Mohon tunggu...
Bonaventura Kristiadjie
Bonaventura Kristiadjie Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Halo, salam kenal. Saya seorang mahasiswa yang sedang belajar untuk menulis artikel untuk umum.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno

Pengaruh Berat Ganggang Hijau (Hydrilla verticillata) dan Lama Waktu Kontak terhadap Kualitas Effluent Limbah Cair Tahu

21 Maret 2024   20:38 Diperbarui: 21 Maret 2024   20:40 61
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Alam dan Teknologi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Anthony

Tahu merupakan produk pangan olahan favorit dan terkenal bagi masyarakat Indonesia. Tahu memiliki kandungan gizi yang lebih rendah dari produk pangan hewani seperti daging dan ikan, namun tahu memiliki harga yang lebih terjangkau sehingga banyak diminati oleh masyarakat. 

Banyaknya minat atas produk tahu membuat banyak berdiri pabrik-pabrik penghasil tahu ini sendiri dimana sebagian besar didominasi oleh usaha skala kecil yang memiliki modal terbatas. Keberadaan industri tahu memunculkan masalah berupa limbah sisa produksi yang tidak jarang membahayakan lingkungan sekitar. 

Dalam pengolahan limbah terdapat beberapa langkah untuk mengurangi jumlah limbah yang dihasilkan dengan prinisip yang dikenal dengan Prinsip 6M. Langkah pertama yang paling disarankan dalam mengolah limbah yakni mencegah timbulnya limbah sehingga tidak dihasilkan limbah (zero waste). 

Beberapa caranya yakni dengan menerapkan produksi bersih (clean production) seperti substitusi bahan dan memodifikasi proses produksi. Langkah kedua dilakukan jika tindakan mencegah tidak dapat dilaksanakan, yakni meminimalisasi limbah. 

Kegiatan minimalisasi limbah juga dapat diterapkan dengan produksi bersih. Langkah ketiga jika meminimalisasi limbah sulit dilaksanakan adalah memanfaatkan limbah dengan cara penggunaan kembali (reuse). Limbah yang ada dapat digunakan kembali tanpa adanya proses tambahan baik secara fisik, kimia, maupun biologi. 

Langkah selanjutnya jika tidak bisa menggunakan kembali limbah yang ada yakni dengan mendaur ulang komponen yang bermanfaat lewat proses fisik, kimia, maupun biologi. Langkah kelima yaitu memperoleh kembali komponen yang bermanfaat lewat proses fisik kimia, maupun biologi, contohnya yaitu menggunakan limbah sekam padi sebagai substitusi bahan bakar. Langkah yang terakhir yaitu dengan mengolah limbah secara aman dengan memperhatikan persyaratan lingkungan dan keselamatan manusia, contohnya yaitu pembakaran (insinerasi) dan penimbunan (landfiling).

secara umum pengolahan limbah dapat dibagi kedalam 3 kelompok, yakni pengolahan primer, sekunder, dan tersier. Pengolahan primer dilakukan secara fisik dalam rupa penyaringan kasar dan pengendapan dengan tujuan untuk menghilangkan benda berukuran relatif besar dan menyisihkan pasir yang tidak larut dalam limbah. Polutan limbah cair masih banyak dalam bentuk terlarut dalam limbah cair sehingga perlu dilakukan pengolahan kembali. Pengolahan sekunder dilakukan dengan memanfaatkan proses biologis. 

Proses biologis yang dimaksud adalah adanya aktivitas mikroba untuk mengkonsumsi polutan organik dan mengubahnya menjadi karbondioksida, air dan energi untuk pertumbuhan dan reproduksinya. Dalam perkembangannya, kini proses biologi tidak hanya dilakukan oleh mikroorganisme seperti bakteri dan protozoa saja, melainkan juga dapat dilakukan oleh alga maupun tanaman. 

Terakhir adalah pengolahan limbah tersier atau dikenal sebagai pengolahan limbah dengan menggunakan bahan kimia contohnya yakni dengan koagulasi (pengendapan) dan flokulasi.

Limbah yang dihasilkan oleh industri tahu umumnya yaitu limbah padat berupa ampas tahu dan limbah cair dari beberapa proses produksi yang dilakukan. limbah cair mengandung bahan organik, anorganik, dan bahan lainnya, dimana bahan-bahan tersebut dapat mengakibatkan pencemaran pada air lingkungan sekitar namun dapat didegradasi oleh mikroorganisme. 

Pembuangan limbah cair yang tidak diolah terlebih dahulu dapat menimbulkan masalah pada lingkungan perairan disekitar pabrik salah satunya yakni meningkatnya kadar BOD dan COD pada perairan tersebut. Adapun batas kadar Biochemical Oxygen Demand (BOD), Chemical Oxygen Demand (COD), dan Total Suspended Solid (TSS) telah ditentukan lewat Peraturan Menteri Lingkungan Hidup Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 2014 Tentang Baku Mutu Air Limbah. Dari berbagai metode yang ada, metode fitoremediasi merupakan solusi dimana metode ini terbilang mudah, murah dan bersifat aplikatif. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun