Mohon tunggu...
Bonaventura Agung Sigit
Bonaventura Agung Sigit Mohon Tunggu... Freelancer - Citizen Journalist

Hanya seseorang yang tertarik menulis berita lempang di sini

Selanjutnya

Tutup

Seni Pilihan

Dave Tjoa: Batik Bukan Sekadar Kain, tetapi Warisan Budaya yang Sarat Makna

31 Oktober 2024   01:00 Diperbarui: 31 Oktober 2024   01:17 35
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Yogyakarta - Indonesian International Student Mobility Awards Alumni Club (IISMA AC) dan Yogya Book Party (YBP) bekerja sama menggelar acara bertajuk "Batik & Beyond: Jogja Cultural Homecoming" pada Sabtu (26/10) di Pendopo Ndalem Pakuningratan, Yogyakarta. Kegiatan ini dihadiri oleh lebih dari 30 peserta dan dipandu oleh Davy Jermia Tjahjamulia, atau yang akrab disapa Dave Tjoa, seorang seniman dan edukator batik. 

“Di sini kita sedang mengadakan Batik & Beyond, menyelenggarakan pengenalan mengenai batik, termasuk memahami dan membedakan apakah batik yang ada itu asli atau bukan” ujar Dave Tjoa. Berdasarkan wawancara dengan beliau, ia menjelaskan bahwa tujuan utama acara ini adalah untuk memberikan edukasi kepada masyarakat tentang batik sebagai karya budaya yang sarat dengan filosofi, makna, dan doa yang terkandung di dalamnya. Dave menegaskan bahwa acara ini tidak hanya memposisikan batik sebagai fashion atau pakaian, tetapi sebagai warisan leluhur yang bernilai budaya tinggi.

ilustrasi generasi muda mengenakan batik (dok. Panitia Batik & Beyond)
ilustrasi generasi muda mengenakan batik (dok. Panitia Batik & Beyond)

Menurut Dave, acara ini juga bertujuan membantu generasi muda, khususnya generasi Z dan milenial, untuk mengenal batik lebih mendalam. “Harapan saya, dengan acara seperti ini, generasi muda akan lebih memahami dan mengenal batik. Satu tujuan utamanya adalah agar mereka tidak mudah tertipu dengan batik yang sebenarnya bukan batik asli. Saya juga berharap agar generasi muda ini terus memakai batik atau kain wastra Indonesia lainnya, karena keberlangsungan para pengrajin dan industri UKM batik di Indonesia bergantung pada mereka. Mereka lah yang menjadi tonggak masa depan bangsa ini,” tambahnya.

Dave juga membagikan pesan khusus kepada generasi muda mengenai langkah-langkah untuk lebih mengenal batik. “Bagi anak muda, bisa dimulai dari sekarang untuk mengenal batik, mempelajari apa itu batik dan apa yang membuatnya unik. Setelah mengenal, mereka bisa membeli batik dengan harga yang terjangkau seperti batik cap, yang harganya mulai dari 90 hingga 100 ribu per lembar. Dari situ, mereka bisa membuat busana atau kreasi lain. Setelah memulai dengan batik cap, bisa dilanjutkan dengan batik cap tulis, dan akhirnya ke batik tulis,” ujarnya. Ia menegaskan bahwa ketiga jenis batik ini, yaitu batik cap, batik cap tulis, dan batik tulis, merupakan batik yang diakui UNESCO sebagai warisan budaya dan berbeda dari tekstil bermotif batik yang banyak dijual di pasaran.

Potret Dave Tjoa mengajarkan cara membedakan batik asli dan printing (dok. Panitia Batik & Beyond)
Potret Dave Tjoa mengajarkan cara membedakan batik asli dan printing (dok. Panitia Batik & Beyond)

Selain edukasi mengenai nilai dan filosofi batik, Dave Tjoa juga mengajarkan cara membedakan batik tulis asli dari batik cetak/printing. Ia menyampaikan bahwa batik tulis memiliki keindahan pada ketidaksempurnaan garis yang tidak sepenuhnya lurus, titik yang tidak sejajar, dan bercak lilin kecil yang tampak di kedua sisi kain. “Jika satu sisi kain terlihat pudar atau kusam, kemungkinan besar itu adalah hasil cetak/printing. Juga, tanyakan langsung kepada penjual tentang proses dan asal-usul kain untuk memastikan keasliannya,” pesannya.

Melalui acara ini, Dave Tjoa berharap agar generasi muda semakin memahami bahwa batik bukan sekadar kain, melainkan sebuah bentuk karya seni penuh makna yang perlu dilestarikan dan dihargai. Dengan pemahaman yang lebih dalam, diharapkan masyarakat akan semakin menghargai proses pembuatan batik asli dan mendukung keberlanjutan warisan budaya Indonesia.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Seni Selengkapnya
Lihat Seni Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun