"Peppy" Panggilan Keakraban
Kampus tak lagi sekedar menjadi tempat akademis, di sana juga hidup organisatoris dan aktifis. Berbagai macam tipe mahasiswa dan dosen penuh di dalamnya, kampus boleh juga disebut miniatur negara, di sana pemebalajaran tentang sistem politik diajarkan diberbagai organisasi. Kehidupan kampus merupakan ajang pencarian jati diri karena seseorang akan beranjak dewasa, pencarian calon pendamping hidup pun tidak sedikit yang berawal dari kampus.
Aku mengenal perempuan itu awalnya tidak sengaja, karena memang satu organisasi denganku, ia pun sering kulihat ketika diskusi mingguan atau acara lainnya yang berhubungan dengan organisasi yang sama-sam kita ikuti. Tak begitu dekat memang, hanya sekedar tahu nama perempuan itu siapa. Awalnya tak sama sekali tak ku gubris tentang ia yang menyukai wanrna merah, karena memang sifa dasarku cuek tak perduli awalnya tentang memadu kasih antara dua insan.
Beberapa bulan setelah kegiatan belajar mengajar di kampus dimulai dan ia ketika itu masih mahasiswa baru tapi aku sendiri sudah menginjak semester tiga. Awal perkenalan kita memang bukan kita sendiri yang saling berjabat tangan lalu kenalan secara pribadi, bisa disebut diprakarsai oleh mak comblang. Dikenalkanlah aku pada penikmat senja itu oleh seniorku di organisasi, si teteh itu satu tahun lebih tua di kampus dariku. Ya, sebut saja ia si teteh.
Mungkin kalau noleh dibilang si teteh itu punya andil besar dalam hubungan yang kemudian aku jalani bersama wanita penyuka warna merah itu. Awal intensitifitas kita berbicara tentang segala hal ketika aku duduk di halaman gedung perkuliahan, tiba-tiba ponsel berdering dan ternyata itu panggilan dari si teteh seniorku tadi, kita saat itu juga aku terima panggilan itu ternyata suara yang terdengar bukan si empunya nomor.
"halo, aa ini Peppy" terdengar dari ujung telpon.
"iya ada apa?" jawabku agak sedikit heran.
"aa bisa minta tolong ngga, saya mau diskusi soal tugas agama" pungkasnya langsung ke arah inti pembicaraan.
Tak pikir panjang langsung mengiyakan karena memang budaya organisasi yang aku berkecimpung didalamnya penuh dengan diskusi. Setelah pertemuan pertama masih berbicara soal tugas yang diberikan oleh dosennya, akhirnya kitapun berdiskusi membahas sejarah dan politik islam, karena dianggapnya aku sedikit mengerti tentang agama karena saran dari si teteh itu katanya aku lulusan pesantren.
Aku, perempuan itu dan temannya tenggelam dalam diskusi keagamaan, memang tak lama tapi cukup berarti bagiku karena telah berbagi pengetahuan. Dari sini awal kita berkirim sms, menanyakan kabar tugas itu dan lain sebagainya hingga akhirnya sehari saja tak mendap sms darinya terasa ada yang kurang. Kedekatan kita semakin intim, kedekatan lewat sms tentunya. Karena ketika kita bertatap muka wajah kita saling memarah tersipu malu, entah kenapa tapi mungkin takut 'dicengin' kalau ternyata kita sedang dekat. Belum ada rasa ketika itu, hanya sebatas si perempuan itu junior dan aku sebagai orang yang lebih tua darinya.
Beberapa bulan berlalu, si teteh itu kembali mengisukan kedekatan kita, hingga teman seangkatanku tahu kalau kita sering berkirim sms. Awalnya aku biasa saja dan sedikit tersipu malu, tapi memungkirinya pun tak bisa karena memang kita intens bercumbu lewat pesan singkat. Barulah ada rasa 'klik' di hati tentang perempuan yang akhirnya aku tahu bahwa ia sangat menyukai senja, bahkan ia sangat menikmati senja ketika sudah duduk di pinggir pantai.