Mohon tunggu...
Bonavantura Sampurna
Bonavantura Sampurna Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Hobi menulis sastra dan karya ilmiah.

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan

"Transit Kurikulum" Bapak Menteri: Sebuah Penantian Akademik

26 Oktober 2024   16:30 Diperbarui: 26 Oktober 2024   17:23 46
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kurikulum pendidikan di Indonesia telah melewati sebuah perjalanan dengan liku-liku kehidupan yang penuh tantangan. Tercatat, bangsa ini sudah menelurkan sebelas (11) model kurikulum sejak 1947 (dua tahun pasca kemerdekaan). Dari kurikukum pertama, Rencana Pelajaran hingga kurikulum terakhir, Kurikulum merdeka, kita belajar bersama bagaimana peran Sentral para bapak menteri yang menahkodai pendidikan kita. 

Sebagai nahkoda, setiap menteri pendidikan mengarahkan laju pertumbuhan pendidikan di Indonesia dengan gaya konseptual yang kreatif. Selera para bapak menteri pendidikan dalam menciptakan kurikulum memang dinilai sangat kreatif dengan pertimbangan akademis yang tentu belum sepenuhnya kontekstual. Konsep selera merujuk kepada situasi pergantian kurikulum yang berlangsung dari satu menteri ke menteri yang lain. 

Kurikulum pendidikan memang perlu mendapat sentuhan perubahan sesuai dengan konteks zaman yang terus berubah dari waktu ke waktu. Akan tetapi, pergantian yang berlangsung terus menerus serentak menjadikan kurikulum sebagai sebuah kapal yang  transit dari satu dermaga ke dermaga berikut pasca pergantian nahkoda. Para penumpang dengan berbagai rupa mesti berhadapan dengan regulasi baru masing-masing nahkoda baru. Dalam situasi tertentu, kadang para penumpang (peserta didik dan tenaga pendidikan) mesti berganti haluan, singgah sebentar di dermaga transit untuk menyusun kembali rute perjalanan kurikulum yang baru dari sang bapak. 

Kini, kita masih menanti saat kapan kurikulum kita akan transit lagi. Sang nahkoda lama sudah turun dari kapal dengan sekian banyak catatan pinggir yang dijadikan PR bagi nahkoda baru yang sudah duduk di kursi nahkoda. Penantian akademis ini tentu menjadi penantian yang hangat dengan balutan keraguan, dilema dan juga kesiapan untuk perubahan yang pastinya akan ada. 

Pendidikan kita belum menjadi akar serabut yang menjalari sanubari orang-orang negeri ini. Pendidikan masih menanti banyak sentuhan perubahan dengan membentuk model pendidikan khas bangsa Indonesia yang Pancasilais dan berkebinekaan. Pendidikan yang Pancasilais dan yang berkebinekaan perlu ditanamkan menjadi karakter manusia Indonesia yang berproses sejak dini dalam diri generasi bangsa. 


Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun