Aku memberhentikan menepikan motor dan memberhentikannya. Aku pun turun dan meminta ia juga turun.
"Eya, Baba mengerti apa yang kamu pikirkan. Kamu merasa malu, kan? Pengin ikut lomba yang menurutmu lebih bergengsi? Satu hal yang harus kamu tahu. Maksud dari lomba yang diadakan disekolah kamu itu bukanlah untuk membeda-bedakan antara siswa. Kamu dipilih ibu guru, karena kamu dipercaya dan mampu untuk bisa bersaing dengan kelas lain. Diantara teman-temanmu, bukankah kamu yang lebih tinggi? Bisa makan kerupuk dengan mudah? Beda dengan kawan-kawanmu yang tingginya lebih rendah darimu?
Asal kamu tahu, Baba dan Mama tak peduli kamu ikut lomba apa. Kami akan senang kalau kamu dipilih ikut lomba apa saja, tak peduli kamu ikut lomba makan kerupuk sekalipun. Asal kamu melakukannya dengan senang hati, dan berjuang melakukan sebaik mungkin dan syukur-syukur bisa menang, Baba dan Mama pasti akan bangga dengan kamu. Yang penting, kamu tunjukkan semangat juangmu. Bisa ikut serta membela nama kelasmu bersaing dengan kelas lain. Itu lebih dari cukup."
Anakku terdiam. Tapi ia merasa belum puas dengan penjelasanku. Dan aku tidak bisa memaksanya ikut lomba yang tidak ia suka.
Hari ini di acara 17 Agustusan, seperti biasa, aku mengajaknya menyaksikan lomba panjat batang pinang. Ini merupakan kesukaannya dari kecil, menyaksikan sekelompok orang berkotor ria, bahu membahu dan saling bekerja sama mencapai puncak batang pinang meraih hadiah yang tergantung. Sekali lagi aku menjelaskan ke dia, bahwa orang-orang itu tidak merasa malu melakukan hal itu. Yang penting ikut berpartisipasi sesuai dengan kemampuan masing-masing memeriahkan acara 17 Agustusan. Ia tampaknya lebih paham sekarang. Sampai akhirnya ia berkata ketika pulang dari kemeriahan lomba di kampung,
"Nanti kalau ada acara class meeting, Bu Guru menyuruhku lagi ikut lomba makan kerupuk, aku akan ikut, Ba" katanya biasa saja. Aku tersenyum bahagia.
Bagiku sebagai orangtua, menanamkan nilai-nilai luhur pada anak, adalah hal penting. Karena anak adalah generasi penerus bangsa. Kalau dari kecil sudah menilai sesuatu hal dengan cara yang salah, nanti akan terbawa di usia dewasa. Apa yang bakal terjadi, kalau kecil saja sudah menilai sesuatu dari luarnya saja, sesuatu Cuma karena gengsi dan tampak luar, bukan yang esensi dan substansi, akan kacau negeri ini.
Sesuatu dimulai dengan yang kecil-kecil dulu. Sebagai orangtua, aku merasa punya kewajiban untuk mendidik anak dengan cara yang baik, lebih ke sustansi bukan hanya gengsi. Sebagai orangtua aku ingin mempersembahkan generasi yang baik untuk kelangsungan Indonesia. Dirgahayu Indonesiaku tercinta...
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H