Mohon tunggu...
Bonifasius Bulu
Bonifasius Bulu Mohon Tunggu... -

seorang anak manusia yang sedang belajar menulis. menulis apa saja!

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Bunga adalah Harapan Terbesar Bu Pur

29 Maret 2012   18:12 Diperbarui: 25 Juni 2015   07:17 164
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Yogyakarta 25 maret. Setelah hampir satu bulan hujan  mengguyur. Udara kota Jogyakarta kini panas sekali. Molioboro, Pasar Bringharjo terlihat sedikit lengang, beberapa pengunjung berteduh di warung-warung pinggiran Malioboro, sambil menikmatimakanan khas Yogjakarta. Salah satu jalan di samping Pasar Bringharjo tampak ramai oleh kendaraan lalu lalang , becak-becak berjejeran rapi di pinggir jalan.Di sisi kanan jalan beberapa bakul berisi bunga berjejeran, aroma bunga mawar teras memenuhi udara siang itu. Seorang nenek dan seorang ibu duduk menghadap bunga yang terlihat segar itu. Ya. Di sisi kananjalanitu, ibu-ibu berjualan bunga.

Dari beberapa deretan penjual bunga tersebut terdapat seorang ibu, tidak terlalu tua, memakai ikat kepala dari kain berwarna merah tua dan sudah lusuh. Ia duduk bersandar di pagar pembatas jalan dan tubuhnya dipayungi oleh payung berwarna biru tua. Di hadapannya terdapat beberapa bakul berisi bunga mawar merah dan putih. Ia tampak kaget ketika dijumpai. “ mari mas, mau beli bunga?” tanyanya bersemangat.

Ya. Nama ibu itu bu Pur (46 tahun) asli Yogyakarta. Ia sudah berjualan bunga sejak tahun 1992 hingga sekarang sudah 21 tahun beliau berjualan bunga. Beliau sudah memiliki dua orang anak perempuan. Yang pertama sedang menjalani pendidikan di UIN semester II dan seorangnya lagi masih SMP.

Bu Pur memulai aktifitas menjual bunga sejak pukul 06.00 pagi. Ia sudah berangkat pukul 5.00 dari rumahnya di daerah Ngadiwinatan , Ngampilan menuju pasar Bringharjo. Bunga-bunga yang dijual berasal dari Magelang dan Boyolali. “ disetor dari sana dua hari sekali, per oncotnya 20ribu, nanti di atur lagi , bunga mawar merah sama putih dicampur jadi satu dalam keranjang bakul, satu kerajang itu 10 ribu” ungkapnya.

Ketika ditanyai bagaimana suka duka ketika berjualan bunga, ia tersenyum sambil membuka ikat kepalanya. “ dukanya, ya saat bunganya nggak laku dan juga saat ada penertiban, kami harus lari menghindari petugas, sampai kadang nggak jualan. Sukanya, ya saat bunganya laris. “ ungkapnya menurut penuturan beliau biasanya bunga-bunga laris saat hari jumad, selasa atau saat perayaan pernikahan atau kalau ada kematian. “ kalau hari-hari itu laris kadang 10 bakul habis, kalau hari-hari lain nggak selaris hari-hari itu biasa satu atau dua bakul saja, tapi lumayan mas, dari pada nggak laku ” ungkapnya sambil tersenyum. Di samping tempat duduk bu Pur terdapat tumpukan bunga yang sudah layu dan kering. “ itunanti dibeli sama orang dari tempat spa, buat ramuan lulur, per kilonya 10 ribu” tambahnya

Hingga saat ini bunga adalah harapan terbesar bu Pur dalam menjalani hidupnya dan mewujudkan mimpi-mimpi keluarganya di samping usaha dagang asongan suaminya. Selama 21 tahun beliau berjualan bunga. Banyak hal yang telah ia lakukan dari hasil berjualan bunga. Salah satu yang paling beliau banggakan adalah dengan berjualan bunga, beliau mampu menyekolahkan kedua putrinya. “ saya ingin mereka berdua, sekolahnya selesai, punya hidup yang layak dan bahagia. “ ungkapnya. “ saya sama suami harus pintar-pintar ngurus hasil usaha, antara kebutuhan keluarga dengan kebutuhan usaha” tambahnya.

1333045310373625401
1333045310373625401
Semangat, harapan dan cita-cita bu Pur perlu dicontohi.  Meskipun seharian hanya berjualan bunga dan dengan  penghasilan sedikit, ia mampu menjaga harapan dan cita-  citanya. Tentu kerja keras dan keuletanlah kunci  kesuksesanya. Semoga harapan dan cita-cita beliau terus  terjaga hingga suatu saat nanti mimpi-mimpi itu terwujud.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun