Mohon tunggu...
Rizqi Afriyana
Rizqi Afriyana Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Saya adalah Mahasiswa Sastra Indonesia Universtas Pamulang

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Masa Kolonial

27 Juni 2023   10:36 Diperbarui: 27 Juni 2023   10:47 128
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pada masa itu di masa kolonial aku mengenalmu, di bawah tekanan para penjajah yang biadab, aku berjalan di sebuah desa yang sangat terpencil desa Delima namanya, tidak sengaja akupun melihat seorang perempuan yang berjalan juga berlawanan ke arah ku perempuan itu bernama Asih dia adalah se orang gadis yang lahir di desa ini, dia memang sangat cantik ketika tersenyum terpapar kemanisan nya yang sangat terlihat meskipun dari kejauhan, dia wanita 100% tanpa di ragukan lagi.

Namun dari kecantikan nya itu membuat orang frustasi, ya frustasi karena bukan cuma satu dua orang yang mengaguminya bahkan tentara dari negara lain saja yang niat nya ingin menjajah sampai sampai dia lupa karena sudah terlanjur jatuh cinta, namun aku hanya bisa memandang nya karena desa ini sedang ber perang Asih pun di perbudak oleh penjajah yang kecab dan biadab itu, tidak sekali aku melihatnya menangis tetapi aku juga sering melihatnya tersenyum, munggkin untuk menutupi kesedihan nya.

Di hari esok aku memberanikan diri untuk mendekatinya, tangan kanan pun aku kerahkan untuk menyapa nyab " hai " tanya aku kepada Asih si gadis cantik yang ada di desa Delima, Asih pun menjawab dengan nada yang begitu lembut " iya ada apa? " jawab Asih, aku pun ingin mengobrol lama dan aku melanjutkan obrolan di sebuah pos yang di mana Asih sering duduk di situ ketika sore hari " Perkenal kan aku rudi dari desa sebelah, aku mengngagumi mu, kamu cantik " jawab aku dengan rasa tidak sadar karena melihan kecantikan-nya, Asih pun langsung tersenyum dan menjawab " Aku suka lelaki berani sepertimu " aku pun lagusng menundukan kepala sambil tersenyum.

Tiba tiba se grombolan Tentara biadab itupun datang, " Asiihhh.... " dengan nada keras kita berdua pun panik ketakutan, lalu Asih di tarik tanpa rasa kasihan akupun bergegas untuk melawan nya dan menyelamatkan Asih dari tanggan kejam para penjajah, " Sruuukkk... Rasakan itu.." Dengan tanggan kosong aku melawan tentara biadab itu, namun sayang nya aku tidak bisa membawa Asih, dia di tangkap dan di jadikan budak oleh tentara biadab itu, aku yang kalah oleh mereka hanya bisa menahan sakit karena aku pun tidak bisa elakukan apa apa dengan jumlah mereka yang jauh lebih banyak dari ku.

Setibanya aku di markas pribumi aku pun langsung menyusun strategi untuk melawan tentara biadab itu, dengan penuh keyakinan aku pun bisa menyelamatkan Asih dan terutama warga Desa Delima.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun