Ada banyak sekali cara untuk memaknai kehidupan. Namun yang saya rasa paling ampuh adalah lewat menulis. Menulis tentang kehidupan itu sendiri. Yah, katakan saja "catatan kehidupan". Kehidupan menyuguhkan materi yang kaya dan berlimpah untuk ditulis. Kehidupan sehari-hari adalah materi yang selalu baru.Â
Di era konsumerisme ini, dimana banyak orang menganggap kesuksesan dan kekayaan materi sebagai penentu nilai diri mereka sebagai manusia, menulis memberi semacam ruang untuk mengungkapkan jati diri seseorang. Siapa saja bisa menulis. Setiap orang punya sesuatu untuk diungkapkan dan dibagikan pada dunia.Â
Di era digital seperti sekarang ini, menulis dapat dilakukan di mana saja. Orang dari berbagai latar belakang boleh saja menulis dan mengungkapkan isi hatinya kepada dunia. Menyuarakan bagaimana ia memandang dunia. Menulis menjadi sarana untuk ini.Â
Dengan itu, menulis menjadi cara untuk memaknai hidup, di mana semakin banyak orang mengalami kekosongan makna, kehampaan eksistensial. Tidak heran, karena nilai-nilai semu yang lebih didewakan, ketimbang nilai-nilai yang lebih bersentuhan dengan hakikat diri kita sebagai manusia.
Menulis juga bisa menjadi sarana katarsis. Untuk mengungkapkan apa yang tidak terungkapkan. Pelepasan perasaan-perasaan yang selama ini dipendam dan di-repress.Â
Maka, ada yang namanya "menulis sebagai terapi". Banyak psikolog mengakui manfaat dari terapi menulis untuk kesehatan mental seseorang dan mencegahnya jatuh ke dalam depresi.Â
Manfaat terapi menulis telah diteliti secara klinis dan banyak orang yang tadinya depresi dan ingin bunuh diri mengalami pemulihan lewat terapi ini. Dengan manfaat teraupetik yang ditawarkan, menulis lagi-lagi dapat dikatakan menempati posisi penting bagi seseorang untuk memaknai hidupnya.
Juga, kebiasaan menulis jurnal pribadi, yang ditulis hanya untuk diri sendiri, terbukti bisa membuat orang yang melakukannya mengalami mood yang lebih positif dan stabil dalam hidup kesehariannya. Ia bisa punya ruang untuk mengolah dan merefleksikan hidupnya. Menemukan makna hidup lewat aktivitas menulis jurnal pribadi ini.Â
Menulis memang sudah menjadi bagian hakiki dari kehidupan. Menulis dan kehidupan itu tak terpisahkan. Selama masih ada peradaban, manusia akan terus menulis. Selama masih ada kehidupan, manusia akan terus menulis dan berusaha memaknai hidupnya.Â
Seorang psikiater ternama asal Swiss yang pernah menjalani masa tahanan di kamp konsentrasi Nazi, Auschwitz, yakni Viktor Frankl....dapat bertahan hidup karena menemukan makna dari 3 unsur ini:
(1) ia punya proyek tulisan yang hendak dirampungkan di sana;