Hampir di penghujung hari, namun tak juga bisa kutulis tepat kesimpulan tentang kelakuannya. Terlalu jauh ia menghilang di lautan kemunafikan, menjunjung tinggi rasa ego demi nafsu dan kepuasan.
Tak juga kutemukan kebenaran itu manakala ia hadir dalam semu. Hingga kemudian yang tersimpan di hatiku hanya perih dan luka. Ku bagaikan sebuah karang yang hanya bisa diam tatkala ombak datang menerjang tiada henti. Dan egonya, juga semua yang dilakukannya membunuhku kemudian.
Duhai cinta. Ketika kau datang. Bergetarlah seluruh isi hati. Membuat hati ini berasa tak menentu. Namun, ketika kau lenyap, yang tersisa hanyalah luka dan air mata. Juga puing hati yang hancur berserakan.
Duhai Cinta. Ajarkanku Keihlasan. Ajarkanku bagaimana menerima kenyataan. Ajarkanku pula tentang kelapangan dada. Jika ia menjadi milikku dan jika ia pergi dariku. Izinkanku mampu menahan diri. Tidak ataupun lebih dari sekarang.***
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H