Membayangkan wajah sayumu tak sulit bagiku. Meski bertahun-tahun, waktu terlewati tanpa sosok dirimu. Keberadaanmu tetap bersemayam di lubuk hati. Rentang waktu perjalanan hidupmu membuat kumerindu. Entah dengan bagaimana kuingin sampaikan rasa itu dan mengunjungimu kembali. Juga kepenatan diri yang melanda hidupku.
Andai kutahu arti cinta yang terselip di balik wajah garangmu. Juga arti sayang yang tak dapat kubaca lewat sikap tegasmu. Atau arti cemas yang kuanggap berlebihan bila kucoba tuk melangkah.
Seiring umurku yang menua. Tentu makin kusadari. Kasih tulusmu tak pernah berhenti mengalir. Kuharap ada perjumpaan kembali. Mendengar langsung suaramu. Menyimak kembali petuah bijakmu.
Jika angin menyapa rambutmu. Kutitipkan salam untukmu. Jika air mengalir di matamu. Ingin kumenyekanya dengan hatiku. Langit yang kupandang sama dengan langitmu. Dengan awan putihnya, kulukis rinduku padamu.
Bapak. Kan kuturut jejakmu. Karena hanya itu caraku ungkapkan cintaku. Kubangga jadi anakmu.***
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H