Mohon tunggu...
Wijaya
Wijaya Mohon Tunggu... lainnya -

Setengah pengangguran, suka jalan-jalan kalau ada uang dan orang tua tunggal

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Mengapa Masih Memakai Jasa Lion Air?

19 Februari 2015   22:19 Diperbarui: 17 Juni 2015   10:52 478
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tertundanya jadwal keberangkatan Maskapai Lior Air di hampir semua waktu penerbangan di sejumlah Bandara di Indonesia sangatlah mengkhawatirkan. Belum lagi tata cara penanganan penumpang yang tidak terkoordinasi dengan baik tentu saja membuat saya bertanya-tanya akan kemampuan kehumasan salah satu maskapai milik Indonesia ini.

Saya sendiri sempat memakai beberapa kali penerbangan berlambang singa ini, kalau tidak salah saya memakainya saat balik dari Batam via Jakarta menuju Denpasar. Keterlambatan dari jadwal penerbanganpun sempat saya alami walau tidak selama seperti tertundanya sekarang. Kesan saya biasa saja, tidak lebih bagus atau lebih buruk dari Air Asia (baik Malaysia, Indonesia ataupun Thailand) harganya juga tidak terpaut jauh apalagi jika perencanaan berpergian sudah dilakukan jauh hari sebelumnya maka hampir semua maskapai menawarkan program harga murah, atau juga saat musim sepi seringnya maskapai non budget kadang sama atau malah lebih murah harganya dengan harga tiket pesawat budget

Membaca banyaknya berita mengenai keterlambatan Lion Air apalagi dimana diberikan kolom komentar untuk para pembacanya, maka dipastikan akan selalu ada komentar yang sepertinya cenderung menyalahkan si pengguna jasa tersebut. Bahkan ada juga yang sangat jumawa menuliskan si penumpang tersebut tidaklah pintar karena hanya mengandalkan harga murah.

Membeli tikat pesawat boleh dibilang susah-susah gampang. Bukan hanya berbekal harga murah, tetapi juga jam keberangkan dan hari keberangkatan sangatlah berpengaruh, entah itu harga atau fleksibilitas si calon penumpang.

Sebagai seorang pengangguran waktu saya tentulah banyak, apalagi saya mempunyai kesukaan membuat jadwal berpergian setiap 2 bulan sekali(60 hari) untuk keluar dari Indonesia dan juga sesekali melakukan perjalanan di dalam negeri jika saya merasa jenuh untuk bengong. Makanya saya selalu memeriksa harga tiket pesawat dimana ntuk domestik saya membandingkan harga  Garuda Airlines dengan Air Asia Indonesia (sayangnya ada beberapa daerah tujuan yang saya kehendaki, dimana tidak melayani penerbangan) atau AirAsia (international) dengan Singapore Airlines, Malaysia Airlines dan Thai Airlines karena beberapa destinasi ini saya pakai sebagai "hub" apalagi jika menuju Bangkok karena dari sanalah biasanya saya mulai melakukan perjalanan sebenarnya.

Ada beberapa kemungkinan kenapa Lion Air masih diminati, beberapa diantara mungkin karena maskapai lain tidak melayani rute yang di kehendaki, jam keberangkatan yang lebih sesuai dengan jadwal si penumpang dan kemungkinan lainnya adalah harga yang lebih rendah walaupun ini tetaplah tentative.

Permasalahan sebenarnya dari kasus Lion Air VS Penumpang bukanlah karena harga miring atau penumpang bodoh (meminjam dari istilah komentar pembaca) tetapi tidak ada atau kurangnya pengawasan operasional atas maskapai bersangkutan. Mandulnya perlindungan konsumen dan kurang tegasnya instansi terkait adalah beberapa dari hal yangmestinya mulai mendapatkan penanganan serius.

Jika berbicara mengenai keterlambatan saya sempat mengalami beberapa kali, Lufthansa dari Frankfurt ke Amsterdam yang mesti terlambat dan bahkan tidak terbang sama sekali karena badai salju dan penumpang di kompensasi dengan tiket kereta (yang nota bene lebih mahal), Qatar Airlines dan Juga Emirates sempat tidak jadi memberangkatkan saya karena adanya serangan Haboob (badai pasir) di Khartoum Sudan. Selebihnya hanyalah keterlambatan batas normal sekita 30-60 menit yang anehnya begitu mendarat di bandara tujuan tiba-tiba keterlambatan menjadi tidak signifikan.

Keterlambatan terbang atau bahkan pengalihan hingga tidak melakukan penerbangan sama sekali tentu saja bukan hal yang aneh, bisa terjadi kapan saja dimana saja dan ke airlines apa saja. Disinilah peran pemerintah dan instansi terkait entah itu Angkasa Pura sebagai operator bandara untuk mulai mengevaluasi si penyewa (maskapai) karena bagaimanapun penumpang adalah konsumen Angkasa Pura, Dinas Perhubungan yang mestinya mulai menerapkan standarisasi pelaporan serta evaluasi kelayakan suatu maskapai yang bukan hanya menampilkan sisi keamanan tetapi juga kenyamanan.

Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun