Dear Temans
Saya melihat postingan beberapa teman di facebook malam ini tentang Aksi Solidaritas untuk Ahok, Save NKRI, Save Pancasila, dan Save UUD 1945 sedaratan Sumba yang berpusat di Kota Waingapu - Sumba Timur, NTT tentu memunculkan pertanyaan sekaligus harapan.Â
Pertama, bisakah spirit Ahok hadir dalam sosok-sosok calon gubernur pada perhelatan Pilgub NTT 2018 nanti?
Kedua, dengan adanya semangat Ahokers di NTT artinya pemilih NTT makin rasional dalam memilih calon pemimpin yang berkualitas dan tidak lagi dikungkungi oleh semangat primordialisme : suku, agama, etnis dan strata sosial.
Untuk menjawab poin pertama tentu ini menjadi tugas partai politik untuk menghadirkan sosok pemimpin NTT ala Ahok. Orang parpol sudah tahu bagaimana fenomena dan dinamika yang sedang terjadi di masyarakat saat ini.Â
Berkaitan dengan poin kedua, ini tergantung lagi sikap pemilih. Apakah pemilih NTT sudah cerdas karena sudah belajar dari kasus Pilgub DKI lalu atau masyarakat masih terikat dengan pola-pola politisasi masa lalu yang cenderung mempermainkan isu primordial sebagai senjata untuk meraup suara pemilih demi kemenangan jagoannya?
Jika ini (isu primordial) yang terjadi pada Pilgub NTT nanti, fenomena solidaritas Ahok se - NTT tak berarti apa-apa. Mungkin kita hanya terlibat karena dorongan emosional semata atau karena adanya kesamaan tertentu. Bukan karena semangat nasionalisme, kebhinnekaan, dan pluralitas.
Jika yang terjadi seperti ini artinya kita hanya mencintai Ahok secara fisik bukan pada sepak terjang kepemimpinan beliau, pada pemikiran beliau, semangat melayani, kejujuran, keberanian melawan ketidakadilan yang kerap dilakukan oleh Ahok selama ini.Â
Itulah spirit Ahok yang saya maksudkan yang harus kita cari dalam diri seorang calon pemimpin NTT tahun depan.
Tujuan tak lain, biar NTT bisa lompat jauh kedepan.
(Salam Damai)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H