Detikcom (26/6) memberitakan Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) dan Edi Baskoro Yudhoyono (Ibas) bersama istri mereka masing-masing hadir dalam open house yang digelar oleh Presiden Joko Widodo di Istana Negara dalam rangka perayaan hari Idul Fitri 1 Syawal 1438 Hijriah.Â
Dalam konteks Idul Fitri kehadiran AHY dan saudaranya Ibas itu bentuk silahturahmi biasa. Tapi dalam konteks politik pasti ada pesan politis. Apalagi menjelang Pilpres 2019.Â
Harus diketahui bahwa nama seorang AHY - Putra Mahkota Cikeas ini santer diberitakan akan maju dalam perhelatan akbar Pilpres 2019. Atau apakah kehadiran AHY ada embel embel khusus maksud saya ada tawar menawar khusus dalam silahturahmi itu?
Kehadiran AHY dan keluarganya dengan balutan busana berwarna biru yang identik dengan warna Partai Demokrat jelas menggambarkan mereka adalah bagian dari keluarga besar Partai Demokrat yang ketua umumnya adalah ayah dari AHY sendiri. Kalau mereka tak mau ada interpretasi bernada politis mungkin ada baiknya mereka mengenakan busana warna lain atau nuansa lainnnya. Misal, warna putih atau busana muslim umumnya.
Dengan kehadiran putra mahkota dan beberapa orang penting dari Pak SBY ini ada pesan politik yang bisa kita tangkap.
Pertama, wujud AHY adalah perwujudan dari SBY sendiri. Kehadiran AHY adalah kehadiran Pak Beye sendiri. Bisa dijelaskan setidaknya Pak SBY sendiri dalam konteks ini ingin membangun komunikasi yang baik dengan orang nomor satu Indonesia saat ini.Â
Komunikasi yang baik ini tujuan tak lain agar langkah AHY tidak "dijegal" atau minimal pamor Demokrat kinclong menjelang Pemilu serentak 2019. Kok mengapa argumentasi ini dipakai?
Begini saja, masih ingat "perang urat saraf antara Pak SBY dan Pak Jokowi" ketika Pak SBY melakukan safari politik ke Jawa, Pak Jokowi malah ke Hambalang? Ingat proyek Hambalang dananya itu 1,2 T. Dari laporan audit BPK dari tahun 2012-2013 Â kerugian negara mencapai Rp. 706 M. Memang angkanya tidak fantastis seperti kasus korupsi e-ktp. Jika kasus ini kembali di-blow up oleh media justru akan mempengaruhi langkah AHY kian berat setelah kegagalannya di Pilgub DKI 2017 lalu.
Kedua, AHY itu karirnya masih panjang. Keputusannya keluar dari TNI dengan isak tangis karena hanya menuruti kehendak ayahnya. Dan boleh  saya bilang sampai hari ini karir AHY akan tetap menjadi tanggung jawab Pak SBY.Â
Pak SBY sadar dan tahu betul sifat dasar seorang Jokowi yang "baik". Dengan sisa masa jabatan dua tahun ini Pak SBY bisa saja melakukan manuver-manuver politik demi kebaikan pewaris tahta kerajaannya. Itu tak bisa disanggah. Dan semua milik SBY melekat erat dalam diri AHY. Karena inilah Pak SBY akan meningkatkan intensitas komunikasi. Hanya dengan melalui komunikasi yang baik baru bisa membujuk atau melunakkan hati Pak Jokowi.Â
Jika berhasil dalam melakukan komunikasi politik bisa saja AHY akan dipakai sebagai alat negara dalam dua tahu sisa masa jabatan Pak Jokowi ke depan. Namanya politik bisa saja terjadi.Â