Mohon tunggu...
Andi Bachtiar
Andi Bachtiar Mohon Tunggu... -

TKI Restore

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Artikel Utama

Air Comberan Dibalas Air Tuba - Seri

27 September 2011   15:38 Diperbarui: 26 Juni 2015   01:34 134
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption id="" align="alignnone" width="298" caption="Sumber: KOMPAS.com"][/caption]

(gelagat TKI - kisah nyata) Seri

Baco tidak memperdulikan kondektur bis antar kota yang lagi menurunkan barangnya, padahal banyak tu. Buat memujuk isteri dan mertuanya. Walaupun dia yakin oleh - oleh yang banyak itu takkan seberapa membantu, tapi segala daya dan upaya harus dilakukan. Karena Baco masih sayang total sama Becce, isterinya. Hanya saja masalahnya Baco terlalu penyayang, ia juga menyayangi perempuan lain selain Becce. Sampai sekarang masih belum tau bagai mana caranya memberitahu si Becce. Sepanjang dalam perjalanan dari Malaysia Baco tak henti henti memikirkan caranya supaya tidak menyakiti hati si Becce, sampai sekarang masih juga tak dapat. Beban pikran itu semakin berat terasa. Menaiki tangga rumah mertuanya terasa seperti mendaki gunung Bawakaraeng. Sejuta kenangan manis bersama isterinya sempat terlintas sejenak dipikiran Baco, setiap kali menatap wajah isterinya ia merasa bagai dipanah asmara. Kenangan manis itu tiba tiba dibuyarkan oleh munculnya kenangan wajah kecut mertuanya. Semenjak Baco menikahi Becce, mertuanya tak pernah ramah padanya. Baco terpaksa juga melihat wajah kecut itu setiap hari karena menumpang dirumah mertuanya. Sampai ketika Baco mengutarakan niatnya untuk merantau ke Malaysia, cari duit buat bangun rumah dan modal usaha. Mertua Baco mulai ramah karena menantunya ingin berdikari. Sekarang Baco akan melihat wajah yang lebih kecut lagi karena kepulangannya bukan sekedar buat membangun rumah, tapi juga membawa kabar bahwa dia sudah berumahtangga lagi di Malaysia. Apa boleh buat, bukannya tak sayang lagi sama Becce tapi gadis Malaysia itu sangat menawan. Meski tau dirinya yang tak tahan godaan tapi Baco lebih suka mengkambing hitamkan takdir. "Ah sudah takdirnya gitu" pikirnya. Tapi masalahnya sekarang, Baco tidak tega melihat isterinya terluka.

Terasa sangat berat tangan Baco untuk mengetuk pintu rumah mertuanya tapi dipaksakan juga. Di depan pintu inilah terahir kali dia menggendong anaknya yang berumur dua tahun ketika itu, empat tahun yang lalu. Wajah anaknya yang sangat mirip dengan wajah Becce sedang menangis ketika itu. Baco sedang coba membayangkan bagai mana rupa anaknya sekarang, tapi tak sempat. Suara tangis dari dalam rumah jelas kedengaran makin dekat. Tak lama kemudian Becce muncul dari balik pintu sambil menggendong anak kecil, wajah anak itu persis Becce. Ternyata Becce makin menawan, Baco sekali lagi merasa terpanah asmara menatap wajah isterinya. Nampaknya dewa asmara terlalu boros. Tapi Baco juga sangat rindu dengan anaknya, lalu diambilnya anak dari gendongan Becce. Tiba-tiba Baco melupakan beban yang mengganggu pikirannya. Terus dibawa masuk anak itu sambil dibelai sementara Becce termangu di pintu. "Masih ingat bapak nak?" tanya Baco sambil memeluk dan mencium anak kecil itu. Sejurus kemudian Baco terperanjat heran. Dia baru menyadari seuatu. "Kenapa anak kita kelihatan masih seperti empat tahun yang lalu, apa dia pernah sakit keras sampai tidak bisa brkembang Becce?" Tanya Baco karena heran melihat anaknya masih seperti anak umur dua tahun, padahal sugah empat tahun ditinggalkan."Itu bukan anakmu,.... tapi,.... anak Beddu,... kami menikah setahun setelah kamu pergi." Jawab Becce sambil merunduk tak mampu bertatapan dengan Baco. Penuturan Becce membuat Baco merasa dipanah asmara lagi, kali ini panah itu disertai dengan api, lesterik tegangan tinggi dan bom c4. Baco merasa dewa asmara sudah jadi teroris. Tanpa sadar Baco melepaskan anak itu dari gendongannya, untung saja jatuhnya pas di sofa. Baco hanya berkata "kita seri." Lalu turun dari rumah langsung menyuruh kondektur menaikkan kembali semua barangnya ke atas bis. Dengan bis itu juga Baco kembali ke pelabuhan Pare-pare untuk selanjutnya kembali ke Malaysia.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun