Mohon tunggu...
Wijaya
Wijaya Mohon Tunggu... lainnya -

Setengah pengangguran, suka jalan-jalan kalau ada uang dan orang tua tunggal

Selanjutnya

Tutup

Bahasa Pilihan

Kemanakah Perginya Bahasa Indonesia?

5 Oktober 2014   19:03 Diperbarui: 17 Juni 2015   22:17 11
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
1412490982731319820

[caption id="attachment_346100" align="aligncenter" width="269" caption="Air Asia Indonesia"][/caption]

Beberapa minggu lalu saya mengunjungi Sabah-Malaysia dengan menumpang pesawat Air Asia Indonesia dari Denpasar-Bali. Seperti biasa petugas kabin mengucapkan selamat datang kepada para penumpang maskapai dan begitupula saat pesawat yang ditumpangi sudah mendarat di daerah tujuan. Tentu saja bukan hal yang perlu dipermasalahkan karena memang begitulah aturan baku penerbangan.

Yang membuat saya sedikit heran dan mungkin agak terusik rasa nasionalisme saya adalah saat awak pesawat lebih memilih menggunakan Bahasa Inggris terlebih dulu baru kemudian menggunakan Bahasa Indonesia yang secara politik seperti mengatakan bahwa Bahasa Indonesia bukanlah bahasa utama yang dipergunakan di Negara Indonesia.

Awalnya saya mencoba untuk berdamai dengan diri saya dan menganggap mungkin karena Maskapai Air Asia kantor pusatnya berada di Malaysia walau saya juga membantah kembali bahwa perusahaan yang saya pakai adalah perusahaan Indonesia apalagi ada embel-embel Air Asia Indonesia.

Bandingkan dengan Air Asia Thailand yang juga sangat nasionalis dalam penggunaan bahasa Thailand untuk setiap pengumuman dan baru kemudian mengulangi kembali dengan Bahasa Inggris atau maskapai penerbangan lain yang memakai bahasa nasional mereka terlebih dahulu sebelum menggunakan bahasa asing lainnya. Dalam beberapa kasus bahkan penggunaan dua bahasa asing selain bahasa asal maskapai juga lumayan lumrah terutama untuk pemberitahuan tata cara penerbangan dan fitur keselamatan (Thai Airways dan Singapore Airlines juga menggunakan moda ini jika bertolak dari Frankfurt Jerman)

Saya sempat meng-tweet permasalahan ini ke akun resmi AirAsia Indonesia tetapi tanpa jawaban.

Saya bukanlah nasionalis yang suka membabi buta tetapi contoh diatas sangatlah memprihatinkan dimana sudah saatnya suatu korporasi, perusahaan atau apapun yang berkaitan dengan bidang jasa untuk lebih memahami kadar kepekaan rasa nasionalisme ini. Tentu saja berbahasa adalah salah satu alat komunikasi sehari-hari dan semestinya tidak kaku entah itu menyampurkan bahasa asing ataupun daerah dalam berbahasa sah-sah saja saat berkomunikasi tidak resmi tetapi akan sangat salah jika sudah membawa embel-embel resmi.

Selamat berbahasa Indonesia di bulan Oktober, Bulan Bahasa Indonesia

*Airasia Indonesia logo adalah merek dagang dari AirAsia, penulis tidak mempunyai hak eksklusif atas merek

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Bahasa Selengkapnya
Lihat Bahasa Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun