Ketika konsep Sekolah Ramah Anak (SRA) mulai digemakan di dunia pendidikan, tentunya inilah saatnya kita berbenah. Perubahan pola pikir dan perkembangan bentuk layanan sangat diperlukan untuk turut mendukung konsep ini. Sekolah Ramah Anak  adalah sekolah yang secara sadar berupaya menjamin dan memenuhi hak-hak anak dalam setiap aspek kehidupan secara terencana dan bertanggung jawab. Prinsip utama adalah non diskriminasi kepentingan, hak hidup serta penghargaan terhadap anak.Â
Sebagaimana dalam bunyi pasal 4 UU No.23 Tahun 2002 tentang perlindungan anak, menyebutkan bahwa anak mempunyai hak untuk dapat hidup tumbuh, berkembang, dan berpartisipasi secara wajar sesuai harkat dan martabat kemanusiaan, serta mendapatkan perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi.Disebutkan di atas salah satunya adalah berpartisipasi yang dijabarkan sebagai hak untuk berpendapat dan didengarkan suaranya. Sekolah Ramah Anak adalah sekolah yang terbuka melibatkan anak untuk berpartisipasi dalam segala kegiatan, kehidupan sosial,serta mendorong tumbuh kembang dan kesejahteraan anak.
Sekolah adalah penyelenggara proses pendidikan dan pembelajaran secara sistematis dan berkesinambungan. Para pendidik dan tenaga kependidikan di sekolah diharapkan menyelenggarakan pendidikan dan pembelajaran yang mampu memfasilitasi peserta didik berperilaku terpelajar. Perilaku terpelajar ditampilkan dalam bentuk pencapaian prestasi akademik, menunjukkan perilaku yang  beretika dan berakhlak mulia, memiliki motivasi belajar yang tinggi, kreatif, disiplin, bertanggung jawab, serta menunjukkan karakter diri sebagai warga masyarakat, warga Negara dan bangsa.
Sekolah harus dapat menciptakan suasana yang kondusif agar anak didik merasa nyaman dan dapat mengekspresikan potensinya. Agar tercipta suasana kondusif tersebut, maka ada beberapa aspek yang perlu diperhatikan, terutama dalam perencanaan program sekolah yang sesuai dengan tahap-tahap pertumbuhan dan perkembangan anak didik. Anak tidak harus dipaksakan melakukan sesuatu, tetapi dengan program tersebut anak secara otomatis terdorong untuk mengeksplorasi dirinya. Faktor penting yang perlu diperhatikan sekolah adalah partisipasi aktif anak terhadap berbagai kegiatan yang diprogramkan, namun sesuai dengan kebutuhan anak.
Dalam proses perjalanannya, Sekolah Ramah Anak tentunya akan terkendala dengan adanya peserta didik "bermasalah". Inilah tantangan yang mau tidak mau harus dihadapi sekolah yang tentunya dibutuhkan peran serta dan kerja sama dari berbagai pihak. Sekali lagi, perubahan pola pikir "behavioristik" yang selama ini menancap keras di otak pendidik harus mulai digeser pada konsep dasar "konstruktivistik" yang tentunya selaras dengan konsep Sekolah Ramah Anak ini.
Setiap pendidik harus menyadari, peserta didik "bermasalah" bukanlah "masalah". Mereka membutuhkan "solusi" bukan "degradasi" dari problem yang mereka hadapi saat ini. Hadirkan sebuah "PRESTASI" diantara mereka. Bayangkan jika setiap tahun, setiap bulan, setiap minggu bahkan setiap hari selalu ada prestasi diantara mereka, tentunya ini akan menjadi "wabah positif" yang selalu menular setiap hari diantara mereka. Tentunya dengan wabah prestasi ini akan secara signifikan menekan masalah dari peserta didik bermasalah itu sendiri. Selamat Mencoba Para Pendidik Bangsa... :-)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H