Mohon tunggu...
Slamet Basuki
Slamet Basuki Mohon Tunggu... wiraswasta -

Semoga kita semua dipersatukan karena keikhlasan dan penghambaan.

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Duhai Cinta

11 Juli 2013   17:28 Diperbarui: 24 Juni 2015   10:41 70
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Hampir di penghujung hari, namun tak juga bisa kutulis tepat kesimpulan tentang kelakuannya. Terlalu jauh ia menghilang di lautan kemunafikan, menjunjung tinggi rasa ego demi nafsu dan kepuasan.

Tak juga kutemukan kebenaran itu manakala ia hadir dalam semu. Hingga kemudian yang tersimpan di hatiku hanya perih dan luka. Ku bagaikan sebuah karang yang hanya bisa diam tatkala ombak datang menerjang tiada henti. Dan egonya, juga semua yang dilakukannya membunuhku kemudian.

Duhai cinta. Ketika kau datang. Bergetarlah seluruh isi hati. Membuat hati ini berasa tak menentu. Namun, ketika kau lenyap, yang tersisa hanyalah luka dan air mata. Juga puing hati yang hancur berserakan.

Duhai Cinta. Ajarkanku Keihlasan. Ajarkanku bagaimana menerima kenyataan. Ajarkanku pula tentang kelapangan dada. Jika ia menjadi milikku dan jika ia pergi dariku. Izinkanku mampu menahan diri. Tidak ataupun lebih dari sekarang.***

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun