Selamat pagi! Ini dia tulisan pertama saya di Kompasiana. Kebetulan sekali saya sedang mencari-cari blog yang paling cocok untuk saya. Melihat iklan kompasiana yang sangat eye-catchy di harian Kompas, saya langsung tertarik untuk mencoba. Sampai waktu lama saya belum berhasil memuat tulisan apa-apa. Namun buat saya, yang terpenting saya sudah berhasil "ngetek" (men-take) nama domain terlebih dahulu. Bukan begitu? Lantas, kenapa bonangbarung? Bonangbarung yang seharusnya ditulis bonang barung (secara terpisah), pada dasarnya adalah sebuah instrumen dalam gamelan Jawa. Saya ingat suatu hari ketika pelajaran seni musik SMP, kami diminta menyebutkan nama sebuah alat musik. Guru kami secara acak menanyakan kami bergantian, sebagai games pembuka saja. Teman-teman menyebutkan piano, gitar, drum, terompet. Saya yang memiliki kebiasaan buruk mudah bengong dan justru terlalu konsen menyimak jawaban teman-teman lain, tentunya tidak cepat-cepat berpikir untuk menyelamatkan diri sendiri. Ketika tiba giliran saya, dengan gagap saya menyebutkan, "gamelan!". Guru saya terdiam sejenak, lalu meminta saya lebih spesifik. Saya bingung dan kesal, saya sudah menjawab gamelan! Masa guru saya tidak tahu? Kemudian guru saya berkata dengan tenang, "Alat musik apa dalam set gamelan? Mungkin gong, atau kendang?". Seketika itu saya "oh", lebih pada malu kepada diri saya sendiri. Saya yang ketika itu masih SMP tidak tahu bahwa gamelan merupakan nama satu set alat musik, sebuah rangkaian. Bila sekarang saya mengingat lagi kejadian itu, saya merasa seperti halnya menjawab "band" di saat seharusnya menjawab "gitar" atau "drum". Sampai saatnya tamat sekolah menengah pertama, saya tidak pernah menyangka bahwa suatu saat saya akan bersentuhan langsung dengan alat musik gamelan. Bagaimana mungkin? Sekali-kalinya saya melihat set gamelan adalah ketika pernikahan tante saya yang diiringi alunan musik tersebut, ketika itu saya masih SD pula. Pada akhirnya, di bangku SMA saya mendapat kesempatan spektakuler mencoba alat musik itu dan langsung memilihnya sebagai kegiatan ekstrakurikuler! Ekskul gamelan, begitu kami menyebutnya. Biarpun orang-orang lain memilih ekskul yang lebih keren seperti modern dance atau baseball, tapi saya tetap bangga dengan pilihan saya. Seketika itu pula kecintaan saya pada musik tradisional Jawa tersebut tumbuh. Ketika latihan pertama kali, saya bingung melihat alat musik yang begitu banyak. Saya bahkan tak tahu namanya satu per satu. Pelatih saya juga tak memberi pengarahan awal, kami langsung saja diminta menuju alat masing-masing. Namun karena langsung "dicemplungkan" ke permainan itu kami jadi belajar dengan sendirinya. Bisa ditebak, saya memegang alat musik bonang barung, atau biasa disebut juga bonang pemimpin karena biasa dimainkan pada awal lagu sebagai pembuka. Pada kehidupan saya selanjutnya, bonangbarung tetap menjadi bagian yang tak terpisahkan. Ketika sudah lulus kuliah dan berkarier pun, saya masih suka datang ke sesi latihan untuk menemui pelatih saya, sekedar mendengarkan siswa-siswi berlatih, atau bahkan numpang main. Ketika hadir dalam sebuah acara pernikahan adat Jawa, saya selalu menyempatkan untuk berbelok sejenak ke arah gamelan untuk mendengarkan dan memberi senyum apresiasi kepada para penabuhnya. Pada akhirnya, ketika membuat profile di kompasiana ini, saya memilih nama bonangbarung karena ingin terus bersentuhan dengan alat musik gamelan kesayangan saya itu. Tapi tulisan-tulisan yang akan saya muat tak akan melulu berkutat seputar gamelan. Tentunya bermacam-macam. Tapi satu hal yang pasti, semuanya akan berada di seputar negeri kita, Indonesia tercinta ;) Selamat menikmati! Terima kasih sudah mampir di halaman bonangBarung@kompasiana.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H