Mohon tunggu...
Boy
Boy Mohon Tunggu... Freelancer - Digital Enthusiast

Do what you cant!

Selanjutnya

Tutup

Vox Pop Artikel Utama

Tanamera, Rumah Pecinta Biji Kopi Lokal

14 September 2016   04:47 Diperbarui: 16 September 2016   00:36 410
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Tanamera Coffee Thamrin (Foto: Lastboy Tahara .S)

Indonesia yang terdiri banyak pulau membuatnya kaya akan biji kopi yang beragam dan berkualitas. Sumatera adalah salah satu pulau yang masih memegang penghasil kopi terbanyak. Kopi Indonesia yang sudah dikenal hingga mancanegara antara lain Kopi Gayo, Kopi Malabar, Kopi Lampung, Kopi Bajawa, Kopi Toraja, dan Kopi Wamena.

Populernya kopi Indonesia di luar negeri kebanyakan berkat para pengusaha yang menyajikan kopi Indonesia di coffee shop atau kedai kopi ternama. Selain itu keikutsertaan biji kopi Indonesia dalam kompetisi kopi tingkat internasional juga cara cepat melambungkan nama biji kopi Indonesia. Berita terakhir adalah Tanamera Coffee yang berhasil membawa emas di ajang Australian International Coffee Award (AICA) pada Maret 2016 lalu dengan biji kopi Malabar Natural, biji kopi yang diperoleh dari Gunung Malabar, Jawa Barat.

Australia International Coffee Awards 2015 & 2016 (Foto: Website Tanamera)
Australia International Coffee Awards 2015 & 2016 (Foto: Website Tanamera)
Tanamera adalah perusahaan pemasar biji kopi sangrai dan kedai kopi yang menggunakan 100% biji kopi Indonesia. Perusahaan ini juga konsisten meraih penghargaan kopi tingkat internasional sejak 2015. Banyaknya prestasi yang pernah diraih membuat saya penasaran untuk mencicipi kopi mereka. Saya akhirnya mengunjungi kedai mereka di kawasan Thamrin. Ketika sampai di lokasi, dari luar kedai kopi ini tampak minimalis dengan pintu kaca dan teralis besi di belakangnya. Di depan bangunan yang serba hitam tersebut ada dua meja kecil di samping kanan dan kiri.

Ketika memasuki ruangan saya langsung dibukakan pintu dan disambut dengan kata “Morning!” oleh salah seorang karyawan, padahal saat itu sudah sore. Ternyata itu adalah kebiasaan mereka untuk bercanda dengan pelanggan, Anda datang malam pun tetap disambut “Morning!” sambil tersenyum. Karyawan mereka memang dikenal ramah terhadap pelanggan. Selain sapaan, saya juga disambut aroma kopi yang khas. Meja bar dan tempat barista meracik kopi yang jaraknya tidak terlalu jauh dari pintu masuk membuat aroma kopi mudah tercium.

Di belakang meja bar, saya melihat kantong biji kopi berwarna merah berjejer rapi di dinding. Di sini tersedia banyak pilihan single origin, misalnya Mandheling, Aceh Gayo, Malabar Natural, Papua Wamena, dan lain-lain.  Namun tidak semuanya tersedia di waktu bersamaan, karena masa panen dan distribusi tiap daerah berbeda-beda.

Tak lama kemudian saya bertemu dengan Septian Hadi, karyawan Tanamera bagian logistik. Dia adalah pria yang bertanggungjawab untuk memastikan ketersediaan biji kopi, baik untuk operasional kafe atau dijual kepada pelanggan. Selain itu ia juga dituntut untuk paham karakteristik rasa biji kopi, karena ia harus menuliskan tasting note pada kemasan biji kopi yang akan dijual. Tasting note sangat diperlukan agar pelanggan dapat mengetahui rasa biji kopi setelah diolah, misalnya Citrus, Spicy Notes, Butterscotch, Palm Sugar, Lime Acidity, dan yang lainnya.

Septian Hadi (Kanan) karyawan logistik Tanamera (Foto: Septian Hadi)
Septian Hadi (Kanan) karyawan logistik Tanamera (Foto: Septian Hadi)
Dalam perbincangan saya dengan Septian Hadi, ia menjelaskan bahwa Tanamera menggunakan biji kopi segar yang langsung diambil setelah proses roasting. Hal ini bisa dilakukan karena mereka memiliki mesin roaster sendiri.

“Tag line kita kan fresh roast artisant, kita memanggang kopi segar. Kalau di tempat lain jarak antara roasting sama dijual itu agak jauh waktunya, bisa seminggu atau dua minggu. Kopi terbaik itu dipakai minimal 3 sampai 5 hari setelah roasting. Kita saat itu roasting, packing, langsung kita jual.” Ucap pria yang akrab disapa Hadi tersebut.

Berbicara tentang biji kopi, ia juga menjelaskan tentang biji kopi yang baik. Menurutnya biji kopi yang baik secara visual tidak cacat atau gompal. Terakhir, proses roasting sangat menentukan kualitas biji kopi karena dapat mempengaruhi rasa dan tekstur.

“Kualitas juga bergantung pada proses roasting. 80% kopi yang disajikan tergantung proses roasting, 20% tergantung pasca panen.” Ucapnya.

Asik berbincang-bincang rupanya juga membuat saya kurang afdol bila tidak ditemani secangkir kopi. Di sana saya mencoba secangkir cafe latte. Rasa kopinya lebih strong, sedangkan rasa manis dari susu hanya terasa sekilas saja. Takaran mereka dalam membuat cafe latte saya rasa sudah pas. Berbeda dengan cafe latte yang pernah saya coba sebelumnya yang terasa lebih manis, kurang menonjolkan rasa kopi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Vox Pop Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun