Siapa yang tidak mengenal serial yang benar-benar sedang booming di Indonesia saat ini. Jodha Akbar, serial yang diimpor dari negeri Bollywood, India, berhasil menyita perhatian jutaan pasang mata pemirsa setianya. Hal tersebut terbukti dengan keberhasilan serial "Jodha Akbar" meraih peringkat pertama perolehan rating acara periode Januari 2015. Dilansir Rating Acara TV Indonesia, serial berlatar sejarah tersebut mampu meraih rating 5,3 persen dan share 20,6 persen.
Tak jauh berbeda, di negeri asalnya serial ini juga mendapat tempat di hati para pemirsa. Konon kabarnya di India, serial Jodha Akbar berhasil menaklukkan serial Mahabrata yang sangat populer itu. Serial ini bahkan telah menembus hingga 500 episode dengan posisi stabil sebagai 10 serial yang paling banyak diminati. Bahkan aktris Paridhi Sharma, setelah sukses memerankan Ratu Jodha, langsung dinobatkan sebagai aktris serial termahal di India. Demikian halnya Rajat Tokkas, pemeran Raja Jalaludin Muhammad Akbar (Akbar), langsung memenangi beberapa penghargaan sebagi aktor terbaik maupun terfavorit.
Tentu saja kesukesan serial Jodha Akbar bukan tanpa batu sandungan. Di balik kesuksesannya, serial ini juga mengundang kontroversi. Di negerinya sendiri, komunitas Shri Rajput Karni Sena melakukan demonstrasi besar-besaran karena menilai serial Jodha Akbar memutarbalikkan sejarah. Menurut mereka, Jodha yang didalam serial dikisahkan menikah dengan Akbar, sebenarnya tidak pernah menikah dengan Akbar. Cerita yang benar adalah, Jodha menikah dengan anak Akbar, Jahangir.
Di Indonesia, sebagian kelompok menilai serial Jodha Akbar meresahkan ummat islam dan dianggap melecehkan agama islam. Kelompok ini menilai serial Jodha Akbar menggambarkan Kerjaan Islam Mughal dengan sangat negatif, penuh dengan kebusukan, persaingan tidak sehat, kedengkian, menghalalkan segala, cara bahkan zalim, seperti menyerang tempat ibadah agama lain (sungguh jauh dari ajaran Islam dan sejarah aslinya). Sebaliknya, tokoh Jodha yang merupakan representasi umat Hindu/kerajaan yang berhasil ditaklukkan kerajaan Muslim Mughal digambarkan sangat positif, seperti taat terhadap ajaran agamanya, digambarkan sebagai “korban yang tertindas”, selalu berpikir jernih dan sebagainya.
Sebenarnya jika disimak, serial Jodha Akbar bukanlah serial yang menceritakan sejarah walaupun tak dipungkiri settingnya terinspirasi berdasarkan sejarah kerajaan Islam Mughal yang berdiri di India selama tiga ratus tahun (1504-1800-an). Dari eposide awal hingga hampir episode 400-an, serial ini secara tegas tidak memplot waktu atau timing suatu peristiwa atau alur cerita. Serial Jodha Akbar tidak sama sekali ingin membuktikan sejarah atau peristiwa dalam satu waktu, seperti film Mahatma Gandhi, Soekarno, dll.
Serial Jodha Akbar murni menceritakan dan mengangkat kisah percintaan Ratu Jodha dengan Akbar. Kisah cinta Ratu Jodha dengan Raja Jalal ini memang unik dan sangat romantis, khas Bollywood memang seperti itu. Ratu Jodha dikisahkan awalnya sangat membenci Raja Jalal yang menurutnya sangat kasar dan kejam. Bahkan digambarkan ia sempat bersumpah untuk memenggal kepala Raja Jalal. Namun lama kelamaan ia melihat kelembutan Raja Jalal, dan akhirnya jatuh cinta. Kisah cintanya diwarnai dengan intrik politik perbutan kekuasaan, kedudukan, kehormatan di dalam istana. Hanya itu intisari yang coba diangkat pembuat serial ini. Namun, memang bukan Bollywood kalau tidak pandai membumbui cerita sehingga membuat penasaran daan perasaan pemirsa seperti diaduk-aduk. Kisah cinta tersebut yang menjadi nafas utama serial Jodha Akbar.
[caption id="attachment_368702" align="aligncenter" width="370" caption="Jalal-dan-Jodha-Hotgossiptown.com_-370x237"][/caption]
Penonton hanya perduli kisah cinta Jodha dengan Akbar, sama sekali tidak peduli dengan praktik musyrik yang dilakukan Sang Raja, tidak peduli dengan cara sholat Sang Raja, tidak peduli dengan sejarah kerajaan. Yang ingin dinikmati penonton hanya kisah cinta Jodha dan Akbar. Fans Group serial Jodha Akbar di media sosial seperti Facebook, dan Twitter semuanya hampir membahas hubungan cinta Jodha dengan Jalal, sama sekali tidak membahas isu yang subtansial.
Sejak dulu, kisah cinta memang memiliki daya tarik yang luar biasa. Sebut saja kisah cinta yang legendaris “Romeo dan Juliet”, karya Wiliam Shakerspeare. Kisah ini berhasil menyajikan romansa cinta dengan nuansa klasik dan tragedi, romantis namun tragis. Kisah ini telah diabadikan dalam beberapa film dengan setting waktu yang berbeda-beda. Setidaknya terdapat dua orang sutradara yang mengangkat kisah Romeo Juliet ke dalam layar lebar, yaitu Francesco Hayez (1968), dan Baz Luhrmann (1996).
Perbedaan Jodha Akbar dan Romeo Juliet hanya pada sumber kisahnya. Romeo tidak memunculkan kontroversi karena ia murni diangkat dari sumber yang jelas, yaitu karya Wiliam Shakerspeare. Serial Jodha Akbar pasti mengundang kontroversi, walaupun tidak dibuat untuk menceritakan sejarah, tetapi ia tidak bisa dilepaskan dari sejarah itu sendiri. Tokoh Jodha dan Akbar jelas eksis dalam sejarah India, dengan latar belakang dinasti Kerajaan Islam Mughal. Para pembuat serial ini harusnya lebih berhati-hati dan banyak berkonsultasi dengan sejarahwan untuk menimalkan kekacauan sejarah yang ada.