kesempatan kali ini saya akan melanjutkan cerpen bersambung yang pernah saya posting sebelumnya, langsung saja silahkan disimak.
Liburan Menuju Kemampuan Bertahan Hidup
Bagian 3
Pagi hari yang dingin, dengan butiran-butiran embun yang masih menyelimuti dedaunan dari pangkal hingga ujung daun, burung-burung yang masih akag enggan untuk bernyanyi dipagi hari yang dingin, ditambah lagi dengan matahari yang hanya memperlihatkan setengah tubuhnya yang terhalangi oleh awan.
Satu minggu telah berlalu begitu cepat tanpa disadari oleh ke-5 mahasiswa yang telah selesai meracik rencana mereka untuk pergi berlibur mendaki gunung.
Dua minggu lagi, sebelum mereka mulai mencicipi hasil racikan rencana yang mereka siapkan selama beberapa minggu terakhir ini, tapi sebelum mereka dapat mencicipi hasil kerja keras mereka ini, mereka harus menghadapi ujuan yang yang bahkan seluruh mahasiswa ikut merasakan nya. Benar, ujian semester yang akan dilakukan selama dua minggu kedepan.
Dalam sudut ruangan kelas yang hanya dipenuhi dengan susunan kursi dengan jarak yang saling jauh, layaknya dua pulau yang terpisahkan oleh sebuah sungai, duduklah seseorang dengan aura hitam dan pekat dan posisi duduk yang lesu, layaknya seorang narapidana yang sedang diintrogasi oleh segerombolan petugas, dengan sebuah buku kecil yang diletakkan didepannya, matanya melihat buku tersebut dengan tatapan kosong, layaknya tatapan seorang pembunuh berantai.
Dwi “ Woyy !!!! ”, menggebrak buku orang tadi dengan keras dan cepat, layaknya peluru yang keluar dari senapan.
Agus “ Gilaa lo yaa!!! Bikin orang kaget aja loo ”, berbicara dengan nada yang terpatah-patah, seperti orang barusaja lari 5 KM karena kaget dengan sapaan Dwi.
Rupanya seseorang yang terlihat lesu dan sedang duduk sendirian tadi adalah salah satu dari ke-5 mahasiswa itu, yaitu Agus.
Dwi “ ngapain loo? Sendirian gini, dah kayak anak ayam ditinggal induknya aja loo ”, menjawab Agus dengan nada yang sedikit menyindir, dan dibumbui dengan tawaan kecil.
Agus “ Enak aja loo!! Ni gue lagi belajar, semalem ketiduran ”, berbicara dengan nada seperti orang takbersalah dan tawaan kecil.
Ali “ woyy!! Buruan duduk!! Dah datang tu pengawasnya ”, memecah pembicaraan Agus dan Dwi didalam ruangan tersebut.
Agus “ ahh serius loo!! Belum juga selesai nii ”
Aji “ serius!! Tuh pengawasnya “, memasuki ruangan dengbersama dengan segeromboln temannya yang lain yang akan mengikuti ujian di hari pertama ini, dengan diikuti pengawan ujian dibelakangnya.
Dwi “ buset!! Udah datang aja tuh pengawas ”
Ke-4 mahasiswa dan teman-temannya yang lain pun mulai menempati tempat duduknya masing-masing. Sekitar 1 jam setelah ujian mulai dilakukan dan para mahasiswa pun mulai keluar satu per satu dari ruang ujian.
Ke-4 mahasiswa ini pun juga telah keluar dan berjalan kearah pohon taman, tempat mereka sering nongkrong saat di kampus. Denga muka lesu berjalan sempoyongan ke kiri dan ke kanan, ke-5 mahasiswa ini pun sampai di bawah pohon dan mulai duduk satu persatu.
Agus “ARGGG!! Gue lupa semua yang udah gue baca tadi ”, memecah kelesuan ke-4 mahasiswa ini dengan teriakan yang lumayan keras dan menjengkelkan.
Dwi “ bener tuhh, pengawasnya juga sadis tadi ”, melanjutkan teriakan Agus.
Ali “ yang gue pelajari semalem cuman keluar 70% lagi ”
Aji “ loo enak 70%, lah gue 50% aja kagak nyampe ”
Agus “ oiyaa, ngomong-ngomong mana Eko?? Gue gak liat dari tadi tu anak ”memecah kekesalan ke-4 mahasiswa ini.
Ali “ dia kan di ruangan sebelah, gabung saa kelas lain duduknya ”
Dwi “ nah itu orangnya ”, sambil menujuk seseorang yang berjalan kearah mereka dengan tegas, layaknya seorang petinju yang barusaja memenangkan pertarungannya di arena.
Eko “ helo broo?? Gimana tadi ujiannya?? ” melambaikan tangan kearah teman-temannya yang barusaja membicarakannya.
Aji, Ali, Agus, Dwi “ kacauu!! ”, serentak menjawab pertanyaan dari Eko dengan nada yang sangat kesal.
Eko “ serius loo!! Perasaan gak begitu sulit tadi ”
Dwi “ lo enak, pengwasnya bisa diajak kompromi, lhaa kita...”
Eko “ dah nasib kalian ituu ”, menjawab dengan nada yang ringan dan ditambah tawaaan kecil.
Ali “ sudah lahh!! Lupain yang tadi!! ” menenangkan semua teman-temannya yang sedang lesu.
Aji “ yahh bener tuu.. ngomong-ngomong lo udah bilang sama temen lo itu apa belum gus? ”
Agus “ bilang?? Bilang apaan?? ”
Dwi “ bilang masalah pendakian kita guss!! Gimana sih lo ”, menyahut pertanyaan agus.
Agus “ ohh itu udah gue urus kemaren. Udah beres ”
Eko “ sipp lah kalo udah beren ”, memberikan jempol kepada si Agus.
Dwi “ berarti tinggal nunggu dua minggu ini trus berangkat deh ”
Aji “ dua minggu apaan?? Krs sama administrasi loo gak lo urus?? ”
Dwi “ oiyaa bener, lupa gue ”, menjawab dengan nada yang lesu.
Ke-5 mahasiswa itupun kembali melanjutkan percakapan mereka yang panjang. Dua minggu mereka kedepan mereka jalani dengan penuh kekuatan pikiran untuk menyelesaikan ujiannya.
Tanpa disadari ujian telah berlalu dengan begitu capat, dan tinggal waktu satu minggu lagi sebelum bereka akan benar-benar menikmati liburan mereka yang mungkin akan menjadi kenangan yang takkan mereka lupakan.
Bersambung….
penasaran dengan kelanjutan ceritanya? pantau terus setiap postingan saya untuk menunggu kelanjutan ceritanya… :D
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H