Salam pemirsa...
Membaca artikel mas Elde, Andai Ahok Jadi Tersangka, membuat Bocah jadi teringat akan cerita Cit Kong... hehehe
Menurut Cit Kong, ada invisible hands yang menjadi sutradara dibalik serangan terhadap Ahok. Cit Kong menyebut tangan-tangan tak nampak itu sebagai The BOSSES. Target Operasional dari para The BOSSES sebenarnya adalah mencegah Ahok menjadi gubernur DKI, karena Ahok yang keras kepala dan bermulut besar itu telah banyak menghancurkan usaha utama The BOSSES. The BOSSES tidak bisa lagi menguasai lahan parkir, The BOSSES tidak bisa lagi mendapatkan uang sewa PKL di wilayah mereka, The Bosses tidak lagi kecipratan dana APBD DKI Jakarta yang luar biasa besarnya, dan lain sebagainya. Intinya, jika sebelumnya The BOSSES mendapatkan daging empuk yang banyak. Maka Ahok jadi Gubernur, The BOSSES hanya mendapatkan tulang-tulangnya saja.Â
Awalnya sih, The BOSSES masih berpikir, karena The BOSSES yakin Ahok tidak akan dicalonkan lagi jadi Gubernur DKI. The BOSSES masih mempunyai teman-teman di Partai yang dapat mengatur supaya Ahok tidak dicalonkan.Â
Tapi tiba-tiba muncul Teman Ahok, yang awal berdirinya hanya sekumpulan anak muda yang membela Ahok sewaktu kasus UPS, mengusulkan supaya Ahok maju lewat jalur Independent. Waktu itu, The Bosses masih tenang karena The Bosses berpikir, Ahok tidak mungkin berani mencalonkan diri lewat jalur independent. The Bosses beranggapan, lewat jalur indepent terlalu besar biaya dan resikonya. Ahok tidak mungkin berani dan tidak mungkin bisa mendapatkan biaya yang sangat besar tersebut tanpa dukungan The Bosses.
Teman Ahok, perlahan tapi pasti mendapatkan dukungan dari rakyat DKI Jakarta. Ratusan ribu formulir dukungan warga DKI Jakarta berhasil dikumpulkan. Di medsos dan media, waktu itu cuma ada riak-riak kecil, nyaris tidak ada serangan yang masiv. Tiba-tiba saja seorang pakar hukum yang hebat, dengan sotoy mengatakan kalau formulir yang dilakukan Teman Ahok tidak sah, karena tidak mencantumkan nama calon wakil gubernur.
[Gara2 sok sotoy inilah, maka pakar hukum yang hebat itu sepertinya gagal mencalonkan diri jadi gubernur DKI Jakarta, walaupun dia sudah keliling partai hingga sepatunya tipis, supaya ada partai mau mengusungkan dirinya.]
Teman Ahok yang baru sadar, segera melakukan konsolidasi. Minggu malam (6/3-2016) mereka menggerebek rumah Ahok di Pantai Mutiara. Mereka mendesak Ahok supaya memutuskan nama calon wakil gubernur di Pilkada 2017 malam itu juga, karena waktu yang semakin sempit, Akhirnya dengan berbagai pertimbangan, Ahok memutuskan Heru Hartono sebagai wakilnya di Pilkada 2017 nanti.
Inilah awal mimpi buruk The BOSSES. Seperti pepatah bilang, manusia merencanakan, Tuhan yang menentukan. Segala rencana The Bosses berantakan, karena Tuhan ternyata menentukan lain. Impian The BOSSES supaya Ahok gagal mencalonkan diri menjadi Gubernur sirna.
Partai yang merasa tersinggung GENGSInya karena Ahok maju sebagai calon independent, mulai melancarkan serangan dengan isu deparpolitisasi. Tapi rakyat DKI Jakarta cuek bebek. Hal ini dimungkinkan, karena sebagian rakyat DKI Jakarta muak dengan oknum-oknum yang berada di DPRD. Maka isu deparpolitisasi pun lenyap begitu saja, seperti pepatah bilang anjing menggonggong, kafilah tetap berlalu.
The BOSSES yang beranggapan kalau rakyat DKI Jakarta masih belum terlalu pintar, segera mengerahkan armada nasi bungkusnya untuk mulai menggunakan isu SARA untuk menyerang Ahok. Isu SARA ini bertahan lebih lama dibanding deparpolitisasi. Tapi... ternyata, perkiraan The BOSSES salah besar!!! Rakyat DKI Jakarta ternyata sudah pintar!! SARA yang awalnya digunakan untuk menyerang Ahok supaya eletibilitas menurun, malah menjadi senjata makan tuan!Â