Tengah malam tidak bisa tidur, baring sambil teringat peristiwa lama. Saya kurang ingat tanggal dan dan harinya tapi saya pasti itu tahun2004. Hari libur. Seorang teman datang mengajak jalan - jalan ke pusat perbelanjaan. Kami berangkat dengan mobilnya, tentu saja dia yang nyetir karena saya tidak punya SIM lagipun itu mobil dia. Sebelum masuk pintu tol kami ditahan oleh mobil peronda jalan raya, polisi minta SIM teman saya. Diapu menyerahkan sesuatu pada Pak Polisi yang langsung memasukkannya dalam sebuah alat di genggamannya. Setelah membaca skrin di alat itu Polisi menerahkan kembali kartu teman saya lalu mempersilakan kami melanjutkan perjalanan. Di pintu tol teman saya melambaikan kartu tadi pada mesin scanner touch n go. Akupun heran, kok SIM bisa dipakai membayar tol. Temanku pun menjelaskan kalau itu bukan SIM tapi KTP elektronik baru multi fungsi. Di depan pusat perbelanjaan kami mapir menari uang dari mesin ATM, lagi lagi teman saya menggunakan KTPnya di mesin itu. Sepulang dari jalan - jalan saya mampir aja nyantai di rumah teman itu. Dia memamerkan satu lagi fungsi KTPnya, dia mencolokkan KTP itu ke receiver astro (rangakian tv berbayar sejenis top tv) lalu menekan kode chanel di remote maka keluarlah informasi kartunya serta beberapa tilang dan pelanggaran mobil yang terdaftar atas namanya.
Cerita di atas adalah kisah nyata bukan fiksi sains, tapi saya memberi tag fiksi untuk artikel ini karena berharap cerita dibawah bukanlah nyata dan hanya terjadi di Bikinibottom.
Setelah menghabiskan ratusan M rupiah mungkin juga T untuk kunker, pemerintah negara saya mengeluarkan KTP elektronik yang saya sendiri belum tau apa kelebihannya. Tiba - tiba beredar berita kalau KTP itu bisa rusak kalau fotokopi. Semoga teman saya tidak membaca berita itu, saya tidak sudi kalau dia mentertawakan KTP negara saya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H