Mohon tunggu...
Bono B Priambodo
Bono B Priambodo Mohon Tunggu... Dosen - Kandidat Doktor di Amsterdam Institute for Social Science Research

Bercita-cita jadi buaya keroncong atau merbot mesjid, sekarang malah mengajar hukum adat, koperasi, administrasi negara, lingkungan dan SdA di FHUI.

Selanjutnya

Tutup

Travel Story

Snek Ikan Muruku. Snek yang Lucu

7 Oktober 2014   04:31 Diperbarui: 4 April 2017   17:58 546
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
1412604993863185774

Sebenarnya saya tadi ingin menulis mengenai MPR. Akan tetapi, mendengarkan pendapat para pakar di televisi saya menjadi lemas karena emosi jiwa, maka saya putuskan untuk menulis saja laporan cecapan lidah mengenai Snek Ikan Muruku. Kalau diterus-teruskan, lama-lama saya bisa jadi spesialis reportase kuliner nggak makna begini. Mohon dimaklumi, jalan-jalan ke tempat-tempat eksotis saya tidak sempat dan tidak ada ongkos pula--alasan sebenarnya sih saya malas jalan ke mana-mana. Jadi saya laporkan saja apa pun yang saya makan. Begitu boleh, 'kan?

Snek ini dari namanya saja sudah lucu. Muruku. Sebagai orang Jawa, saya koq mendengarnya nyaris seperti mrutu. Itu loh serangga kecil yang suka terbang beramai-ramai mengelilingi sampah buah. Namun, rasanya sama-sekali tidak seperti buah, apalagi sampah buah. Berhubung kurang suka makanan manis, justru kata-kata "snek ikan" itulah yang kali pertama menarik hati saya. Jika ikan tentu saja rasanya gurih--kecuali yang masak orang Skandinavia, yang suka buat makanan aneh-aneh. Selama ini, saya hanya mendapati Snek Ikan Muruku di Indomaret dekat rumah saya di KSU Parung Serab.

Kemasan Snek Muruku dan perbandingan keping snek dengan jempol saya

Akan halnya saya membelinya, karena saya sudah kecewa dengan Sea Crunch dari Jack 'n Jill. Kemasan dan variasi rasanya memang banyak, ada kepiting, udang bahkan lobster. Akan tetapi, bertahun-tahun membelinya, yang benar-benar saya rasakan sama saja: kerupuk dengan taburan micin. Ketika itulah saya melihat si Muruku ini, dengan kemasannya yang sangat-sangat bersahaja. Saya sebenarnya pernah melihat snek ini sebelum memakannya, maka saya tahu bahwa gambar bayi di kemasannya dahulu jauh lebih antik. Sekarang, bayi antik itu sudah diganti dua Giant alias Takeshi Goota dari komik Doraemon memakai semacam popok.

Kata-kata pada kemasannya memang sedikit membingungkan. Paling atas ada tulisan Snek Ikan, namun langsung disusul di bawahnya dengan Snek Muruku Perisa Ikan. Lho, ini snek ikan atau snek berperisa ikan? Di bawahnya lagi ada kata-kata Fish Muruku Snack. Untung bukan Muruku Fish Snack. Bisa-bisa saya mengira Muruku itu nama sejenis ikan, yang memang mirip bunyinya dengan lemuru. Tampaknya si pembuat kemasan mengerti bahasa Inggris dan tidak ingin menyesatkan pembelinya bahwa yang dijualnya ini adalah snek ikan, apalagi ikan Muruku. Ini adalah snek Muruku yang berperisa ikan. Jadi baiklah kita terima saja bahwa Muruku itu merek dagang.

Setelah yakin bahwa Muruku itu bukan nama ikan, baru saya lihat sebalik kemasannya untuk memeriksa terbuat dari apa dia. Tertulis di situ, tepung kacang, minyak kelapa sawit, serbuk ikan, gula dan garam. Menarik. Ketika mulai membuka kemasan yang digembungkan dengan udara, aroma ikan yang sangat lembut dapat terdeteksi oleh indera penciuman saya. Bentuknya yang berupa kepingan (flakes) memang cocok bagi snek semacam ini. Ketika mulai mengunyah, dahi saya berkerut. Rasanya sungguh menarik. Jelas terasa kacangnya, tetapi kacang apa? Ketika saya periksa terjemahan bahasa Inggris dari "tepung kacang," dikatakan di situ bean powder. Ini jelas bukan kacang tanah. Jika kacang tanah, tentu si pembuat akan menyebutnya peanut powder.

Kenyataannya, teksturnya memang mirip kacang koro panggang. Rasanya sendiri, untuk meminjam istilah Oom Bondan Winarno, sopan sekali. Lamat-lamat. Priyayi. Kacangnya jelas. Ikannya sayup-sayup terasa. Tidak terasa sama-sekali tambahan rempah apapun. Tidak bawang, tidak merica. Hanya kacang--entah kacang apa, sedikit ikan, gula dan garam. Dengan demikian, kiranya snek ini jauh lebih sehat daripada kebanyakan snek bertabur micin. Akan tetapi, kalorinya cukup tinggi. Dalam 70 gram snek Muruku ini terkandung 420 kkal, dengan setengahnya sendiri berasal dari lemak. Tentu saja, karena bahan dasarnya kacang. Dari tadi, sambil nonton liputan pemilihan pimpinan MPR di televisi, rasa-rasanya sudah habis setengah bungkus berkeriuk-keriuk.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun