Populasi usia produktif di Jakarta merupakan salah satu elemen penting dalam dinamika demografis kota metropolitan ini. Namun, apakah populasi usia produktif di Jakarta membawa peluang ekonomi atau malahan menjadi ancaman pengangguran?
Beragam faktor telah diyakini sebagai penyebab utama pengangguran di Jakarta. Pertama, ketimpangan sosial seperti kemiskinan dan tingkat pendidikan rendah sering kali menghalangi proses penyerapan tenaga kerja. Selain itu, kemajuan teknologi yang cepat dapat membuat seseorang sulit beradaptasi dengan transformasi dunia kerja modern, sehingga menghasilkan kemampuan penyerapan tenaga kerja yang lemah Selain itu, urbanisasi yang tinggi di Jakarta juga menjadi faktor pemicu tingginya angka pengangguran. Urbanisasi yang pesat ditambah dengan selesainya proyek-proyek besar dapat meningkatkan tekanan pada pasar kerja lokal, sehingga makin sulit bagi masyarakat untuk mendapatkan pekerjaan.
Dampak pandemi Covid-19 pada tahun 2020 juga berkontribusi signifikan dalam meningkatkan angka pengangguran di Jakarta. Meskipun ekonomi perlahan-lahan mulai pulih, efek jangka panjang dari pandemi masih dirasakan hingga saat ini. Hal ini tercermin dalam peningkatan tingkat pengangguran terbuka di awal tahun 2023, meski kemudian menunjukkan penurunan pada akhir tahun tersebut.
Untuk mengatasi masalah pengangguran, Pemerintah Provinsi DKI Jakarta telah melakukan berbagai upaya strategis. Salah satunya adalah melalui program Jakpreneur, yang bertujuan mengembangkan UMKM (Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah) melalui ekosistem kewirausahaan yang lengkap, termasuk start-up, institusi pembiayaan, dan pendidikan. Program ini diharapkan dapat menyerap tenaga kerja lebih banyak dan mendorong penciptaan lapangan kerja baru.Selain itu, Pemerintah juga aktif dalam menyelenggarakan bursa pasar kerja yang dapat menjadi opsi potensial dalam menyerap tenaga kerja dan menekan angka pengangguran. Walaupun penyelenggaran ini sempat terkendala akibat pandemi, namun kini sudah mulai diselenggarakan kembali.
Upaya lain yang dilakukan Pemerintah DKI Jakarta adalah melalui pelatihan kerja standar global. Dinas Tenaga Kerja, Transmigrasi, dan Energi Provinsi DKI Jakarta telah menginisiasi berbagai program pelatihan yang berfokus pada meningkatkan keterampilan dan kompetensi tenaga kerja. Program-program ini tidak hanya meningkatkan keterampilan dasar, tetapi juga mensinkronisasinya dengan kebutuhan industri global, sehingga tenaga kerja lebih siap untuk memasuki pasar kerja domestik maupun internasional.
Aktivitas ekonomi lokal seperti jakarta Fair juga berperan signifikan dalam menurunkan tingkat pengangguran di Jakarta. Acara perdagangan ini bukan hanya meningkatkan kesempatan kerja, tetapi juga meningkatkan perputaran transaksi yang signifikan. Hasilnya, tingkat pengangguran terbuka di akhir tahun 2023 menunjukkan penurunan sekitar 1,54% dari periode Februari 2023.
Kesimpulannya,Populasi usia produktif di Jakarta membawa kedua sisi mata pisau---peluang ekonomi dan ancaman pengangguran. Ketimpangan sosial, kemajuan teknologi, dan urbanisasi yang tinggi merupakan faktor-faktor utama yang memicu pengangguran. Namun, upaya strategis dari Pemerintah DKI Jakarta melalui program-program pelatihan kerja standar global, pengembangan UMKM, dan acara-acara ekonomi lokal seperti Jakarta Fair telah menunjukkan dampak positif dalam menurunkan tingkat pengangguran.
Oleh karena itu, penting bagi pemerintah dan stakeholders lainnya untuk terus mengembangkan strategi yang efektif dalam meningkatkan keterampilan dan kesempatan kerja bagi masyarakat usia produktif di Jakarta agar dapat maksimal dalam mengoptimalkan potensi ekonomi kota ini.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H