Mohon tunggu...
Arya Kamkam
Arya Kamkam Mohon Tunggu... -

sedang bertapa. :)

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Baiknya

22 Agustus 2010   09:57 Diperbarui: 26 Juni 2015   13:48 99
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

[caption id="attachment_235236" align="alignleft" width="300" caption="sumber : http://www.elitha-eri.net"][/caption] Rangga terbangun ketika terdengar suara teriakan-teriakan dari luar di sepertiga malam. Dengan mata yang masih setengah tertutup dan nyawa yang belum terkumpul, Rangga berjalan pelan menuju sumber suara. "hhh..ternyata hanya halusinasi ku saja" gumamnya. Setelah menjalankan kewajiban sebagai manusia kepada sang Khalik, Rangga kemudian mengambil telepon genggamnya  sekedar melihat-lihat apakah ada seseorang yang meninggalkan pesan yang yang sejak semalam terabaikan. sambil melihat daftar nama-nama dari beberapa relasi, family, sahabat dan... terhenti sisiran matanya pada sebuah nama.Bunga. Masih teringat dalam ingatannya, tutuk kata yang lembut, kebaikan sikapnya, dan kesabarannya. Sebuah perasaan yang takkan terjawab, sebuah luka yang sulit terobati. komunikasi yang tlah lama menghilang. Dalam kebimbangannya yang terdapalam, Rangga mencoba tuk membuka percakapan. "Dia masih benci aku" tlah ku simak kata-kata nya yang penuh arti. "Begitu hebatnya kan kesalahannku padamu, hingga kau sulit membuka sedikit celah untuk ku  tuk kembali melukis pelangi di hatimu ?" "Sudahlah, Ga!! dia bukan untukmu. Jangan kau paksa, dia tuk kembali menyayangimu" "Kamu sudah cacat di matanya." "permainan sudah berakhir"!! kata hatinya yang mulai mencampuri urusannya. "tapi bukan itu jawabannnya "!! Rangga mencoba tuk melawan. Dan kemudian ditinggalkannya perkelahian antara hata hatinya.  Dan sekelebat kemudian, syetan datang. masuk dan mulai meracuninya. "hahaha... hai, bodoh!!" "Dia pergi atas kemauannya sendiri, biarkan saja !!" "lihat di luar !! kamu masih bisa petik mereka dengan mudah bodoh !!" [caption id="attachment_235240" align="alignleft" width="300" caption="sumber di unduh dari goggle"][/caption] Dan Rangga menjawab, "kamu benar !!" "ini bukan masalah yang sulit buatku, tapi bukan itu masalahnya" "setidaknya aku dapat menatap wajahnya kembali" "menggenggam lentik jemarinya dan kubisikan bahwa 'aku masih sayang' " kemudian, kan ku lepas dia pergi, kubiarkan dia menapaki jejaknya sendiri, kubiarkan kecacatanku dimatanya. toh, aq sudah tak sempurna baginya. Terima kasih Bunga, kau pernah membut ku begitu berharga. Takkan ku hapus goretan tinta emas mu di hatiku. Takkan ku hilangkan luka sayatmu di dadaku, sebagai tanda bahwa kau pernah singgah di relung jantungku. Terima kasih atas kasih sayang yang pernah kau berikan padaku dan.... anakmu. ijinkan aku tuk menjaga dan menyayangi anakmu. kan ku rawat, walau harus di tebus dengan nyawaku sendiri. Biarkan aku pergi, seperti aku membiarkan mu pergi. jutaan maaf ku, untukmu. Aku memohon, jangan ada dendam diantara kita.... demi anakmu.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun