Mohon tunggu...
Andi Bachtiar
Andi Bachtiar Mohon Tunggu... -

TKI Restore

Selanjutnya

Tutup

Dongeng Artikel Utama

Hikayat Abu Nawas 2011

21 September 2011   17:57 Diperbarui: 26 Juni 2015   01:45 2172
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Hikayat Abunawas 2011

Kelihatan murung di pagi hari bukan perkara yang biasa bagi manusia yang penuh humor seperti Abunawas. Muridnya yang baru tiba merasa heran melihat gurunya lalu bertanya. "Mnegapa Tuan Guru nampak begitu muram dan sedih?" "Bukan sedih, hanya sedang bungung mendengar kabar tentang sebuah fenomena aneh." Jawab Abunawas. "Febomena apakah gerangan Tuan Guru?" Tanya muridnya agak tertarik. "Disana dinegeri Nusantara, burung elang jawa yang identik dengan Garuda Pancasila sebagai lambang ideologi negara itu semakin langka tak dapat diselamatkan dari kepunahan. Binatang aneh dan menjijikkan pula bermaharajalela, yakni ulat bulu dan lintah raksasa sedang meresahkan rakyat negeri Nusantara itu. Fenomena alam ini sungguh equivalent dengan corak pemerintahan di negeri Nusantara sendiri. Pejabat dan pemimpin yang berjiwa Pancasila sudah sangat langka, yang banyak hanyalah petinggi berjiwa ulat bulu dan bersifat lintah rakus giat menjarah negeri Nusantara"Kata Abunawas tentang isi benaknya. "Nampaknya mereka perlu mengimpor pemimpin yang baik dari luar negeri." Murid itu coba mengutarakan pendapatnya. "Sama sekali tidak!!" Sanggah Abunawas lalu melanjutkan. "Diantara duaratus juta penduduk negeri Nusantara pasti banyak bakat pemimpin ulung, mereka hanya perlu berbenah diri dan bijaksana memilih pemimp...." Tiba - tiba pintu kelas diketuk orang. Abusnawas langsung saja menyuruh muridnya mempersilalakan orang itu masuk. Ternyata paman penjual pisgor yang datang bersama seorang pemuda asing, tentu ada urusan penting karena langsung menemui Abunawas. Memang benar benar penting, sesekali dahi Abunawas kelihatan berkerut ketika orang itu berbicara padanya. Sedangkan pemuda asing itu terus diam. Pelajar Abunawas mulai berdatangan ketika paman itu pamit untuk pergi. Secara tidak sengaja seorang pelajar menabraknya pas didepan pintu kelas, tasnya jatuh dan isinya berhamburan. "Eh, maaf paman, saya tidak sengaja." Pelajar itu buru buru minta maaf. Dan ia langsong melongo melihat banyak paket kondom terhambur keluar tas paman penjual pisgor. "Hah???.. lho biasanya paman jual pisgor, udah ganti bisnis ya?" Tanya pelajar. "Tidak dik, ini untuk dikirimkan sahabat paman yang mau pergi ke Nusantara. Mau dijual, katanya negeri itu akan mengadakan pesta bokep" Paman itu agak tersipu malu. "Tidak mungkin negeri Nusantara mengadakan pesta bokep paman, haram tu." Kata pelajar. Sedikit kebingungan paman penjual pisgor berkata "Benar kok, teman paman bilang pesta itu namanya ,.... .... enggg ha,.. Sex Games, banyak negeri yang ikut serta." "Oooo itu, paman salah. Bukan Sex Games tapi Sea Games yakni sebuah pesta olah raga negeri - negeri Asia tenggara."Pelajar memberi penjelasan sambil memasukkan paket terahir kedalam tas paman. "Aneh ... teman saya bilang mereka menydiakan PSK dan kondom secara besar besaran untuk menyambut pesta itu. Emang olah raganya di atas ranjang ya? Paman jadi kepingin jadi olahragawati" Paman itu masih agak bingung. "Entahlah paman, itu urusan mereka." Pelajar tersenyum ketika menjawab. "Jadi jual kondomnya legal kan?" Tanya paman ragu. "Iya,.. mereka cukup arif melindungi diri mereka dari penyakit kelamin tapi tak dapat melindungi jiwa mereka dari penyakit moral dan laten korupsi" Ujar pelajar itu lalu menuju ke tempat duduknya. Melihat muridnya sudah berada ditempat duduk masing - masing, Abunawas mulai bicara., "Wahai muridku sekalian, hari ini pelajaran kita agak lain dari bisa" Muridnya santai saja, mereka sudah biasa dengan hal - hal aneh yang dilakukan gurunya. "Sekarang kalian pulang kerumah masing - masing, ambil martil, cangkul, skop, linggis atau apa saja yang biasa di gunakan oleh orang butahuruf melakukan demo." Perintah Abunawas pada murid - muridnya. Mereka segara pulang kerumah masing - masing seperti yang diperintahkan. Seorang pelajar sempat singgah bertanya pada Abunawas "Apakah kita akan melakukan simulasi demo wahai Tuan Guru?" "Tidak, kita akan demo beneran." Jawab Abunawas serius. "Tuan Guru sendiri pernah mengajarkan bahwa demostrasi itu lebih banyak dampak negatifnya" Murid Abunawas mengingatkan. "Memang benar, tapi kadang kala kita perlu melakukan yang negatif kalau ingin merangsang atau menarik yang positif. Sudah sana ikut saja yang kusuruh." Tegas Abunawas. Pelajar itu segera beredar. Sebelum tengah hari mereka smua sudah kembali berkumpul di pekarangan sambil membawa alal - alat yang tadi disuruh Abunawas. Malah ada yang membawa ketapel, panah dan bom molotov. Tapi perhatian Abunawas tertumpi pada sesuatu yang dipegang oleh seseorang peljarnya, Abunawas mendekati lalu.. "Hey,.. yang bener aja, kita mau pergi mendemo bukannya pesta olahraga. Buat apa kamu bawa kondom satu pek." Tanya Abunawas. "Oh maaf Tuan Guru, sebenarnya saya tidak bawa ini tapi ketemu de samping pekarangan tadi. Mungkin punya paman pisgor tadi kececer. Nih,,, sebaiknya Tuan Guru saja yang mengyerahkan kembali padanya." Pelajar itu mengulurkan paket yang dipegangnya. "Itu nanti saja kita urus. Apa yang akan kita lakukan sekarang adalah pergi mendemo rumah Tuan Hakim Al Najaruddin yang merangkap juga sebagai bendahara kerajaan. Kalian harus merusak semua yang bisa dirusakkan, jangan ada yang tersisa. Kalian jangan peduli kalau ada orang yang melarang atau menegur kalian. Kalau terpaksa lempar saja orang yang menghalang kalian dengan batu." Perintah Abunawas lalu memberikan aba-aba berangkat. Saat itu juga mereka berangkat beramai-ramai. Tanpa salam tanpa permisi mereka mendemo rumah mewah Tuan Hakim. Tentu saja Tuan Hakim kaget bukan kepalang. Tunggang langgang dia lari kerumah tetangga meminta bantuan. Memanga ada juga tetangga yang coba datang menhalang aksi murid Abunawas tapi baru saja mendekat, mereka sudah dilempari batu oleh para pelajar itu. Ahirnya para tetangga Tuan Hakim hanya bisa memandang dari jauh. Sungguh brutal aksi murid Abunawas, persis aksi mahasiswa ketagihan narkoba yang turun merusuh dijalanan bersama preman berlagak pahlawan membela rakyat katanya, tapi aksi mereka merusak harta masyarakat. Murid - murid Abunawas beraksi dengan penuh semangat, meneriakkan slogan patriotik seperti merdeka ataoe mati, long life democracy, bahkan murid yang bernama Normanuddin beteriak "Chaiyya chaiyyaaaaa........" Karena tetangganya tak mampu berbuat apa - apa untuk menolong maka Tuan Hakim bergegas ke istana melaporkan pada Baginda Raja perbuatan Abunawas bersama murid - muridnya. Demi mendengar laporan Hakimnya, Baginda Raja langsung memerintahkan beberapa pengawal istana menuju ke lokasi kejadian. Tuan Hakim kembali kerumahnya bersama para pengawal untuk menghentikan aksi demonstrasi murid - murid Abunawas dan membawa ke istana provokatornya. Mereka tiba tepat pada waktunya, yakni pada saat dinding terahir yang masih berdiri berhasil dirobohkan oleh pendemo. Keadaan aman secara otomatis jadi tak susahlah mengamankannya. Dengan kehadiran pengawal istana Abunawas tahu bahwa dirinya pasti dikehendaki menghadap Baginda Raja. "Tuan pengawal, ,, bolehkah saya berkata sesuatu pada pelajarku sebelum kuberangkat ke istana?" Tanya Abunawas pada seorang pengawal. "Boleh saja asal jangan memprovokasi lagi, nanti Paduka Baginda Raja bertambah murka" Ancam pengawal yang ditanya. "Wahai muridku sekalian, ketahuilah bahwa tsunami hanya mebunuh dan menghancurkan di pinggir laut, tapi korupsi memusnahkan segala yang ada mulai dari dasar laut sampai ke puncak gunung yang tinggi." Kata Abunawas lantang. "Tapi kita menhancurkan rumah Tuan Hakim atas perintah Tuan Guru, bukan karena kami koruptor,..!!" Seru seorang muridnya. Disusul murid lain berebut mengutarakan pernyataan yang senada. "Sebenarnya bukan rumah ini yang kumaksudkan, kalian akan tau juga nanti. Saya harus segera menghadap Baginda Raja sekarang" Abunawas meninggalkan muridnya yang kebingungan, tapi sebenarnya mereka masih menaruh kepercayaan yang tinggi pada guru mereka. "Ampun tuanku, patik datang menghadap." Sembah Abunawas pada rajanya. "Hmmm,.. Nawas kabarnya kamu menyuruh muridmu mendemo rumah Hakim negeri,,, apa penjelasanmu kali ini." Tanya Baginda dengan garangnya. "Ampun Tuanku" Kata Abunaawas lau terus diam membisu. Setelah menunggu lama tiada jawaban, sang Raja berkata lagi "Nawas !!! Beta menunggu penjelasanmu." "Tuanku,, walaupun mudah saja mebuat belacan dari udang tapi tidak mungkin membuat udang dari belacan" Ujar Abunawas. "????,,,. Apa hubungannya Nawas? Jangan mempermainkan beta, Yang beta ingin tahu mangapa kamu menyuruh moridmu mendemo rumah Hakim merangkap Bendahara negeri, ayo katakan!!!" Baginda nampak murka "Ampun Tuanku, sebenarnya sama saja. Orde baru dan Orde reformasi adalah dua sisi yang bersebelahan pada selembar mata uang, gambar serta coraknya saja yang berbeda tapi nilainya sama" Tentu saja bukan jawaban seperti itu yang ditunggu Baginda Raja. "Itu bukan urusan kita Nawas. Beta tanya sekali lagi, jika kamu masih enggan menjawab maka beta akan menyuruh ketua pengawal itu memukulmu, ayo katakan!!!" Sudah merah mata Baginda. "Ampun Tuanku,, tidak usah dipikirkan yang mana lebih dulu ayam atau telur. Bukankah nyata bahwa ayam lebih bijaksana dari telur, buktinya telur tidak mengenal ayam tapi ayam mengenal telur malah ayam juga mengenal atlit sea games!!" Baginda sudah sangat murka, beneran. Bukan seperti murkanya seorang politikus yang katanya marah sama koruptor padahal dia sendiri ketua gerombolan koruptor. "Ketua pengawal,.. pukul Abunawas sebanyak 20 kali." Printah Baginda. "Ampun tuanku, hamba menjalankan perintah." Tapi Baginda tidak mendengar hatur sembah ketua pengawal karena Baginda telah lebih dulu beredar meninggalkan ruang sidang pemerintahan istana. Tiada hadirin yang tahu bahwa Baginda lagi kebelet. Ketua pengawal mendekati Abunawas sambil tersenyum sebelah bibir. Katanya "Naaslah kamu Abunawas, hari ini aku lagi kesal karena Baginda menolak usulku. Aku mengusulkan agar komisi keamanan DPR yang kupimpin melakukan kunker di Nusantara sehubungan Sea Games." Sempat juga ketua pengawal itu curhat. "Buat apa juga, sistem kamanan kita tak kurang baiknya dibading sistem mereka. Dan lagi selama kita meniru selama itu pula kita menjadi pengikut, yang namanya pengikut tempatnya dibelakang tidak pernah didepan" Nasehat Abunawas. "Siapa bilang mau belajar sistem keamanan, Kami ingin mengkaji bagaimana bisa terjadi kemunafikan massal dinegeri itu supaya kita tahu cara mencegahnya terjadi dinegeri kita. Mayoritas penduduk negeri itu mengaku beragama tapi mereka suka mengarang berbagai alasan untuk melegalkan seks bebas, kemarin mereka berhasil melegalkan seks bebas dilokalisasi, sekarang mereka melegalkan seks bebas di pesta olahraga, besok di pementasan seni dan budaya, lusa di setiap perayaan dan arisan, tulat di setiap persidangan pejabat dan wakil rakyat, stelah itu babas total. Sangat terang mereka mengaku beragama sekedar kemunafikan belaka." Kata ketua pengawal. "Ah lancang sekali kamu mengatakan mereka munaf,.... hugg!!!" Belum habis Abunawas bicara, pukulan pertama ketua pengawal mendarat diperutnya. Abunawas tak berani menangkis pukulan berikut yang bertubi tubi karena itu perintah Raja. Seluruh tubuh dan wajah Abunawas terasa sakit setelah mendapat 20 pukulan keras, tapi ia masih bisa berdiri tegak. Baginda Raja baru saja masuk kembali ke ruang sidang melihat ketua pengawal sudah berhenti memukul Abunawas. "Lho kenapa berhenti ?" Tanyanya pada ketua pengawal. "Ampun tuanku, sudah cukup 20 kali hamba memukulnya." Jawab ketua pengawal. "Waduh Beta tidak sempat menyaksikan kesiksaan Abunawas padahal itu sangat langka, Pengawal!! tambah lagi lima pukulan." Titah Baginda. "Ampun tuanku, hamba menjunjung perintah." Ketua pengawal lalu memukul lagi Abunawas sebanyak lima kali. "Hahaha ahirnya Beta dapat melihat kesiksaan Abunawas, dalam beberapa hikayat selalu saja Beta yang dipecundangi olehnya. Hari ini kemenanganku Nawas!!" Baginda tersenyum bangga setelah menyaksikan Abunawas dipukul "Tuanku salah,.. sebenarnya kesiksaan atau kehancuran pihak musuh bukanlah kemenangan yang nyata akan tetapi kemenangan sejati adalah apabila pihak musuh mengakui kebenaran kita." Jawab Abunawas dalam kesakitan. "Ah sudahlah Nawas.. Sementara kami menyidik perkara ini kamu boleh pulang tapi dilarang meninggalkan negeri walau apapun alasan. Tidak usahlah berpura sakit hilang ingatan, atau sakit jantung, atau sakit payudara, atau kanker rahim.Semua alasanmu takkan diterima." Abunawas berjalan sempoyongan meninggalkan istana. Sebelum sampai di pintu gerbang ia singgah memungut sebatang kayu. "Hai Nawas,, waah urusan di istana sudah selesai ya?" Penjaga pintu gerbang istana menyapa dengan riang. Dijawab oleh Abunawas dengan BUKK, BAKK, THUBB,,,. sebanyak 25 kali pukulan keras menggunakan kayu yang dipungutnya. "Haduuuuh,... sakiiit. Kau gila Nawas, ,Kau akan kuadukan pada Baginda Raja." Penjaga pintu gerbang mengerang kesakitan. Abunawas tidak berkata apa apa, cuek saja berjalan sempoyongan meninggalkan penjaga. Sementara penjaga yang ditinggalkan bergegas juga menuju istana, ia buakn bejalan sempoyongan tapi merangkak. Tahap kemurkaan Paduka Baginda Raja meningkat drastis setelah mendengar aduan penjaga pintu. Heran sekali kenapa Abunawas hari ini menjadi ganas dan brutal., "Pengawal,.. segera jemput Abunawas kemari." Titah baginda pada pengawal. "Mamanda Menteri, sebaiknya kita blokir saja siaran berita dari Negeri Nusantara karena siaran berita mereka terlalu banyak memaparkan kebrutalan rakyat, mungkin itulah yang ditiru Abunawas." Titah Baginda pada menteri komunikasi negeri "Ampun Tuanku, hamba setuju tapi bagai mana dengan sinetronnya, bukankah Baginda Permaisuri sangat gemar menontonnya?" Menteri kembali bertanya pada Baginda. "Kalau sinetronnya,.." Raja berpikir sejenak lalu melanjutkan. "Tidak usah blokir, kalau dalam sinetron Negeri Nusantara kelihatan sepeti surga malah para pemainnya juga seperti bukan orang dari Negeri itu." "Ampun tuank, hamba akan menjalankan Titah." Sahut menteri komunikasi. Semua yang hadir menunggu kedatanga Abunawas yang dipanggil kembali ke istana. Mereka semua hanyut dalam kebingungan. Walaupun menteri dan DPR negeri itu terdiri dari pemikir ulung, tidak pernah mangkir, selalu fokus, tidak tidur atau nonton bokep semasa sidang, mereka sama sekali tidak pernah dapat menyelesaikan maslah yang dibawa Abunawas melainkan Abunawas sendiri yang menyelesaikannya. "Nah Nawas,,, Dalam sehari kamu melakukan dua aksi brutal, sekarang kamu pilih. Mau memberi penjelasan atau Beta sendiri yang mnyelidikinya tapi kamu akan beta hadiahkan lagi pukulan." Tanya Baginda Raja. "Ampun Tuanku, saya tidak lagi memerlukan hadiah itu, saya akan menjelaskannya." Jawab Abunawas. "Baiklah, jelaskan saja."Titah Baginda. "Ampun Tuanku, soal pejaga pitu gerbang begini ceritanya.,,,, selesai mendemo rumah Tuan Al Najaruddin, pengawal memberitahu bahwa Baginda Raja memamnggil saya menhadap, sayapun bergegas menuju istana tapi penjaga pintu gerbang tidak mau membuka pintu untuk saya. Katanya saya sudah sering masuk keistana diberi hadiah oleh Baginda, dia hanya akan membuka pintu jika saya berjanji membagikan separuh hadiah dari istana yang diberikan padaku kali ini, saya setuju malah berjanji akan memberikan semuanya. Itulah sebabnya saya memukulnya sebanyak 25 kali sama seperti pukulan yang saya terima." Abunawas menjelaskan hal penjaga pintu. "Apa benar begitu wahai penjaga pintu gerbang?" Tanya Baginda murka. "A,a,ampun Tttuanku, beb,.benar tuanku" Tiba tiba penjaga pintu jadi gagap. "Beta pikir Beta sudah menang tapi ternyata kamu memperalat beta Nawas, tapi tidak apa, sekarang Beta sudah tau bahwa penjaga pintu gerbang istana seorang penjagal,. hahaha rasakan kau!! lalu bagai mana dengan rumah Al Najamuddin Nawas?" Baginda meminta penjelasan lanjut. "Ampun Tuanku, itu simpel saja, tadi malam saya bermimpi bahwa Baginda memerintahkan saya dan murid - murid saya merobohkan rumah Tuan Hakim." Jawab Abunawas. "Kalau begitu sudah nyata kamu bersalah Nawas. Kamu akan dihukum" Kata Baginda. "Ampun Tuanku, tapi itu adalah perintah Tuanku sendiri dalam mimpi saya" Abunawas membela diri. "Hey mana ada UU yang membenarkan seseorang melakukan kejahatan hanya karena sebuah mimpi? Dinegeri paling bobrok pun tak mungkin ada UU seprti itu" Kata Baginda lagi. "Ampun Tuanku, tapi UU Tuan Hakim Al Najamuddin begitu Tuanku." Jawab Abunawas yang membuat dahi Baginda berkerut. "Hakim Al Najamuddin !! apa benar kata Abunawas ?" Tanya Baginda pada Hakim yang merangkap Bendahara negeri. "Tahukah kamu Abunawas, bahwa hukuman bagi orang yang mefitnah sangat berat apa lagi memfitnah pejabat negeri? Lebih baik kalu kamu langsung mengaku saja kesalahanmu tanpa memfitnah, hukumannya lebih ringan!!" Berkata Hakim Al Najamuddin sama sekali tidak kelihatan bersalah. Itulah bahayanya jika koruptor mengerti UU. "Ampun Tuanku, mohon diperkenankan saya memanggil paman penjual pisgor dan pemuda yang menumpang dirumahnya sebagai saksi." Pinta Abunawas pada Baginda. "Sebenarnya Beta tidak yakin kalau ada orang yang bisa menyaksikan mimpi orang lain, tapi perkenankan demi keadilan. Biar pengawal saja yang pergi memanggilnya." Baginda lalu memerintahkan pengawal pergi memanggil paman penjual pisgor. Tidak lama dia telah datang menghadap karena rumahnya tidak jauh dari istana, lagipun Abunawas menyuruhnya bersedia sejak pagi tadi. Setelah paman penjual pisgor mengahturkan sembah, Baginda bertanya pada Abunawas. "Apakah ini helahmu lagi Nawas?, kalau Beta menanyakan apakah dia menyaksikan mimpimu padanya tentu dia dan semua hadirin akan mentertawakan beta." "Tuanku adalah seorang Raja yang arif dan bijaksana, silahkan tanya apa yang Baginda pikir patut ditanyakan." Pujian Abunawas membuat Baginda jadi geer lagi pede. "Siapakah pemuda yang bersamamu dan apa yang telah terjadi paman?" Tanya Baginda. Lalu paman penjual pisgor menjelaskan. "Ampun Tuanku, pemuda ini adalah seorang saudagar yang kaya raya dari negeri Persia. Dia berhijrah kemari untuk mengembangkan perniagaannya dan telah membeli rumah mewah diatas bukit. Tapi gara - gara mimpinya, Tuan Hakim telah merampas rumah serta semua hartanya tanpa ada yang tersisa. Dia sekarang tak punya apa - apa. Karena kasihan melihatnya, hamba membawanya bertemu dengan Tuan Guru Abunawas." Paman penjual pisgor menjelaskan, membuaat Baginda jadi penasaran. "Coba ceritakan apa gerangan mimpimu wahai pemuda Persia, mengapa sampai Hakim negeriku merampas hartamu karenanya?" Baginda bertanya pada pemuda Persia. "Ampun Tuanku, kemarin haba bermimpi aneh, yakni mimpi menikah dengan anak Tuan Hakim dan menyerahkan seluruh harta hamba pada Tuan Hakim sebagai maharnya. Keesokan harinya hamba menceritakan tentang mimpi itu pada teman hamba, ternyata kebetulan Tuan Hakim juga ada disitu dan terdengar cerita hamba. Atas sebab mimpi itu Tuan Hakim merampas seluruh harta hamba, hamba jadi fakir miskin karenanya, sudah coba mencari pekerjaan tapi tiada yang mau mempekerjakan hamba, karena pasport hamba bukan pasport pekerja. Terpaksalah mengemis, semua orang heran melihat ada pengemis tapi tiada yang mau memberi makan atau sedekah kerena mereka malah tertawa mengira hamba bercanda, katanya tidak pernah ada pengemis di negeri ini, negeri yang tidak punya koruptor tidak mungkin punya pengemis kata mereka. Sampai hamba pingsan karena kelaparan di depan rumah paman ini barulah di percaya kalau hamba memang sedang mengemis. Setelah diberi makan, hamba menceritakan masalahnya pada paman ini lalu kami sama sama pergi minta tolong pada Tuan Guru Abunawas." Pemuda Persia menceritakan nasib malangnya. "Aku faham masalhanya sekarang,... hmmm Hakim Najaruddin!!!.. Apa katamu sekarang, hah??" Sergah Baginda. "Eee. Ampun beribu ribu apuuuun Tuanku, hamba yang bersalah Tuanku, mohon diampunkan Tuanku." Hakim memohon belas kasihan dengan muka bernilai 1sen. "Ampun diterima tapi hukuman tetap dijalankan" Tanggap Baginda. Seluruh harta penjaga pintu gerbang dan Hakim Najaruddin beserta keluarga terdekat mereka dirampas, kewarganegaraan mereka serta seluruh anggota keluarga yang menerima nafkah hasil korupsi dicabut bahkan semua pohon-pohon yang mereka tanam juga dicabut, dimusnahkan. Hewan peliharaan mereka seperti kambing, kucing, ayam, unta, keledai serta kuda ditangkap semua lalu disedekahkan keluar negeri. Raja tidak mau ada cikal bakal koruptor di negerinya, semua yang berkaitan denga koruptor disingkirkan. Atas dasar kemanusiaan merek diijinkan tinggal dinegeri bekerja bersama sama dengan budak belian dari luar negeri, mereka juga diwajibkan memakai tag seperti budak budak itu. Di tag itu tertera tulisan "Tenaga Kerja Impor (TKI)". Mereka merasa sangat menderita lalumelarikan diri ke Nusantara, disitu mereka menbina karir baru. Al Najaruddin sukses dalam karirnya sebagai bendahar sebuah gerombolan koruptor. Penjaga pintu juga cukup berhasil menjadi penjaga rutan, memperolah banyak pendapatan dari mebuka pintu tahanan bagi terdakwa yang ingin keluar plesiran.

NB:

  • Dimodifikasi dari cerita yang beredar dari mulut ke mulut tentang Abunawas sang penggeli hati.
  • Tulisan ini tidak dilindungi oleh UU hak cipta dan UU Tuan Hakim Al Najaruddin.
  • Tidak dilarang menjual, menggadai, menyadur, menyalin, mengubah sebahagian atau sluruh isi tulusan ini. Tapi dimohon jangan melakukan korupsi.
  • Semua nama dalam tulisan ini adalah imajinasi saja, janganlah terlalu diambil hati. Lebih baik introspeksi diri jika ada persamaan karakter dengan watak jahat!!!!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Dongeng Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun