Halo, sahabat Bookoopedia! Sesuai dengan tema promo #CityCooking untuk bulan ini, selain diskon buku masakan, Bookoopedia juga telah mengadakan wawancara dengan pakar kuliner, Pak William Wongso atau yang lebih sering disapa dengan panggilan Om William Wongso. Berikut adalah hasil wawancara yang kami lakukan via email.
Bookoopedia : Sebagai pembuka, bolehkah diceritakan bagaimana Anda bisa terjun ke dunia kuliner sampai menjadi pakar kuliner? Apa karena passion, ada misi tertentu, atau mungkin alasan lainnya? Pak William   : Sering suatu keahlian berangkat bukan dari belajar khusus melainkan hanya dengan nalar suka. Saya suka icip-icip kuliner, sering belajar "bread and pastries" di Eropa, waktu saya gunakan untuk memenuhi keingintahuan citarasa asing. Lalu timbul minat ingin tahu soal bahan dan cara mengolahnya yaitu memasak. Boleh dikatakan "passion and curious", coba bayangkan setiap etnis memiliki kuliner khas sesuai dengan keadaan geografis, agama, budaya dan ekonomi masing-masing. Bookoopedia : Bagaimana pendapat Anda terhadap kuliner-kuliner yang ada di Indonesia ini? Pak William   : Nusantara ini memiliki khasanah kuliner dengan ragamnya yang tidak ada bandingan di dunia ini. Hanya disayangkan kita hanya take it for granted. Sedangkan pemerintah tidak memiliki program penggalakan minat kuliner Nusantara seperti apa yg dilakukan oleh negara-negara tetangga Malaysia, Thai, Vietnam, Korea. Sebagai contoh di Korea didirikan JEONJU UNIVERSITY of KOREAN CUISINE SPECIALTY yang memiliki dosen kukinernya Profesor dan PhD. Universitas ini dibiayai oleh 4 Kementrian Kehutanan, Perikanan, Pertanian dan Pariwisata. Bookoopedia  : Apakah Anda memiliki tujuan / misi jangka panjang dalam mengembangkan / mempromosikan kuliner Indonesia? Pak William  : Saya hanya ingin dan mengharapkan agar tradisi kuliner Nusantara bisa tetap diteruskan oleh generasi yang akan datang dan bagaimana kita bersama memperkenalkan tradisi citarasa ini ke mancanegara dan memasukan kuliner Nusantara dalam peta kuliner dunia. Semua restoran atau chef bisa memperbaiki mutu dan tampilan masakan Nusantara tetapi tetap mempertahankan nama, daerah asal serta citarasa yg otentik. Bookoopedia : Adakah cita-cita untuk membuat program / acara TV seputar dunia kuliner? Pak William   : Masih bila ada waktu! Bookoopedia : Apakah ada saran bagi teman-teman yang ingin terjun ke dunia kuliner (baik itu chef, bisnis resto, dll)? Pak William   : Bagi chef professional Indonesia jangan abaikan tradisi kuliner bangsa. Apapun disiplin kuliner yang akan dipegang, ibaratnya orang Indonesia tetap harus menguasai bahasa Indonesia meskipun fasih dalm berbahasa asing. Memang dalam suatu kenyataan bahwa lebih sulit menekuni tradisi kuliner Nusantara di negara kita sendiri dibandingkan belajar kuliner asing. Bookoopedia   : Saat ini junk food sangat dekat dengan kehidupan masyarakat kota, menurut Anda mengapa pakar kuliner jarang terlihat menyuarakan Anti Junk Food? (Pertanyaan dari A.Sugiarto) Pak William   : Saya pribadi lebih mengkategorikan "junk food" di Indonesia adalah makanan yang tidak layak dimakan karena penggunaan bahan-bahan yang bukan untuk makanan. Terjadinya hal ini, dikarenakan rakyat tidak mampu membayar makanan yang layak karena mahal sehingga pedagang makanan melakukan kiat agar dapat menjual makanan murah dengan bahan yg murah pula tanpa penguasaan kelayakan bahan-bahan untuk mengolah makanan. Itulah hasil wawancara kami bersama Pak William Wongso. Semoga hasil wawancara ini dapat berguna bagi para pembaca, khususnya bagi yang menyukai bidang kuliner. Terus ikuti kami dalam wawancara dengan narasumber berikutnya, Chef Marinka dan Ibu Sisca Soewitomo. Ingin ikut bertanya pada para mereka? Ajukan pertanyaan Anda via facebook.com/bookoopedia atau twitter @bookoopedia Sampai jumpa, minggu depan :)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H