Maksud saya begini kenapa rakyat kecil selalu dilibatkan dalam setiap penggalangan massa untuk melakukan protes-protes politik kenapa bukan orang-orang terdidik yang melek politik mestinya berada di front line  (garis depan)? Ini sangat miris mereka hanya diperalat kemudian dijadikan pasukan hore-hore. Apa yang mereka lakukan mereka tak paham. Bayangkan saja jika terjadi huru-hara mereka juga yang akan menjadi korban.
Sebagai masyarakat awam saya cukup mengikuti perkembangan politik di tanah air. Kadang-kadang geli melihat ulah segelintir oknum politisi yang selalu membangun narasi curang atau kecurangan. Sampai-sampai tidak mau mempercayai lembaga independen yang menyelenggarakan Pemilu, sebut saja KPU. Padahal pemilihan anggota komisioner KPU melalui seleksi ketat dan mendapatkan persetujuan dari DPR lalu hari ini menolak netralitas KPU. Aneh bin ajaib kan?
Padahal konstitusi kita membuka ruang jika ada indikasi kecurangan silahkan laporkan ke Bawaslu jika ada sengketa terkait hasil Pilpres silahkan ditempuh melalui jalur hukum misalnya melalui Mahkamah Konstitusi  (MK). Semua hal terkait permasalahan hukum ada ruang hukum yang mengatur segalanya bukan teriak People Power.Â
Mereka yang meneriakkan People Power mereka pula yang memperalat rakyat kecil. Pada tahap ini patut kita curigai sikap nasionalisme mereka. Karena apa yang mereka gelorakan sangat berbahaya bagi bangsa ini. Mereka Seolah-olah buta dan tuli bahkan mati rasa tentang dampak dari setiap pernyataan mereka. Padahal kelompok mereka mengaku diri sebagai seorang patriot di atas patriot  (patriot kuadrat) namun nihil sikap legowo dan kerap protes sana-sini.Â
Mestinya setiap pemimpin di negeri ini mampu menghargai setiap anak bangsa apapun status sosialnya termasuk rakyat kecil yang kerap dijadikan komoditas politik. Otak di balik gerakan massa ini hanya berpikir pragmatis hanya ingin memuaskan syahwat politiknya semata. Mereka tidak mengetahui betapa  sulitnya kehidupan rakyat kecil itu sendiri. Makan minum susah minta ampun.
Mestinya sang sutradara sudah harus memberi solusi jangan terus memancing di air keruh. Jangan seperti tong kosong : teriak curang - curang kenapa tidak siapkan bukti pasca pengumuman hasil pleno KPU (22 Mei 2019) segera ke MK. Ini yang kita tunggu jiwa besar dari para pemimpin di negeri ini.
Jangan terus buat gaduh dengan berbagai opini yang menyesatkan bekin rakyat bingung yang eksesnya bisa menimbulkan konflik horizontal yang akan berujung pada disintegrasi bangsa. Apa Anda mau?
Salam DamaiÂ
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H