Kisah kasih kusut
Benar kata orang. Selingkuh bisa membuat orang makin sayang sama pacar. Itulah yang dirasakan Bonjo saat ini. Sebenarnya belum benar benar selingkuh sih. Cuma gebetanlah. Biasa, Bonjo kan memang begitu. Hobinya godain cewek sekampus. Nah, kali ini kebetulan ada yang kena. Icha namanya. Masih semester dua. Dua tingkat dibawah Bonjo. Teman teman Bonjo pada heran. Kok bisa bisanya Icha yang terkenal karena cantik dan lugunya itu suka sama Bonjo; yang dekil, berambut gondrong semrawut, badannya kurus tirus, dan selengean. Bukannya geer. Bukti bukti nyata bahwa Icha suka dia sudah ada di tangan Bonjo. Contohnya kemarin, waktu ketemu di kantin, Icha dengan senyum manis menyapa Bonjo. Atau tadi pagi, di WC kampus, lagi lagi si Icha menampakkan giginya yang putih bersih kepada Bonjo. Mungkin saking kebeletnya. Bukankah itu suatu bukti otentik kalu Icha suka sama aku. Begitu batin Bonjo meyakinkan diri sendiri.
Tapi Bonjo sendiri ga mau terlalu larut dengan kegeerannya. Sebab saat ini ia sudah mempunyai pacar. Bernama Nona. Orangnya imut tapi seksi. Sebenarnya ga terlalu cakep sih, tapi Bonjo suka. Dan dikala bayangan Icha mulai menari hula hula dalam benaknya, gelisahlah ia. Karena Bonjo termasuk cowok setia yang berprinsip tidak akan pacaran dengan dua cewek sekaligus. Ga kuat di ongkos.
Maka dalam misinya untuk melupakan Icha, Bonjo ingin memperbanyak kesempatan bertemu dengan Nona. Seperti saat ini. Bonjo yang biasanya ga pernah jemput kuliah, kini di bela belain jauh jauh dari kampusnya di yang terletak di Lidah Kulon datang ke kampus Nona di Mulyosari. Ngejogrog beserta sepeda motor bututnya di bawah sebuah pohon mangga.
Satu jam berlalu namun Nona belum muncul juga.
Sejak Icha hadir dalam hatinya, Bonjo merasa berdosa pada Nona. Dan dalam rangka menebus dosanya itu ia bermaksud mengajak Nona nonton bioskop sepulang kuliah.
Satu setengah jam telah lewat.
Bonjo bengong memandang daun daun mangga yang meranggas melayang tertiup angin. Jam tangannya menunjukkan pukul setengah dua siang. Dia pun mulai malu dengan semut merah yang menatapnya curiga. Kemana si Nona? Pikir Bonjo sumpek. Beberapa saat kemudian dia bertanya pada serombongan cewek yang lewat di depannya.
‘Mbak, anak kedokteran hewan sudah pulang belum’ Tanya Bonjo bersemangat.
‘Eh, apa.. eh, su sudah mas’ jawab salah satu cewek yang kaget karena tiba tiba dihadang orang yang potongannya kayak preman.
‘Ooo.. mbak ini jurusan apa ya? Kenal Nona ga?’ lanjut Bonjo.
‘Nona.. oh sudah pulang mas.. tadi dijemput pacarnya waktu ganti kuliah kedua. Mas ini siapa, kakaknya ya..?’ cewek cewek itu ribut.
‘Bukaan, saya pembantunya’ jawab Bonjo sambil ngeloyor pergi. Sial. Nona bolos kuliah kedua? Pacarnya? Bonjo suntuk.
Bonjo putar gas menuju ke rumah Nona. Sebentar saja ia mulai menyimpul nyimpulkan apa yang terjadi;. Siapa gerangan laki laki yang menjemput Nona? Mungkinkah dia selingkuh. Umpatan umpatan kotor terucap keras bersaing dengan deru motor Bonjo.
Pertanyaan mengapa selama ini Nona ga memperbolehkannya main ke rumahnya terjawablah sudah. Alasan sungkan pada keluarganya karena baru putus sama pacar dan dia ga mau dicap suka gonta ganti pacar ternyata Cuma taktik busuk supaya ia bisa bercinta lagi. Batin Bonjo nelangsa.
Tapi ah, mengapa pikiranku begitu sempit? Belum tentu omongan teman Nona benar. Mungkin yang disangka pacar sebenarnya kakak Nona atau bisa jadi pakliknya. Pikiran Bonjo berkecamuk. Dia pacu motornya sekencang mungkin.
‘Assalamualaikuum..’ salam Bonjo terdengar lantang di pekarangan rumah Nona yang sepi
Tak ada yang keluar.
Bonjo mengetuk ketukkan gembok ke pagar besi.
‘Kulonuwuun..’ suara Bonjo menggema di sudut sudut atap rumah.
Akhirnya keluar wanita setengah baya yang langsung buka suara. ‘maaf mas, ga menerima sumbangan’ tembaknya sok tau. Bonjo nyengir.
‘Oh, saya bukan mau minta sumbangan tante. Saya ini temannya Nona’ tutur Bonjo sopan. Ia yakin kalau si tante adalah mamanya Nona.
‘Ooo.. maaf mas. Neng Nona belum pulang’ jawab wanita itu. Neng? Sialan. Rupanya Bonjo sedang berhadapan dengan babunya Nona. Pembantu aja segini kerennya. Gimana mamanya? Batin Bonjo.
‘Ehm.. ya sudah kalau begitu te, eh bik, eh mbok, eh yu.. mari..’ Bonjo bergegas mengundurkan diri.
Beberapa puluh meter setelah meninggalkan rumah Nona, Bonjo berpapasan dengan sebuah mobil jeep hijau yang penumpangnya bisa dilihatnya dengan jelas yaitu Nona berdampingan dengan seorang pria macho ala tentara mengenakan kacamata hitam.
Spontan Bonjomengerem motornya. Kemudian dengan cepat sembunyi di balik sebuah tong sampah. Dari situ Bonjo melakukan pengintaian ditemani bau sampah di depannya. Jelas ia bisa melihat ketika Nona dan pria kekar itu berciuman mesra. Kemudian si pria masuk mobil lantas pergi diiringi lambaian tangan Nona.
Belum hilang jeep hijau dari pandangan waktu Bonjo keluar dari tempat persembunyiannya. Berjalan melenggang mendekati Nona.
‘Halo Nona’ sapa Bonjo ramah.
‘Njo..!’ pekik Nona kaget menatap sosok Bonjo yang seperti biasa lusuh dan kini ditambah bau, tiba tiba muncul di depannya.
‘Hehehe..’ Bonjo tertawa kecut. Sengaja ia membiarkan Nona salah tingkah beberapa waktu kebingungan mencari kalimat yang tepat.
‘Aku ga disuruh masuk, nih’ Bonjo cengar cengir meskipun hatinya remuk redam.
‘Oh sorry. Ayo’ Nona benar benar kikuk.
Mereka berdua duduk bersebelahan di sofa empuk ruang tamu. Nana diam menunduk tidak berani menatap mata Bonjo. Persis seperti orang tertangkap basah ngutil di plaza. Setelah lama berpikir, Bonjo mulai ngomong.
‘Na, itu tadi paklikmu ya?’ kata Bonjo di kerongkongan.
Nona menundukkan kepala makin dalam. Malu. Dan perlahan air mata mulai menetes di pipinya. Hidungnya langsung pilek. Tangisan buaya. Maki Bonjo dalam hati.
‘Na, kurasa aku ga perlu ngomong apa apa lagi. Aku tahu perasaanmu dan kamu pasti tahu perasaanku.. lebih baik kita sudahi saja hubungan kita daripada diterusin tapi ga bahagia.. Na, mulai detik ini, menit ini, kamu bukan lagi pacarku.. sekian’ Bonjo pun beranjak pergi meninggalkan Nona yang menangis meraung raung. Sekarang, Cuma tinggal satu yang ada dalam pikiran Bonjo. Icha. Mati satu tumbuh seribu.
Malam ini Bonjo tiba di rumah Icha. Meski sedikit terkejut, Icha menyambut Bonjo dengan ramah.
‘Eh, mas Bonjo. Tumben nih. Sendirian aja?’ sambut Icha sambil membuka pintu pagar.
‘Iya dong. Masak kencan ngajak orang sekampung?’ jawab Bonjo PD.
‘Mas, bisa aja’ Icha tertawa lebar. Semakin membuat Bonjo cengar cengir kayak Zebra.
‘Masuk mas’ ajak Icha. Dengan langkah lebar Bonjo mengintil Icha.
‘Silahkan duduk mas, sebentar ya aku ke belakang’
‘Wah, ga usah repot repot Cha’ ucap Bonjo basa basi. Sewaktu ditinggal sendirian Bonjo bisa leluasa memandang sekeliling ruang tamu. Mulai dari perabotan yang tidak ada yang bisa dibilang murah sampai pajangan yang menempel di dinding. Pandangan Bonjo tertumbuk pada potret ukuran besar yang menampilkan foto Icha bersama laki laki. Laki laki berbadan tegap dan berambut cepak. Orang itu! Bagai tersambar geledek Bonjo terpaku menatap potret pria yang tak lain dan tak bukan adalah pria yang tadi siang ia pergoki bersepak sebuk dengan Nona.
Tak salah lagi. Bonjo ga mungkin lupa wajah itu. Ternyata keparat itu kakak Icha. Perasaan Bonjo mulai tidak karuan. Bagaimana kalau orang itu keluar terus menyapaku. Bisakah aku bersikap wajar?
‘Mas, yee ngelamun aja. Foto Icha cakep ya?’ kata kata Icha menjambret lamunan Bonjo. Icha membawa baki berisi minuman berwarna kuning.
‘Hehehe Cha, itu masmu ya?’ tunjuk Bonjo kearah potret
‘Eh, anu, I iya. Masku’ jawab Icha cengar cengir.
‘Tentara?’ Tanya bonjo lagi.
‘Bukan. Potongannya aja. Eh, itu orangnya datang’ Icha melongokkan kepala memandang keluar.
Terlihat jeep hijau memasuki pekarangan. Setelah mesin mobil dimatikan, seorang pria berambut cepak turun kemudian berjalan memasuki ruang tamu; dimana Bonjo dan Icha bercengkrama. Sementara Bonjo deg degan berpikir bahwa sebentar lagi akan fis a fis dengan orang yang merebut pacarnya.Icha menyambut pria itu dengan meriah.
‘Mas Bejo, barusan diomongin datang. Oh ya, mas Bejo, kenalin temen Icha, Bonjo. Mas Bonjo, ini mas Bejo, kakak Icha. Kakak ketemu gede. Alias suami. Mas Bonjo, kami pengantin baru lo, baru empat bulan..’ cerocos Icha panjang lebar.
‘Oooo..’ setelah huruf o terakhir terucap, Bonjo langsung tak sadarkan diri. Semaput.
Senin 11 06 01
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H