Semua anggota keluarga tertawa terbahak-bahak. Mereka menyadari bahwa penguburan benci tidak semudah yang mereka bayangkan.
"Ternyata penguburan benci tidak sesederhana itu, ya?" kata Bapak Boonaz B sambil mengusap air mata tawa.
"Mungkin kita perlu lebih dalam lagi," tambah Boonaz E sambil mengacak-acak rambutnya.
Mereka kembali menggali lubang, kali ini dengan semangat dan tawa yang mengiringi. Mereka saling melemparkan benda-benda baru yang mereka benci ke dalam lubang.
Boonaz N dengan antusias melemparkan topi kupluk warna oranye yang dulu membuatnya terlihat aneh. Boonaz C bergabung dengan semangatnya dan melemparkan kaus yang selalu terlalu ketat di lehernya.
Tiba-tiba, mereka terdengar suara gemuruh yang semakin keras dari dalam lubang. Semua anggota keluarga saling memandang dengan wajah penuh ketakutan.
"Apa yang sedang terjadi?" bisik Boonaz I dengan mengerutkan kening.
Namun, kejutan lain menanti mereka. Sebuah kepala boneka keluar dari lubang dan terlempar ke udara. Teriakan kaget disusul oleh tawa meledak dari keluarga Boonaz. Ternyata, boneka itu adalah benda yang paling dibenci oleh mereka semua.
"Mungkin benci kita begitu kuat sehingga benda-benda itu berubah menjadi kelinci dan boneka!" ujar Boonaz N sambil menahan tawanya.
"Sepertinya kita perlu mencari cara lain untuk menguburkan benci kita," kata Bapak Boonaz B sambil mengelap air mata tawa.
Mereka semua setuju dan memutuskan untuk menghentikan penguburan benci yang tidak berjalan sesuai rencana. Sebaliknya, mereka memilih untuk mempererat ikatan cinta di antara mereka.