Bulan Januari tahun 2016 telah berakhir, yang sekaligus memberikan arti bahwa tahun 2016 telah berjalan lebih dari 31 hari. Berbagai tantangan, kendala dan peluang perlahan namun pasti telah menghampiri berbagai pihak tanpa terkecuali, masih menanti kita di sepanjang waktu tahun 2016 ini. Beberapa catatan dan ulasan dari berbagai pakar dan pengamat ekonomi, tentu sangat banyak kita temui, yang memberikan berbagai pandangan dan analisa terkait APBN 2016 berikut dengan target program dan asumsi yang ditetapkan pemerintah, pemberlakukan Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA), serta kondisi ekonomi global.
Memasuki bulan kedua di tahun 2016 ini, seluruh pihak masih dapat melakukan revisi terhadap rencana bisnis di tahun 2016, untuk mengantisipasi berbagai perubahan yang akan terjadi. Beberapa catatan yang dapat saya sampaikan sebagai bahan pertimbangan adalah:
1.   Pada tahun 2016 ini, ekonomi dunia masih terus bergolak dan menuju titik kesetimbangan sebagai dampak dari pertumbuhan semu (fake growth) dan perlambatan pertumbuhan ekonomi dunia. Terkait dengan hal ini, berbagai perubahan (sudden shift) masih akan dapat terjadi dalam berbagai sektor ekonomi kita akan menemukan beberapa perusahaan yang masih (Tulisan saya: FAKE GROWTH (2015: Year of Business Evolution – Rapidly Changed or Eliminated)). Khusus di Indonesia, catatan yang dapat saya sampaikan adalah:
a.   Kenaikan UMR. Kenaikan UMR yang rata-rata di atas 10% telah memicu peningkatan jumlah produksi industri jasa dan manufaktur di atas 5% pertahun. Di sisi lain, laju pertumbuhan penduduk Indonesia adalah 1,4% (Data resmi BPS, 2015). Ketidaksetimbangan antara laju jumlah produksi telah menjadikan oversupply, sehingga tidak mengherankan sejak tahun 2014 yang lalu, berbagai perusahaan manufaktur khususnya, melakukan berbagai program promosi untuk meningkatkan nilai penjualan dan mengurangi jumlah persediaan produk jadi (Gambar 1).
Tentu saja, fenomena overstock ini tidak hanya terjadi pada Industri makanan saja, tetapi hampir seluruh industri dalam negeri.
b.   Perlambatan Ekonomi Dunia: Perlambatan ekonomi dunia, merupakan kendala bagi industri nasional dalam upaya mengalihkan produk yang berlimpah sebagai ekspor ke beberapa negara tujuan. Sebab overstock juga tidak hanya terjadi di Indonesia saja, tetapi juga beberapa negara lain dan bahkan Cina, secara berani mengambil langkah Devaluasi mata uang Yuan (RMB) untuk meningkatkan nilai ekspor negara tersebut. Bahkan Marc Faber seorang analisis ekonomi dunia, pada situs bloomberg.com memprediksi berbagai gejolak ekonomi dunia, seperti Pasar Saham Amerika yang akan jatuh di tahun2016 (Marc Faber: U.S. Stock Market Will Go Down in 2016) di akhir desember 2015, Penggelembungan Aset secara besar-besaran dan pertumbuhan ekonomi dunia (Faber Sees `Gigantic' Asset Bubble, Slowing Growth) 14 Januari 2016, dan berbagai analisa lainnya.
c.    Pertumbuhan Semu dan perlambatan Ekonomi Dunia ini tentunya memberikan dampak signifikan terhadap industri nasional, sehingga di tahun 2016 ini, akan ditemui beberapa industri sedang dan besar yang melakukan rasionalisasi melalui pengurangan jumlah produksi dan pengurangan jumlah karyawan, bahkan termasuk langkah untuk menutup operasional industri. Sesungguhnya gejala ini sangat jelas terlihat sejak tahun 2015, sehingga setiap perusahaan seharusnya dapat mengantisipasi sejak awal. (2015: Year of Business Evolution – Rapidly Changed or Eliminated)
d.   Kondisi perlambatan ekonomi dunia dan pertumbuhan semu ini, sangat mempengaruhi 3 (tiga) sektor industri di tahun 2016 ini, yaitu:
                   i.         Industri Migas (Oil and Gas)
                  ii.         Industri Otomotif
                iii.         Industri Properti