Konflik bernuasa agama misalnya, bisa ditekan apabila kita gencar melaksanakan dialog antarumat beragama. Semakin intens kita bertukar pikiran, akan semakin kuat saling pengertian satu sama lain.
Upaya membangun Indonesia melalui mekanisme bottom-up, dapat juga ditempuh dengan memperkuat pranata keluarga sebagai unit terkecil berbangsa. Keluarga merupakan simpul pertama.
Pendidikan yang baik dan kasih sayang orang tua terhadap anak dapat menjadi bibit penyemai toleransi dan kerukunan. Pemerintah sebagai kepanjangan tangan negara juga tak boleh berpangku tangan. Opsi-opsi radikal harus diimbangi dengan upaya preventif di hulu persoalan.
Pembangunan nasional yang bertumpu pada asas keadilan dan kesejahteraan harus menjadi landasan. Jika negara hadir dalam bentuk pemerintah yang pro-rakyat, aksi-aksi yang memicu konflik horizontal tak akan mendapat panggung. Rakyat yang terpenuhi kebutuhan dasarnya akan semakin cerdas. (Sumber: Suara Merdeka, 27 September 2016)
Tentang penulis:
Boy Anugerah, alumnus FISIP Hubungan Internasional Unpad, bekerja di Lembaga Ketahanan Nasional (Lemhannas)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H