Ini cerita dari Kota Waingapu-loh. Salah satu kota yang ramah dan toleran. Waingapu itu ibu kota dari Kabupaten Sumba Timur, salah satu kabupaten di Provinsi Nusa Tenggara Timur. Kabupaten Sumba Timur berada di Pulau Sumba bukan di Sumbawa  (NTB). Harap, kalian jangan salah sebut ya!
Namun begitu, masyarakat asli kota Waingapu sudah terbiasa dengan keberagaman ini. Dengan keberagaman suku yang ada sudah jelas akan menghadirkan "keunikan" masing-masing dari masyarakatnya.
Sebenarnya orang Sumba itu sudah diwarisi budaya saling menghormati dan kekeluargaan yang kental. Itu bisa di lihat dari proses adat istiadat dan praktik kehidupan seperti penyelesaian masalah dengan pendekatan kekeluargaan. Soal ini baca deh buku-buku dari penulis lokal yang "so globaly" seperti  bukunya Umbu Haramburu Kapita.
Panorama alam nan indah ini selain dinikmati oleh masyarakat setempat bisa juga dikelola sehingga mampu menghasilkan pundi-pundi uang untuk pendapatan asli daerah. Ini baru soal "keajaiban" alam dan masih banyak lagi hal-hal yang ikonik seperti kubur batu dengan prosesi pengebumian orang dengan kepercayaan marapu.
Soal tenun ikat maupun songket jelas ini bukan isapan jempol dan kami tidak mau sombong saja, soal kain Sumba sudah amat terkenal bahkan sudah menjadi busana andalan untuk para pejabat dan artis di tanah air.
Ada yang menampilkan busana etnis, tarian asli daerah, dll. Tidak ada batasan soal ekspresi kebangsaan ini. Yang diminta tertib dan saling menghargai terutama lagi soal nasionalisme.