Mohon tunggu...
Bona Ventura Ventura
Bona Ventura Ventura Mohon Tunggu... Guru - Kontributor buku antologi: Presiden Jokowi: Harapan Baru Indonesia, Elex Media, 2014 - 3 Tahun Pencapaian Jokowi, Bening Pustaka, 2017 | Mengampu mapel Bahasa Indonesia, Menulis Kreatif, dan media digital

#Dear TwitterBook, #LoveJourneyBook @leutikaprio

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Tangan Tuhan dan Kemuliaan Sepak Bola

16 Juni 2016   14:28 Diperbarui: 16 Juni 2016   14:37 157
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bola. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Kisah penciptaan dalam Kitab Kejadian 1 menggambarkan kebaikan sang pencipta. Hari pertama  langit dan bumi diciptakan dan “Jadilah Terang”. Cakrawala diciptakan-Nya pada hari kedua. Daratan dipisahkan dengan lautan; tumbuh-tumbuhan diciptakan menyusul pada hari ketiga. Selanjutnya, matahari, bulan dan bintang diciptakan. Untuk mengisi daratan dan lautan, Ia menciptakan binatang di lautan dan burung di udara pada hari kelima. Pada hari keenam diciptakan-Nya binatang di bumi, ternak, dan binatang melata, serta manusia pertama Adam dan Hawa.

Proses penciptaan tersebut menunjukkan betapa baik dan mulia karya-Nya. Bumi dan segala isi serta manusia pertama lengkap diciptakan-Nya untuk menjalani tugas dan panggilan hidup masing-masing. Di jagad olahraga yang ketat dengan aroma kompetisi dan pertaruhan “harga diri” hingga titik darah penghabisan, apakah di dalamnya berkarya Tuhan?

1. Tangan Tuhan di Sepak Bola

Duel di udara, bumbu tekel di lapangan, dan kontak fisik yang kadang mengucurkan darah merupakan sisi yang tak lepas dari tiap pertandingan sepak bola. Di olahraga yang identik dengan kontak fisik saat bermain, cukup sulit menemukan Tuhan berkarya di dalamnya. Tuhan yang identik dengan kebaikan dan kemuliaan, apakah mungkin hadir di dalam pertandingan yang kadang menghalalkan cara-cara negatif untuk meraih kemenangan?

Mundur ke tahun 1986. Tersaji kisah ajaib dari legenda sepak bola dari Argentina, Diego Armando Maradona. Ia dengan kecerdikannya berhasil mengambil celah di waktu yang sempit untuk memutuskan penggunaan tangan, hal yang amat dilarang dalam permainan sepak bola. Kecerdikan dalam menggunakan tangan berhasil melampui kekurangan postur tubuhnya untuk melewati kiper Inggris, Peter Shilton. Maradona mencetak gol dengan cara tak halal. Ia mendorong bola menggunakan tangannya.

Pada laga perempat final yang berlangsung di kota Mexico tersebut Inggris tertunduk lesu. Skor 2-1 memulangkan tim Inggris lebih awal dari Piala Dunia 1986.  Si pengadil lapangan, Ali Bennaceur dari Tunisia tak melihat tindakan cela tersebut. Gol tersebut sah. 

Protes keras para pemain Inggris tak mengubah keputusan. Disahkannya gol dengan bantuan tangan tersebut membuat Maradona “bersujud” dan mengakui bahwa gol tersebut sebagai "Gol Tangan Tuhan". Apakah sebutan gol tangan Tuhan tersebut sebagai suatu pengakuan bahwa Tuhan berkarya dalam memenangkan Argentina dan mengutus Maradona untuk gunakan tangannya? Bagi orang yang percaya dan sepakat dengan Maradona, mungkin benar Tuhan turut andil dalam hal tersebut. Bagi kubu yang kontra, gol tersebut semata-mata kecerdikan Maradona melakukan tindakan cela tersebut dan kesialan semata untuk tim Inggris yang dikalahkan dengan cara kurang sportif.

2. Tangan Tuhan di Copa America Centenario

Dalam Tuhan berkarya di tiap penggal peristiwa kehidupan adalah kemuliaan dan kebaikan yang meraja, meskipun terkadang dengan keterbatasan akal budi manusia tak mampu menyelami bahwa dalam ketakberuntungan/ kesialan sekalipun ada karya-Nya agar manusia lebih mawas diri dan berlapang dada. Di tahun 2016 ini satu abad perhelatan Copa America dirayakan. Terasa istimewa, karena turnamen tersebut mengikutsertakan 2 zona, yaitu zona CONMEBOL (Konfederasi Sepak Bola Amerika Selatan) dan CONCACAF (Amerika Utara, Tengah, dan Karibia).

Dalam tiap pertandingan sepak bola tersaji beragam kisah. Mengharukan, kesialan, dan keajaiban. Pertandingan sepak bola ibarat kisah sandiwara. Ada awal, inti, konflik, dan akhir. Data statistik sebelum pertandingan antara dua tim kadang hanya kertas belaka. Data tersebut merupakan awal sebelum laga berlangsung. Pertemuan Brasil vs Peru. Bagai pertarungan David dan Goliath. Brasil dengan raihan 5 trofi Piala Dunia dan 8 trofi Copa America merupakan tim raksasa dengan bergelimang gelar juara.

Sedangkan Peru merupakan tim semenjana. Raihan trofi Copa America di tahun 1939 dan 1975 sudah terlalu lama untuk dibanggakan. Hanya kisah klasik. Namun data statistik terkadang mudah menipu. There is nothing lies like statistics. Begitu ungkapan tentang statistik. Itulah yang terjadi pada Brasil, untuk kali pertama gagal melewati babak penyisihan grup dalam 30 tahun terakhir di ajang Copa America. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun