katanya. Benarkah demikian?
Kita harus lihat dulu kehidupan sosial-budaya masyarakat Padang, terutama yang hidup di perantauan. Sebagian besar mereka lebih suka hidup berdagang. Kenapa berdagang? Karena dengan berdagang mereka menjadi bos untuk diri sendiri, tidak ada yang memerintah dan ngatur-ngatur mereka. Egaliter adalah salah satu kultur orang Padang (Minang).